Advertisement
Hasil Survei, Polri Jadi Lembaga Yang Paling Sering Dilaporkan Masyarakat

Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA--Ombudsman RI melakukan penilaian kelengkapan pemenuhan dokumen dan ketentuan administratif-teknis dari Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri), Kejaksanaan, Pengadilan Negeri, serta Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) di 10 provinsi. Penilaian itu dilakukan dengan Survei Kepatuhan Hukum.
Dalam survei ini, Ombudsman berfokus pada kelengkapan 40 berkas perkara secara administratif dalam proses peradilan pidana umum, yang harus dilengkapi oleh empat lembaga penegak hukum tersebut mulai tahap penyidikan, penuntutan, peradilan, hingga pemasyarakatan.
Advertisement
Untuk tahap penyidikan yang merupakan tanggung jawab pihak kepolisian atau Polri, Ombudsman merinci 15 unsur dokumen penyidikan yang dinilai. Yaitu, terdiri dari tujuh dokumen wajib dan delapan dokumen fleksibel tergantung kasusnya.
Hasilnya, dokumen Laporan Polisi (LP) menempati tingkat keterpenuhan teknis administrasi unsur dokumen tertinggi, yaitu 100%. Sedangkan Berita Acara Penggeledahan dan Surat Perintah Penggeledahan, menjadi yang paling rendah dengan persentase 0%, dilanjut Berita Acara Pemeriksaan Saksi dan Ahli yang hanya 10%.
BACA JUGA
Komisioner Ombudsman RI, Adrianus Meliala menyatakan bahwa dokumen dengan tingkat pemenuhan unsur administrasi-teknis yang rendah, bisa jadi merupakan dokumen paling rawan terjadinya maladministrasi dari pihak kepolisian.
"Terlihat yang paling memenuhi itu adalah dokumen yang dipegang oleh publik, seperti LP [Laporan Polisi]. Makanya semua unsur terpenuhi," ungkap Adrianus kepada Bisnis, Rabu (6/3/2019).
"Tapi terhadap dokumen yang merupakan kelengkapan mindik [Administrasi Penyidikan] dan tidak diserahkan kepada publik, misalnya berita acara penggeledahan, nah, amburadul," jelasnya.
Berikut data lengkap persentase pemenuhan unsur dokumen tahap penyidikan dimulai dari yang paling tinggi:
Laporan Polisi: 100%
Surat Perintah Tugas: 67,74%
Surat Perintah Penyidikan (Sprindik): 64,1%
Surat Pemberitahuan Dimulainya Penyidikan (SPDP): 61,54%
Surat Perintah Penyitaan: 47,5%
Berita Acara Pemeriksaan Tersangka: 47,5%
Berita Acara Penyitaan: 42,5%
Surat Perintah Penahanan: 41,03%
Berita Acara Penahanan: 40,54%
Surat Perintah Penangkapan: 34,21%
Surat Panggilan Saksi dan Ahli: 25%
Berita Acara Penangkapan: 21,05%
Berita Acara Pemeriksaan Saksi dan Ahli: 10%
Berita Acara Penggeledahan: 0%
Surat Perintah Penggeledahan: 0%
Alhasil, berkaca pada data tersebut, Ombudsman menyatakan bahwa persentase tingkat pemenuhan unsur dokumen penyidikan masih terbilang rendah, yaitu hanya 46,66%.
Kendati demikian, tingkat ketersediaan dokumen penyidikan Polri, Ombudsman menilainya dengan hasil terbilang tinggi dan cukup baik, yaitu 85%. Berikut data lengkapnya:
Berita Acara Pemeriksaan Tersangka: 100%
Berita Acara Pemeriksaan Saksi dan Ahli: 100%
Surat Perintah Dimulainya Penyidikan (SPDP): 100%
Laporan Polisi: 100%
Surat Perintah Penyidikan: 97,5%
Surat Perintah Tugas: 77,5%
Surat Panggilan Saksi dan Ahli: 17,5%
Dari hasil penelitian ini, Ombudsman memberikan kesimpulan empat permasalahan utama maladministrasi di tingkat penyidikan.
Pertama, ketidakcermatan penyidik dalam penulisan nomor dan tanggal pada LP, Surat Perintah Tugas, Sprindik, Surat Perintah Penyitaan, dan Surat Penahanan.
Kedua, tidak tersedianya dokumen Surat Perintah Tugas yang menjadi landasan penyidik dalam penanganan tindak pidana.
Ketiga, terdapat penambahan penyidik, namun tidak dikeluarkan Surat Perintah Tugas baru. Terakhir, tidak tersedianya dokumen Surat Panggilan Saksi dan Ahli pada beberapa berkas perkara, serta tidak lengkap pada bundel berkas perkara.
Sementara itu, lokasi penelitian ini Ombudsman gelar di 10 Provinsi, yaitu Sumatera Utara, Nusa Tenggara Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, DIY, Riau, Sumatera Barat, dan Maluku. "Hasil survei itu kan potret. Kemungkinan besar mewakili gambar yang sebenarnya," jelas Adrianus.
Adrianus menyebut latar belakang dari survei ini yaitu banyaknya laporan masyarakat ke Ombudsman terkait keempat lembaga negara tersebut pada kisaran 2013-2017. Polri sendiri menjadi lembaga yang paling sering dilaporkan masyarakat dengan angka 4.257 laporan.
Sedangkan Kejaksaan, dilaporkan ke Ombudsman oleh 409 laporan, Peradilan 1.261 laporan, dan Lapas sebanyak 135 laporan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : bisnis.com
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Ledakan di Cengkareng, Mabes Polri Terjunkan Tim Puslabfor
- Wakil Kepala BGN Ingatkan Program MBG Jangan Berorientasi Bisnis
- Cuaca di Sebagian Besar Wilayah Indonesia Hari Ini Hujan Ringan
- Pemerintah Bakal Bangun Enam Pusat Perawatan Pesawat Udara Terpadu
- 2.039 Kios Lakukan Kecurangan Penjualan Pupuk, Begini Respons Mentan
Advertisement

Joglo Ambruk di Sleman, Delapan Orang Dilarikan ke Rumah Sakit
Advertisement

Thai AirAsia Sambung Kembali Penerbangan Internasional di GBIA
Advertisement
Berita Populer
- Perpres Pengolahan Sampah Jadi Listrik Bisa Tarik Investor Asing
- Ahmad Luthfi Pimpin Penanaman Jutaan Bibit Mangrove Secara Serentak
- Ketua Komisi III DPR Habiburrokhman Sebut Wajar MBG Bermasalah
- Penyelundupan 10 Kilogram Sabu Digagalkan TNI AL di Tanjung Priok
- Astra Motor Yogyakarta Hadirkan Program OktoBEST
- Apindo DIY Sebut Kenaikan Upah Hingga 50 Persen Tidak Realistis
- Sinergi dan Kolaborasi Menuju Harmoni di Usia ke-74
Advertisement
Advertisement