Advertisement
Amphuri Tegaskan Pembagian Kuota Haji Kewenangan Eks Menag Yaqut

Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA—Mantan Bendahara Umum Asosiasi Muslim Penyelenggara Haji dan Umrah Republik Indonesia (Bendum Amphuri) Muhammad Tauhid Hamdi menyatakan kepada Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) bahwa asosiasinya tidak pernah mengintervensi kuota haji tambahan tahun 1445 Hijriah/2024 Masehi.
“Kami tidak ada intervensi untuk menentukan kuota 50:50,” ujar Tauhid Hamdi di Gedung Merah Putih KPK, Jakarta, Selasa (7/10/025).
Advertisement
Ia diperiksa sebagai saksi kasus dugaan korupsi dalam penentuan kuota dan penyelenggaraan ibadah haji pada Kementerian Agama tahun 2023–2024.
Dia mengatakan pembagian kuota haji tambahan merupakan kewenangan Menteri Agama pada tahun tersebut, yakni Yaqut Cholil Qoumas, bukan asosiasi biro perjalanan haji. Ia mengaku didalami KPK mengenai dua pertemuan dengan Yaqut Cholil Qoumas.
BACA JUGA
“Masih sekitar pendalaman pertemuan dengan Yaqut sebelum KMA [Keputusan Menteri Agama] turun, dan pertemuan silaturahmi setelah tidak lagi menjadi Menteri Agama,” katanya.
Adapun Keputusan Menteri Agama yang dia maksud merupakan Surat Keputusan Menteri Agama Nomor 130 Tahun 2024 tentang Kuota Haji Tambahan Tahun 1445 Hijriah/2024 Masehi.
Sebelumnya, KPK mengumumkan memulai penyidikan perkara dugaan korupsi dalam penentuan kuota dan penyelenggaraan ibadah haji pada Kementerian Agama tahun 2023–2024, yakni pada 9 Agustus 2025.
Pengumuman dilakukan KPK setelah meminta keterangan kepada mantan Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas dalam penyelidikan kasus tersebut pada 7 Agustus 2025.
Pada saat itu, KPK juga menyampaikan sedang berkomunikasi dengan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) RI untuk menghitung kerugian keuangan negara dalam kasus kuota haji tersebut.
Pada 11 Agustus 2025, KPK mengumumkan penghitungan awal kerugian negara dalam kasus tersebut mencapai Rp1 triliun lebih dan mencegah tiga orang untuk bepergian ke luar negeri, salah satunya adalah mantan Menag Yaqut Cholil Qoumas.
Pada 18 September 2025, KPK menduga sebanyak 13 asosiasi dan 400 biro perjalanan haji terlibat kasus tersebut. Selain ditangani KPK, Pansus Angket Haji DPR RI sebelumnya juga menyatakan pihaknya telah menemukan sejumlah kejanggalan dalam penyelenggaraan ibadah haji 2024.
Poin utama yang disorot pansus adalah perihal pembagian kuota 50 berbanding 50 dari alokasi 20.000 kuota tambahan yang diberikan Pemerintah Arab Saudi. Saat itu, Kementerian Agama membagi kuota tambahan 10.000 untuk haji reguler dan 10.000 untuk haji khusus.
Hal tersebut tidak sesuai dengan Pasal 64 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2019 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umrah, yang mengatur kuota haji khusus sebesar delapan persen, sedangkan 92 persen untuk kuota haji reguler.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Antara
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Kisah Rafi, Korban Tragedi Ponpes Al-Khoziny Sidoarjo
- 300 Juta Orang di Dunia Tak Punya Rumah dan Tinggal di Kawasan Kumuh
- 17 Korban Ambruknya Ponpes Al-Khoziny yang Berhasil Diidentifikasi
- Layanan Darurat Triple Zero (000) Australia Gagal, Diduga Terkait 4 Kematian
- Alasan KPK Kembalikan Alphard yang Disita dari Rumah Immanuel Ebenezer
Advertisement

Kemenag Gunungkidul Cegah Kasus Bangunan Ambruk di Ponpes, Ini Caranya
Advertisement

Jembatan Kaca Tinjomoyo Resmi Dibuka, Ini Harga Tiketnya
Advertisement
Berita Populer
- WhatsApp Segera Hadirkan Fitur Username Mirip Telegram
- 12 Pelajar di Karanganyar Keracunan Makanan
- Unggahan Misterius MU Bikin Heboh Penggemar di Indonesia
- Indonesia Libas Filipina di Kejuaraan Piala Suhandinata 2025
- Keluarga Besar UII Gelar Aksi Simbolis Tabur Bunga, Tuntut Pembebasan Paul
- Jadwal KA Bandara YIA Reguler dan YIA Xpress, 7 Oktober 2025
- Jadwal Layanan SIM Keliling di Pantai dan Alun-alun Wonosari Gunungkidul
Advertisement
Advertisement