Stunting Dianggap Penyakit, Ini Penjelasan BKKBN
Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA—Stunting banyak disalahpahami warga sebagai penyakit. Bahkan menurut Deputi Bidang Keluarga Sejahtera & Pemberdayaan Keluarga (KSPK), Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/BKKBN, Nopian Andusti mengatakan masih banyak warga yang salah kaprah menganggap stunting bisa diobati.
“Kadang-kadang begini [banyak yang berpendapat], stunting bisa diobati. Ini tuh stunting bukan penyakit. Stunting itu adalah suatu proses gagal tumbuh, gagal kembang. Oleh karena itu, stunting tidak bisa diobati,” kata Nopian Andusti pada saat kegiatan diskusi secara daring yang dipantau di Jakarta, Senin (18/11/2024).
Advertisement
Meski stunting tidak bisa diobati dan tidak bisa dikembalikan normal, banyak hal yang bisa dilakukan untuk mencegah kejadian tersebut, yang hendak menyerang anak-anak Indonesia mulai dari sebelum orang tua anak menikah.
Literasi dan juga pengetahuan untuk mencegah stunting terhadap anak, menurut dia, penting dipahami oleh calon orang tua yang ada di Indonesia terkait stunting agar nantinya anak-anak Indonesia terbebas dari yang namanya stunting.
Menurut dia, pencegahan terbaik yang bisa dilakukan oleh orang tua adalah dengan memperhatikan tumbuh kembang anak di seribu hari pertama kehidupan si anak tersebut.
Ketika perhatian tersebut dapat terbentuk baik dengan memberikan asupan gizi dan nutrisi yang penting untuk tumbuh kembang anak. Maka, stunting di Indonesia bisa terempaskan dengan cepat.
BACA JUGA: Ini Manfaat Brokoli dan Saran Pengolahan Agar Nutrisi Tetap Terjaga
“Tapi harus diingat, ini prioritasnya pada seribu hari pertama kehidupan. Jangan setelah seribu hari pertama kehidupan. Karena 80% perkembangan otak itu terjadi di seribu hari pertama kehidupan. Karena, inilah masa yang sangat menentukan bagaimana nasib anak-anak Indonesia, anak-anak kita semua,” ujar dia.
Ia mengatakan kalau ini dikawal selama seribu hari pertama kehidupan, mulai dari janin sampai anak umur dua tahun, bisa terselamatkan. "Yang awalnya berpotensi atau berisiko stunting, bisa kita selamatkan menjadi tidak stunting," kata dia.
Angka stunting di Indonesia pada 2023, masih berada di angka 21,5%, sementara target prevalensi angka stunting untuk 2024 adalah 14%. Intervensi yang paling menentukan untuk percepatan penurunan angka stunting ada pada seribu hari pertama kehidupan.
Oleh karena itu, program pemerintah melalui Makan Bergizi Gratis akhirnya diperluas dan tidak hanya menyasar anak usia sekolah dari PAUD hingga SMA, tetapi juga balita, ibu hamil dan ibu menyusui.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Antara
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Kronologi Kecelakaan Mantan Pembalap Hokky Krisdianto hingga Meninggal Dunia di Pantura
- Polda Jateng Diminta Segera Tetapkan Tersangka Terkait Kematian Dokter Aulia Risma
- MA Nyatakan Tidak Ada Pelanggaran Etik Hakim Kasasi Ronald Tannur
- Waspada! Kasus DBD karena Perubahan Iklim Berpotensi Capai 60 Persen di Seluruh Dunia pada 2050
- KPK Melacak Aliran Uang Korupsi Pembangunan Jalur Kereta Api ke Pejabat BPK
Advertisement
Pemkab Kulonprogo Percepat Penanganan Longsor di Samigaluh
Advertisement
Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism
Advertisement
Berita Populer
- Gandeng TNI, Kementan Bentuk Brigade Swasembada Pangan
- PN Jaksel Gelar Sidang Perdana Gugatan Praperadilan Tom Lembong Hari Ini
- MA Nyatakan Tidak Ada Pelanggaran Etik Hakim Kasasi Ronald Tannur
- DPR Gelar Uji Kelayakan dan Kepatutan Capim KPK, Berlangsung Selama 4 Hari
- Pilkada di Musim Penghujan, Pj Gubernur Jateng Minta KPU Siapkan TPS yang Aman Banjir
- Mi Lidi, Jajanan Tradisional dengan Sentuhan Modern Kini Banyak Diminati Masyarakat
- MA Usut Dugaan Keterlibatan Pejabat PN Surabaya Jadi Perantara Suap Ronald Tannur
Advertisement
Advertisement