Advertisement

Demonstrasi Terbesar di Perbatasan Israel-Gaza, 16 Demonstran Palestina Tewas

Jafar Sodiq Assegaf
Sabtu, 31 Maret 2018 - 18:50 WIB
Bhekti Suryani
Demonstrasi Terbesar di Perbatasan Israel-Gaza, 16 Demonstran Palestina Tewas Demonstran Palestina di perbatasan Gaza-Israel, Jumat (30/3/2018) - Reuters/Amir Cohen

Advertisement

Harianjogja.com, TEL AVIV -- Militer Israel menewaskan 16 warga Palestina dan membuat ratusan lainnya luka dalam demonstrasi terbesar di perbatasan Israel-Gaza hingga Sabtu (31/3/2018).

Dilansir Reuters, Sabtu (31/3/2018), puluhan ribu warga Palestina mendesak pemenuhan hak untuk pulang bagi para pengungsi ke wilayah yang sekarang Israel, berkumpul di sepanjang 65 kilometer pagar perbatasan tempat tenda-tenda didirikan untuk aksi protes yang direncanakan berlangsung enam pekan menurut para pejabat setempat. Sementara militer Israel yang dikerahkan untuk mengatasi demonstrasi itu sekitar 30.000.

Advertisement

Keluarga-keluarga membawa anak-anak mereka ke perkemahan yang berada hanya beberapa ratus meter dari barikade keamanan Israel dengan daerah kantung yang dikuasai gerakan Hamas, dan lapangan sepak bola ditandai di pasir dan band kepanduan dimainkan.

Namun seiring waktu berlalu, ratusan pemuda Palestina mengabaikan seruan penyelenggara dan militer Israel untuk menjauh dari perbatasan, tempat tentara penjaga perbatasan terus mengawasi dari tanggul-tanggul gundukan tanah.

Militer menyatakan pasukannya hanya menembak orang yang berusaha menyabotase pagar pengaman perbatasan dengan beberapa orang membakar ban dan melemparkan batu, dan sedikitnya dua dari yang tewas merupakan agen Hamas. Petugas kesehatan Palestina mengatakan pasukan Israel sebagian besar menggunakan tembakan ke para pengunjuk rasa selain gas airmata dan peluru karet.

Para saksi maka mengatakan militer telah mengerahkan pesawat tanpa awak di lebih dari satu lokasi untuk menjatuhkan gas air mata. Satu orang yang tewas berusia 16 tahun dan sedikitnya 400 orang terluka akibat tembakan, sementara yang lain kena tembakan peluru karet atau menghirup gas air mata," kata petugas kesehatan Gaza. Dua warga Palestina yang lain tewas kena tembakan tank menurut Kementerian Kesehatan Gaza.

Militer Israel menyebut keduanya "militan" yang melepaskan tembakan ke pasukan di perlintasan batas. Presiden Palestina Mahmoud Abbas dalam satu pernyataan menyatakan bahwa Israel bertanggung jawab atas kekerasan dan menyatakan Sabtu sebagai hari berkabung nasional. Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa bertemu pada Jumat malam untuk membahas situasi di Gaza menurut para diplomat.

Hak Pulang Para pengunjuk rasa mewakili pertunjukan langka persatuan antara faksi-faksi Palestina yang bersaing di Jalur Gaza yang miskin, tempat tekanan diarahkan ke gerakan Hamas dan Fatah untuk mengakhiri keretakan sedekade. Upaya rekonsiliasi untuk mengakhiri permusuhan mereka terhenti selama berbulan-bulan.

Demonstrasi itu dilancarkan pada "Hari Tanah", peringatan tahunan kematian enam warga Arab Israel yang dibunuh oleh pasukan keamanan Israel selama demonstrasi menentang penyitaan lahan pemerintah di bagian utara Israel tahun 1976.

Namun fokusnya adalah tuntutan agar pengungsi Palestina diberi hak untuk kembali ke kota-kota dan desa dari mana keluarga mereka lari atau diusir ketika negara Israel dibentuk tahun 1948. Dalam satu pernyataan, militer Israel menuduh Hamas "secara sinis mengeksploitasi perempuan dan anak-anak, mengirim mereka ke pagas keamanan dan membahayakan hidup mereka."

Militer mengatakan lebih dari 100 penembak jitu militer sudah dikerahkan ke area itu. Hamas sebelumnya mendesak para pengunjuk rasa melakukan aksi secara damai. Israel sejak lama telah mengesampingkan hak untuk pulang, takut gelombang kedatangan Arab akan menyapu mayoritas Yahudi. Mereka menilai para pengungsi harus tinggal di negara masa depan Palestina di Tepi Barat yang dikuasai Israel dan Gaza.

Sementara perundingan perdamaian antara kedua negara runtuh tahun 2014. Di Gaza, aksi protes itu dinamai "Pawai Kembali" dan beberapa tenda diberi nama-nama desa asli para pengungsi di daerah yang sekarang Israel, ditulis dalam bahasa Arab dan Ibrani.

Menggunakan dalih keamanan, Israel, yang menarik pasukan dan pemukimnya dari Gaza tahun 2005, memblokade wilayah pesisir itu dan mempertahankan pembatasan ketat bagi gerakan-gerakan Palestina serta perlintasan barang di sepanjang perbatasan. Mesir, yang memerangi pemberontak di Sinai, sebagian besar menutup perbatasannya dengan Gaza.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : Reuters

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terkait

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

AJARAN AGAMA: Generasi Milenial Dinilai Penting Belajar Fikih

Bantul
| Rabu, 24 April 2024, 21:37 WIB

Advertisement

alt

Rekomendasi Menyantap Lezatnya Sup Kacang Merah di Jogja

Wisata
| Sabtu, 20 April 2024, 07:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement