Advertisement
Ini Tanggapan Kerabat Keraton Solo Terkait Prasasti PB X Dijadikan Meja di Kantor Damkar...
Kerabat Keraton Solo, K.G.P.H. Puger, mengecek prasasti berbahasa Belanda di Kantor Damkar, Pedaringan, Jebres, Solo, Rabu (13/2/2019). (Solopos - Ichsan Kholif Rahman)
Advertisement
Harianjogja.com, SOLO -- Budayawan yang juga kerabat Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, K.G.P.H. Puger, mengecek langsung kondisi prasasti berbahasa Belanda yang sempat dijadikan meja di Kantor Damkar Solo, Rabu (13/2/2019). Dari hasil pengecekan itu, Puger mengungkapkan lempengan marmer itu benar merupakan prasasti sebagai simbol penghormatan warga Eropa pada pemangku kekuasaan untuk memperingati tumbuh ageng Paku Buwono (PB) X.
Prasasti yang selama ini tak disadari keberadaannya itu diungkap oleh salah satu pegawai Dinas Damkar, Matias Andry, pada Minggu (10/2/2019) lalu.
Advertisement
Di sela-sela pengecekan di Kantor Damkar Pedaringan, Rabu, Puger mengatakan tumbuk ageng merupakan peringatan ulang tahun dalam hitungan Jawa. Tumbuk ageng diperingati oleh seseorang pada usia ke-32 dan ke-64 tahun.
Saat ini, tradisi Jawa itu sudah makin terlupakan. “Tumbuk ageng itu weton, hari, bulan, wuku, dan tahun dalam hitungan jawa yang semuanya sesuai dengan waktu kelahiran Paku Buwono X yang merupakan kakek buyut saya. Kebetulan saya saat ini juga berusia 64 tahun dan penghormatan kepada PB X juga saat berusia 64 tahun,” ujarnya didampingi penasihat hukumnya, Asri Purwanti.
BACA JUGA
Menurutnya, pada zaman kolonial Belanda, masyarakat Eropa di Kota Solo selalu mendukung raja yang memerintah. Ia mencontohkan gapura pintu masuk Kleco juga merupakan contoh dukungan orang-orang asing yang saat itu berada di Kota Solo.
Ia mengatakan prasasti di Kantor Damkar itu merupakan pemberian bangsa Eropa yang seharusnya terpasang di Lingkungan Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat. Seiring berjalannya waktu, prasasti itu berpindah dan beralih fungsi.
Prasasti itu, lanjutnya, merupakan sarana pengingat budaya weton Jawa Tumbuk Ageng yang saat ini sudah dilupakan masyarakat Jawa. Ia berharap masyarakat Jawa kembali melestarikan budaya-budaya Jawa yang dahulunya orang asing pun mengaguminya.
Anggota Damkar Matias Andry yang menemukan prasasti itu lewat mimpi, menurut Puger, bukanlah kebetulan. Menurut Puger, mimpi itu merupakan petunjuk yang harus digunakan sebagai pengingat untuk melestarikan budaya.
Ia berharap pihak berwenang segera dapat merawat prasasti itu. Saat ini ia akan melakukan penyelidikan mengenai prasasti itu untuk mencari informasi secara mendetail.
Sementara itu, penemu prasasti, Matias Andry, masih menyimpan prasasti itu di Kantor Damkar Pedaringan, Jebres. Ia berharap pihak terkait segera turun tangan mengamankan prasasti bertuliskan kalimat dalam bahasa Belanda itu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Solopos
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Bulan Perlahan Menjauhi Bumi, Ini Dampaknya bagi Kehidupan
- Hunian Korban Bencana Sumatera Bakal Dibangun di Lahan Negara
- Tokoh Dunia Kecam Penembakan Bondi Beach yang Tewaskan 12 Orang
- Surya Group Siap Buka 10.000 Lowongan Kerja di Tahun 2026
- Konser Amal di Tangerang Galang Rp1,3 Miliar untuk Sumatera dan Aceh
Advertisement
Jelang Nataru, Pedagang Wisata Gunungkidul Diingatkan Tak Nuthuk
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Eks Pangdam Jaya Jadi Dirut Baru Antam, Ini Profilnya
- Timnas Voli Putra Indonesia Bidik Juara Grup B SEA Games
- Bantul Kekurangan 153 Kepala Sekolah TK hingga SMP
- Lomba Lacak Sinyal ARDF Latih Kesiapsiagaan Bencana di Kulonprogo
- Polri Segera Umumkan Tersangka Bencana Banjir Sumatera Utara
- Jemaat Gereja St Albertus Agung Buat Altar dari Barang Bekas
- Rizki Juniansyah Rebut Emas SEA Games dan Pecahkan Rekor Dunia
Advertisement
Advertisement




