Advertisement
Protokol Penguncian Jadi Pilihan untuk Antisipasi Corona
Pedagang menata kain tekstil di pasar Tanah Abang, Jakarta, Selasa (11/2/2020). Bisnis - Arief Hermawan
Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA - Virus Corona semakin merebak. Untuk itu, mengunci arus manusia dan barang suatu daerah bisa menjadi pilihan.
Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) menyatakan adanya protokol penguncian suatu daerah sangat penting bagi industri tekstil dan produk tekstil (TPT).
Advertisement
Asosiasi menilai minimnya protokol tersebut dapat membuat perlindungan ekonomi terhadap virus corona yang pemerintah telah berikan menjadi tidak berguna.
"Antisipasi pemerintah saat ini hanya terkait dampak ekonominya, tapi arahan protokol penguncian daerahnya belum ada. Dampak dari minimnya protokol dapat berdampak negatif terhadap pertumbuhan produksi industri TPT, bukan hanya industri garmen," kata Sekretaris Jenderal API Rizal Rakhman kepada Bisnis, Minggu (15/3/2020).
Rizal menilai pemerintah disarankan segera merubah fokus perlindungan dari ekonomi ke masyarakat. Menurutnya, insentif fiskal yang baru saja diumumkan oleh pemerintah tidak akan efektif.
Rizal berpendapat pemberian insentif fiskal tidak akan menurunkan tingkat penyebaran Covid-19. Menurutnya, pemerintah seharusnya menerbitkan kebijakan seperti melakukan disinfektan pabrikan atau lokasi investasi setiap hari, pengecekan berkala tenaga kerja, maupun penyediaan infrastruktur kebersihan.
Terpisah, Ketua Umum Gabungan Pengusaha Jamu (GP Jamu) Ranny Dwi Pertiwi berujar belum mendapatkan protokol proses produksi saat penguncian suatu daerah.
Adapun, lanjutnya, pabrikan hanya memiliki stok bahan baku untuk produksi selama 1-2 bulan ke depan.
"Kalau sampai 5-6 bulan tidak aman. Asosiasi sudah berikan masukan ke pemerintah. Intinya, adanya kemudahan dalam pengadaan bahan baku, arus barang, dan perizinan produksi," ujarnya.
Ranny mengatakan rantai nilai yang akan paling berdampak dari minimnya protokol tersebut adalah pada proses logistik dari pabrikan ke gudang industri maupun ke peritel.
Adapun, Wakil Ketua Umum Bidang Kebijakan Publik & Hubungan Antar Lembaga Gabungan Pengusaha Makanan dan MInuman (Gapmmi) Rachmat Hidayat menyatakan pabrikan makanan dan minuman (mamin) akan mencoba memperpanjang usia stok bahan baku. Namun demikian, lanjutnya, hal yang sama tidak dapat dilakukan pada barang jadi.
"Kalau [industri] mamin produk jadinya itu singkat sekali usia ketersediannya. Di gudang produsen palin [lama] 1 bulan. Kalau [lebih lama dari itu] bisnis tidak akan profitable," katanya.
Rachmat menyatakan usia stok bahan baku di gudang industri masih cukup beragam. Rachmat menghitung bahan baku yang diimpor memiliki usia stok sekitar 3-6 bulan, sedangkan bahan baku dari pemasok yang lebih dekat berusia 1-3 bulan di gudang industri.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Bisnis.com
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Banjir 70 Cm di Kaligawe Semarang Lumpuhkan Jalur Pantura
- Polisi Beberkan Kronologi Warga yang Ditembak Begal di Jakbar
- Gudang Pengelolaan Limbah B3 di Karawang Terbakar
- Keuangan Ukraina Diklaim Hanya Cukup Bertahan hingga April 2026
- AI Dinilai Tingkatkan Efisiensi dan Produktivitas Sektor Manufaktur
Advertisement
Dendam Lama, Nelayan Tusuk Warga Parangtritis Pakai Cula Ikan Pari
Advertisement
Desa Wisata Adat Osing Kemiren Banyuwangi Masuk Jaringan Terbaik Dunia
Advertisement
Berita Populer
- BGN Wajibkan SPPG Masak MBG Pakai Air Galon
- Sukarelawan Bersiap Antisipasi Bencana Hidrometeorologi di Kulonprogo
- Sayembara Sampah Digelar Saat Penerbangan Ribuan Lampion di Goa Cemara
- Bareskrim Akan Periksa Lisa Mariana Jumat 24 Oktober 2025
- Ammar Zoni Didakwa Edarkan Narkotika di Ruta Salemba
- Ki Anom Suroto, Dalang Pertama yang Tampil di Lima Benua
- Jalan Prambanan-Lemahbang Diharapkan Dongkrak Ekonomi
Advertisement
Advertisement



