Advertisement
Keren, Ada Balon Udara Batik hingga Mirip dalam Java Balon Festival di Pekalongan
Ratusan balon udara ditambatkan di Stadion Hoegoeng, Kota Pekalongan, pada acara Java Balon Festival, Rabu (12/6 - 2019).(Semarangpos.com/Humas Pemprov Jateng)
Advertisement
Harianjogja.com, SEMARANG — Ratusan balon udara menghiasi langit Kota Pekalongan, Jawa Tengah (Jateng), Rabu (12/6/2019). Parade balon udara digelar guna memeriahkan agenda Java Balon Festival. Total ada sekitar 150 balon udara yang meramaikan acara itu. Jumlah itu lebih banyak tiga kali lipat dibanding banyaknya peserta tahun lalu, yang hanya sekitar 38 peserta.
Ke-105 balon udara tersebut ditambatkan di dalam Stadion Hoegeng Pekalongan. Yang membuat menarik, selain menampilkan ciri khas Pekalongan dengan batiknya, balon udara yang diterbangkan hadir dengan berbagai model bahkan ada peserta yang sengaja membuat model bus.
Advertisement
Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo, yang hadir dalam acara itu yakin pelaksanaan Java Balon Festival bisa menjadi magnet bagi pariwisata di Kota Batik, julukan Pekalongan.
"Ini adalah destinasi wisata baru di Kota Pekalongan. Karena semua balonnya menarik, kreasinya bagus-bagus dengan ciri khas Pekalongan," kata Ganja, Rabu.
BACA JUGA
Selain kreasi balon, yang membuat Ganjar terpukau pada Java Balon Festival adalah semangat dari warga. Keguyuban warga tak hanya terlihat saat membuat balon udara, tapi juga ketika hendak menerbangkannya.
Selain itu, peserta juga tampak kompak dengan hadir mengenakan kostum yang unik dan suporter.
"Ini bisa dijadikan contoh bagi daerah lain yang punya tradisi syawalan serupa. Di Wonosobo juga ada tradisi seperti ini. Nah jika semua tempat melakukan tradisi dengan kreasi seperti ini akan mampu memajukan wilayahnya," katanya.
Kegiatan menerbangkan balon udara untuk memeriahkan acara Syawalan sebenarnya senpat memicu kontroversi. Balon udara yang diterbangkan kerap dianggap mengganggu lalu lintas transportasi udara atau pesawat terbang.
Apalagi, warga kerap menerbangkan balon udara sambil diberi petasan untuk menarik perhatian.
"Di satu sisi penerbangan balon itu sebagai tradisi, namun di sisi lain balon yang terbang itu membahayakan penerbangan. Bahkan petasan yang ditaruh itu juga membahayakan karna membahayakan yang ada di bawah, bahkan pernah menimbulkan kebakaran," kata Ganjar.
Oleh karena ada sisi yang membahayakan penerbangan, AirNav selaku lembaga pelayanan navigasi penerbangan pun meminta agar balon yang diterbangkan tidak diliarkan. Balon yang diterbangkan tetap ditambatkan ke tanah sesua Peraturan Menteri Perhubungan No.40/2018 tentang penggunaan balon udara pada kegiatan budaya masyarakat.
"Oleh karena, kami memfasilitasi masyarakat Pekalongan dengan menggelar Festival Balon tambat (tali). Tradisi tetap berjalan namun penerbangan tetap aman," kata Direktur AirNav, Novie Riyanto Raharjo.
BACA JUGA
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Solopos.com
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- WHO Sebut Cacar Monyet Terdeteksi di 5 Negara di Luar Afrika
- Mulai 3 November, Tiket Pendakian Gunung Rinjani Resmi Naik
- Diserang RSF, Puluhan Ribu Warga Sudan Mengungsi dari El-Fasher
- DJ Panda dan Erika Carlina akan Kembali Bertemu, Ini Tujuannya
- Perang di Sudan Kembali Pecah, Sebanyak 2.227 Orang Tewas
Advertisement
Advertisement
Wisata DEB Balkondes Karangrejo Borobudur Ditawarkan ke Eropa
Advertisement
Berita Populer
- Begini Pengamanan Polisi di Konser BLACKPINK dari Jibom hingga K-9
- Dukung Mobilitas dan Pariwisata, KAI Tambah Perjalanan Kereta Api
- Nama KH. Utsman Resmi Jadi Jalan Tegalrejo-Sindas Magelang
- Polisi Malaysia Tangkap 2.000 Orang dalam Operasi Sindikat Penipuan
- Guru Dilaporkan Ortu Siswa ke Polrestabes Medan, Bobby Pasang Badan
- Harga Pangan Hari Ini, Cabai Rp 40 Ribu, Bawang Merah Rp41 Ribu per Kg
- CIMB Niaga Syariah Haya Festival 2025 di UMY
Advertisement
Advertisement




