Advertisement

Crazy Rich China Pilih Pindahkan Jet Pribadi ke Singapura dan Jepang

Jumali
Minggu, 28 Desember 2025 - 20:57 WIB
Jumali
Crazy Rich China Pilih Pindahkan Jet Pribadi ke Singapura dan Jepang Jet pribadi - Freepik

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA—Kalangan super kaya (Crazy Rich) asal China dilaporkan memindahkan basis parkir jet pribadi mereka ke luar negeri, terutama Singapura dan Jepang, demi menghindari birokrasi penerbangan yang semakin ketat di China daratan.

Pergeseran ini terungkap dari data industri yang menunjukkan penurunan kepemilikan pesawat pribadi di China daratan serta perubahan pola perjalanan para eksekutif papan atas.

Advertisement

Laporan dari Asian Sky Group menunjukkan penurunan signifikan jumlah jet bisnis di China daratan. Pada tahun 2024, jumlah unit yang terdaftar menyusut menjadi 249 unit, turun dari 270 unit pada tahun sebelumnya.

Sebaliknya, Singapura mencatat kenaikan pendaftaran jet pribadi yang sangat signifikan. Pelaku industri mengungkapkan bahwa banyak pesawat yang kini berbasis di Singapura dan Hong Kong sebenarnya masih dimiliki oleh warga China.

CEO China Trading Desk, Subramania Bhatt, mengonfirmasi tren eksodus aset ini kepada South China Morning Post, Minggu (28/12/2025). Salah satu pemicu utamanya adalah regulasi penerbangan domestik China yang kian ketat dan kaku.

Faktor-faktor penghambat tersebut meliputi:

- Persetujuan Lambat: Pemerintah mewajibkan pengajuan dokumen minimal lima hari kerja sebelum lepas landas, sehingga merusak fleksibilitas perjalanan bisnis yang bersifat mendadak.

- Pembatasan Jam Terbang: Jet pribadi dilarang beroperasi pada jam sibuk di bandara utama seperti Beijing, Shanghai, Guangzhou, dan Shenzhen.

Beban Operasional: Biaya perawatan yang tinggi dan ketatnya pengawasan terhadap kepemilikan aset mewah.

"Aturan ini membuat terbang keluar dari China menjadi jauh lebih rumit," jelas Profesor Charles Chang dari Universitas Fudan, Minggu (28/12/2025).

Regulasi yang rumit ini juga dibarengi dengan tren perpindahan domisili orang kaya China ke luar negeri. Laporan Bank UBS mencatat penurunan drastis jumlah miliarder di Tiongkok pada 2024, yang dipicu oleh krisis sektor properti dan gejolak pasar keuangan.

Selain alasan regulasi, bayang-bayang kampanye antikorupsi membuat para miliarder kini memilih untuk tampil lebih rendah hati (low profile). Memiliki jet pribadi kini dianggap dapat menarik perhatian otoritas secara tidak perlu.

Sebagai solusi praktis, banyak crazy rich China kini beralih ke:

- Layanan Sewa Jet (Charter): Memberikan privasi tanpa harus memiliki aset secara langsung.

- Penerbangan Komersial: Memilih kelas bisnis atau first class pada maskapai internasional untuk efisiensi birokrasi.

Asian Sky Group dalam laporannya menegaskan bahwa seiring melambatnya pertumbuhan ekonomi Tiongkok, daya beli terhadap barang mewah seperti jet bisnis terus melemah.

Ironisnya, di saat minat kepemilikan jet pribadi menurun, Pemerintah China justru sedang jorjoran membangun infrastruktur udara. Melansir laporan Xinhua, China berencana meningkatkan jumlah bandara sipil menjadi 450 bandara pada tahun 2035, naik hampir dua kali lipat dari posisi tahun 2019.

Namun, langkah ambisius ini tampaknya belum sejalan dengan tren di lapangan, di mana para miliarder lebih mencari kepastian hukum dan kemudahan operasional yang saat ini justru mereka temukan di luar negeri.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Libur Natal 2025, Kunjungan Wisata Bantul Masih Menurun

Libur Natal 2025, Kunjungan Wisata Bantul Masih Menurun

Bantul
| Minggu, 28 Desember 2025, 23:57 WIB

Advertisement

Menyusuri Sungai Sekonyer, Gerbang Wisata Orang Utan Tanjung Puting

Menyusuri Sungai Sekonyer, Gerbang Wisata Orang Utan Tanjung Puting

Wisata
| Sabtu, 27 Desember 2025, 20:27 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement