Advertisement
Merapi Masuk Babak Baru, Mulai Keluarkan Wedhus Gembel

Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Aktivitas Gunung Merapi memasuki babak baru. Awan panas atau biasa disebut wedhus gembel sudah mulai keluar. Sebelumnya, salah satu gunung api teraktif di dunia ini hanya mengeluarkan lava pijar.
Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Jogja mencatat awan panas keluar dari Merapi tiga kali pada Selasa (29/1/2019) malam. Awan panas guguran pertama terlihat pada pukul 20.17 WIB. Jarak luncurnya mencapai 1.400 meter dengan durasi 141 detik. Adapun awan panas kedua muncul pada pukul 20.53 WIB jarak luncur 1.350 meter dan durasi 135 detik. Awan panas ketiga terjadi pada pukul 21.41 WIB dengan jarak luncur kurang lebih 1.100 meter dengan durasi 111 detik. Luncuran tiga kali awan panas itu belum termasuk sembilan kali guguran lava pijar yang semuanya mengarah ke Kali Gendol.
Advertisement
Laporan pengamatan guguran Gunung #Merapi tanggal 30/01/2019 periode 12.00-18.00 WIB.
— BPPTKG (@BPPTKG) January 30, 2019
Berdasarkan data seismik, jumlah guguran 10 kali dengan durasi 13-60 detik.#statuswaspada
“Kecepatan luncuran awan panas hanya 10 meter per detik. Suhu Merapi secara umum sekitar 800 derajat celcius. Itu material atau magma baru. Semua awan panas guguran itu mengarah ke Kali Gendol,” kata Kepala BPPTKG Jogja Hanik Humaida saat jumpa pers di Kantor BPPTKG Jogja, Rabu (30/1/2019).
BPPTKG menyimpulkan ketiga guguran tersebut sebagai awan panas berdasarkan pada analisis visual dan deposit. Perubahan aktivitas tersebut, menurut Hanik, menunjukkan adanya perubahan sifat dan laju pertumbuhan magma di Merapi. Namun, aktivitas yang terjadi masih tergolong sangat kecil.
Hanik mengatakan awan panas muncul akibat keluarnya magma dari perut Merapi, kemudian muncul guguran lava pijar disertai adanya gas. Aktivitas tersebut tidak ada kaitannya dengan cuaca.
“Tetapi lebih pada aktivitas internal atau suplai magma di dalam gunung Merapi.”
Menurut Kepala Seksi Gunung Merapi BPPTKG Agus Budi Santoso, yang membedakan guguran lava pijar dan awan panas adalah sifat magma dan laju ekstrusi magma.
“Sebelumnya lava pijar menjadi awan panas. Proses pertama materialnya, kedua mekanisme luncurannya. Apalagi ada juga unsur gas,” kata dia.
Beberapa jam setelah awan panas keluar pada Selasa malam, Twitter BPPTKG sempat menyatakannya sebagai lava pijar.
“Tadi malam memang tidak bisa langsung disimpulkan melalui seismik, karena berbeda sinyal seismik dengan awan panas. Kondisi saat ini berbeda sehingga dilakuan indentifikasi visual dulu,” ujar dia.
Meski guguran lava dan awan panas mengarah ke Kali Gendol, hujan abu tipis turun di beberapa wilayah di Jawa Tengah. Berdasarkan laporan yang diterima BPPTKG, hujan abu tipis terjadi di sekitar Kota Boyolali, Kecamatan Musuk, Mriyan, Mojosongo, Teras, Cepogo, Simo, Kabupaten Boyolali dan Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten. “Jarak luncuran awan panas masih pendek sementara hujan abu ke Boyolali tergantung dengan arah mata angin,” ucap Agus.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement

Bongkar Keramba Ikan Hingga Kandang Ayam Normalisasi Sungai Code
Advertisement

Desa Wisata Adat Osing Kemiren Banyuwangi Masuk Jaringan Terbaik Dunia
Advertisement
Berita Populer
- Jadwal Kereta Api Prameks Minggu 19 Oktober 2025
- Bayern vs Dortmund Skor 2-1, Harry Kane Cetak 1 Gol
- Jadwal KRL Solo-Jogja Hari Ini Minggu 19 Oktober 2025
- Catat! Ini Jadwal SIM Keliling Kulonprogo Oktober 2025
- Prakiraan BMKG Minggu 19 Oktober 2025, DIY Cerah dan Hujan Ringan
- Jadwal Kereta Bandara YIA Xpress Minggu 19 Oktober 2025
- Roma vs Inter Skor 0-1, Nerazzurri Rebut Puncak Klasemen Liga Italia
Advertisement
Advertisement