Advertisement

Cegah Penularan Penyakit, Penjamah Makanan di Restoran Diberi Vaksin

Newswire
Minggu, 05 Mei 2019 - 11:07 WIB
Sunartono
Cegah Penularan Penyakit, Penjamah Makanan di Restoran Diberi Vaksin Kegiata sosialisasi pentingnya vaksinasi demam tifoid dan hepatitis oleh Perdoki. - Ist/Antara.

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA--Perhimpunan Spesialis Kedokteran Okupansi Indonesia(Perdoki) mendorong seluruh penjamah makanan di hotel dan restoran diberikan vaksin untuk mencegah penularan penyakit melalui makanan. Sosialisasi dan diskusi tentang pentingnya vaksinasi demam tifoid dan hepatitis ini digelar di salah satu hotel di Jogja, Sabtu (4/5/2019).

Ketua Umum Perdoki Nusye E. Zamsiar  menjelaskan ada beberapa penyakit yang dapat ditularkan melalui makanan (foodborne disease) yakni demam tifoid dan hepatitis A. Oleh sebab itu, jika ada penjamah makanan yang terjangkit penyakit tersebut maka selain bisa menularkan penyakit ke keluarganya juga dapat menularkan ke konsumen makanan yang ia olah. Penjamah makanan yang dimaksud seperti juru masak, juru saji makanan, serta petugas kithen di perhotelan dan restoran.

Advertisement

"Pemberian vaksinasi bagi penjamah makanan dapat dilakukan sebagai salah satu upaya pencegahan agar penjamah makanan tidak menjadi sumber infeksi," terangnya.

Oleh sebab itu, lanjutnya, pemberian vaksinasi pada penjamah makanan sangat dibutuhkan dalam upaya pencegahan penularan penyakit. Namun upaya keamanan (food safety) tetap harus dilaksanakan seperti higiene dan sanitasi perorangan dan lingkungan serta penerapan Analisa Bahaya dan Titik Kendali Kritis (ABTKK). Tetapi sayangnya banyak perusahaan sektor ini belum menyadari pentingnya vaksinasi bagi karyawan penjamah makanan.

"Namun belum banyak perusahaan yang memperhatikan dan menyadari pentingnya vaksinasi. Banyak yang mempunyai anggapan bahwa vaksinasi hanya boros-borosin biaya," ucapnya.

Padahal, lanjut Nusye dengan mengabaikan vaksinasi, khususnya bagi perusahaan di bidang makanan seperti restoran bisa berdampak peningkatan biaya yang lebih besar. Dengan adanya pekerja yang menderita penyakit maka akan menurunkan produktivitas perusahaan. "Selain itu juga berisiko menularkan penyakit ke konsumen," ucapnya.

Meski vaksinasi tersebut tidak bisa menjamin kekebalan tubuh 100%, tetapi memiliki efektivitas memberikan kekebalan tubuh mencapai 80% terhadap penyakit tersebut. "Walaupun sudah vaksinasi jangan terus teledor dengan tidak lagi memperhatikan higiene dan sanitasi," ujarnya.

Kepala Dinas Kesehatan DIY Pembayun Setyaningastutie mendukung program vaksinasi kepada penjamah makanan sebagai salah satu langkah pencegahan penyakit. Ia menyadari, ke depan masih menjadi PR besar bagi semua pihak dalam rangka memberikan jaminan makanan sehat dan tidak mengandung penyakit.

“Kami perlu membangun jejaring dengan berbagai pihak terutama Dinas Pariwisata, kalau hotel dan restaurant mungkin sudah memiliki standar baku mutunya. Mohon maaf yang perlu diwaspadai adalah penyedia katering, jajanan dan warung ini akan menjadi perhatian,” ujarnya.

Ia mengatakan di sisi lain, pentingnya kesehatan makanan sekaligus untuk mencegah terjadinya keracunan. Jumlah keracunan pada 2019 hingga Maret di DIY mencapai 13 kasus, kemudian pada 2018 ada 48 kasus, 2017 tercataa 29 kasus, 2016 ada 52 kasus dan 2015 terhitung ada 43 kasus keracunan di DIY. “Keracunan ini kasusnya memang tidak menimbulkan efek kematin namun tetap harus diwaspadai, maka kami terus menggalakkan sosialisasi soal kesehatan makanan,” ucapnya.

Executive Assistant Manager Platinum Adisucipto Hotel Dodi W. Prahadi mengatakan, pihaknya menjadi satu-satunya hotel yang sudah melakukan vaksinasi bagi penjamah makanan di restorannya. Vaksinasi itu dilakukan setelah adanya karyawan yang sakit dalam waktu hampir bersamaan yang terpaksa harus izin tidak masuk kerja. Vaksin itu diberikan sekitar dua bulan yang lalu dengan jumlah 35 karyawan dengan biaya mandiri antara Rp200.000 hingga Rp300.000 untuk sekali vaksin per orang.

“Kalau dari hasil diskusi dengan perdoki memang tampaknya belum ada yang secara khusus melakukan vaksin. Kami sepakat ini penting, karena karyawan itu kan aset, kalau sering sakit, kami repot juga harus cari pengganti,” ujar dia saat hadir dalam kegiatan itu.

Sekda DIY Gatot Saptadi pun sependapat, selain melalui pola hidup bersih dan sehat (PHBS) pencegahan penularan penyakit seperti demam tifoid dan hepatitis A dapat ditempuh dengan memberikan vaksinasi atau imunisasi kepada penjamah makanan di berbagai restoran di DIY.

"Salah satu upaya mengatasi penularan penyakit tersebut dengan upaya higiene, sanitasi, dan pemberian imunisasi bagi penjamah makanan agar penjamah makanan tidak menjadi sumber infeksi," kata dia.

Gatot menyebutkan berdasarkan Dinas Kesehatan DIY kasus demam tifoid di DIY pada 2019 hingga minggu ke-16 tercatat sebanyak 3.231 kasus dan kasus hepatitis A sebanyak 80 kasus. "Dari gambaran kasus tersebut, demam tifoid serta hepatitis A perlu pencehahan melalui upaya hidup bersih dan sehat serta imunisasi terhadap penjamah makanan," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : Antara

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Advertisement

alt

Peringati Hari Palang Merah dan Bulan Sabit Merah se Dunia, Ini yang Dilakukan PMI DIY

Jogja
| Kamis, 09 Mei 2024, 09:27 WIB

Advertisement

alt

Grand Rohan Jogja Hadirkan Fasilitas Family Room untuk Liburan Bersama Keluarga

Wisata
| Senin, 06 Mei 2024, 10:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement