Advertisement

JJLS Jadi Angin Segar Perekonomian Masyarakat Pesisir DIY

Media Digital
Jum'at, 18 Oktober 2024 - 13:27 WIB
Arief Junianto
JJLS Jadi Angin Segar Perekonomian Masyarakat Pesisir DIY Sejumlah pengunjung saat berfoto di lokasi Jembatan Rowari yang membentang di JJLS di Kalurahan Tepus, Kapanewon Tepus, Gunungkidul. Foto diambil pada 6 Januari 2023. - Harian Jogja/David Kurniawan

Advertisement

JOGJA—Jalur Jalan Lintas Selatan (JJLS) menjadi angin segar bagi perkembangan perekonomian di pesisir selatan Pulau Jawa, tak terkecuali di DIY.

Diketahui JJLS yang melintasi wilayah DIY terbentang sepanjang 116,07 kilometer dan ditargetkan bakal rampung pada 2025 mendatang. 

Advertisement

Konektivitas antarwilayah pun dinilai akan semakin optimal bahkan sampai ke pelosok daerah. Dengan begitu diharapkan muncul dampak positif ke berbagai sektor, salah satunya adalah pemerataan pembangunan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Salah satu orang yang setidaknya kini mulai merasakan dampak keberadaan JJLS tersebut adalah Widi. Pedagang kaki lima yang biasa berjualan di tepi JJLS, tepatnya di Kalurahan Tirtohargo, Kapanewon Kretek. 

Pedagang ubi cilembu bakar ini mulai merasakan dampak positif tersambungnya JJLS di pesisir Bantul. Terlebih dengan dibangunnya Jembatan Kretek 2 yang menghubungkan Kalurahan Tirtohargo dan Parangtritis. 

Dengan adanya jalan baru ini, pendapatannya sebagai pedagang kaki lima melonjak drastis seiring dengan semakin banyaknya pengunjung yang hendak menikmati pemandangan di sekitar Jembatan Kretek 2, terutama saat akhir pekan. 

“Karena setiap akhir, pekan, kawasan di sekitar sini [Jembatan Kretek 2] pasti ramai sekali. Lumayan, Alhamdulillah, pendapatan saya bisa naik sampai tiga kali lipat,” kata dia, Sabtu (12/10/2024).

Memang, sejak Jembatan Kretek 2 dibuka diresmikan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada 2 Juni 2023 lalu, kawasan tersebut kini menjadi destinasi wisata baru masyarakat. Selain tidak ada tarif khusus, jembatan sepanjang 2,7 kilometer yang membentang di atas Sungai Opak itu menawarkan pemandangan yang memanjakan mata, terutama saat pagi dan senja. 

Tak heran, di waktu-waktu tersebut, kawasan sekitar jembatan banyak dipadati masyarakat, baik yang hendak berolahraga, maupun sekadar berfoto dengan latar sungai dan perbukitan.

Tak hanya soal pendapatan, keberadaan JJLS juga dinilai berdampak positif pada sektor transportasi. Lama perjalanan yang ditempuh warga saat ini pun sudah semakin cepat.

Sumargiyono, contohnya. Warga Kalurahan Balong, Kapanewon Girisubo, Kabupaten Gunungkidul ini mengaku sangat terbantu dengan adanya JJLS. 

Memang, di Bumi Handayani, JJLS merentang 80 kilometer (km) dari ujung timur hingga barat. Ada tujuh kecamatan yang dilewati, yaitu Kecamatan Rongkop, Girisubo, Tepus, Tanjungsari, Saptosari, Panggang, dan Purwosari.

Sebagai seorang pekerja, Sumargiyono harus menjalani rutinitas harian pulang pergi Balong-Wonosari. Menurut dia, dengan adanya JJLS bisa sangat membantu karena waktu yang ditempuh dalam perjalanan ke Wonosari bisa lebih cepat. “Kalau dulu waktunya bisa sampai satu jam untuk sampai Wonosari, tetapi sekarang hanya butuh sekitar 40 menit,” katanya.

Tak hanya itu, keberadaan JJLS di wilayahnya juga diharapkan bisa berimbas pada sektor pariwisata. Hal itu lantaran JJLS membuat akses ke sejumlah destinasi wisata di Girisubo menjadi lebih mudah. 

“Di sini [Girisubo] banyak tempat wisata. Kalau dulu jalurnya naik-turun, berkelok-kelok, sekarang lebih bagus jalannya,” ucap dia.

Senada, warga Kalurahan Purwodadi, Kapanewon Tepus, Wasiman mengakui bahwa JJLS ruas Tepus-Jerukwudel di Kapanewon Girisubo yang kini sudah tersambung dengan ruas jalan di Purwosari sangat memudahkan akses transportasi masyarakat.

Itulah sebabnya, dengan tersambungnya akses tersebut, dia berharap nantinya bisa memacu pertumbuhan ekonomi yang pada akhirnya berdampak pada pendongkrakan perekonomian masyarakat. “Yang paling jelas, aksesnya jadi semakin mudah. Tetapi, harapannya perekonomian warga juga ikut terangkat dengan adanya JJLS,” kata Wasiman.

Keberadaan JJLS ini sepertinya benar-benar dimanfaatkan oleh wisatawan maupun pelaku usaha, terutama karena pemangkasan jarak dan waktu tempuh. 

Hal ini turut dirasakan Pemilik Warung Makan Segoro Madu Pantai Drini bernama Marikem.

Marikem mengaku sebelum ada JJLS, hanya ada satu jalur masuk ke Pantai Baron, Drini, dan Krakal. Hal menyebabkan potensi tumpukan kendaraan dan ketidaknyamanan pengunjung. 

“Intinya kalau ada kendaraan wisatawan yang mau masuk ke Pantai Indrayanti itu dulu tidak melintasi Pantai Drini, tapi langsung ke Indrayanti,” kata Marikim, Selasa (15/10/2024). 

Oleh sebab itu, cukup sulit menarik wisatawan masuk ke Pantai Drini. Pasca JJLS terbangun dan mulai dibuka, ada dua jalur yang dapat ditempuh, bisa lewat JJLS atau Jalur Baron. 

Sebagai seorang penjual ikan atau warung makan, Marikem selama ini mengambil pasokan ikan dari Pantai Drini dan Baron. Dia akan sangat kesulitan apabila musim paceklik ikan datang. Jika tidak mendapat pasokan ikan, warungnya tidak akan beroperasi. Artinya, tidak akan ada pendapatan.

“Tapi kalau pas paceklik, untunya ada pengepul ikan dari Cirebon, Semarang, Cilacap. Mereka lebih mudah kalau lewat JJLS,” katanya.

Di Gunungkidul saja, tepatnya di Pantai Sadeng, distribusi ikan sebelum ada JJLS cukup sulit. Menurut Marikem, jarak tempuh dari Sadeng ke Drini, sebelum ada JJLS bisa mencapai berjam-jam. Saat ini jarak Pantai Sadeng ke Drini sekitar 35,2 kilometer. “Dengan adanya JJLS, Sadeng ke Drini hanya beberapa menit saja. Tidak sampai sejaman lah.”

Tangkap Peluang

Terkait dengan hal itu, Plt Kepala Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah, Perindustrian dan Perdagangan (DKUKMPP) Bantul yang juga Asisten Perekonomian dan Pembangunan Setda Bantul Fenty Yusdayati menyatakan jika telah memiliki rencana aksi untuk mengembangkan kawasan perekonomian untuk menangkap peluang ekonomi dan wisata saat Jembatan Pandansimo dan JJLS tersambung.

"Kami juga akan memperkuat pembinaan terhada UMKM dan koperasi. Kami dorong mereka [UMKM dan koperasi di kawasan kapanewon Srandakan adn Sanden] untuk terus menghasilkan produk berkualitas, berdaya saing tinggi, dan naik kelas," kata Fenty.

Saat ini, kata Fenty, pihaknya juga bersinergi dengan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Bantul serta Pemda DIY terkait dengan penyusunan masterplan guna mengembangkan lokasi di dekat Jembatan Pandansimo. Termasuk nantinya mengisi kawasan rest area di sekitar Jembatan Pandansimo dengan mengoptimalkan stan UMKM dari warga sekitar. "Tentunya semua harus dikoordinasi dengan Pemda DIY," katanya.

Kolaborasi

Sementara itu, Sekda DIY, Beny Suharsono mengakui adanya kecepatan arus distribusi barang dan jasa yang terjadi ketika nantinya JJLS rampung sepenuhnya. 

Aksesibilitas akan semakin gampang di sisi selatan Pulau Jawa sehingga daerah-daerah yang dilewati harus bersiap termasuk Kabupaten Gunungkidul dan Bantul.  "Harus bersiap diri dan optimal dalam mengatur laju konektivitas," kata dia, Selasa (17/9/2024). 

Menurut Beny, Kabupaten Gunungkidul dan Bantul akan semakin sibuk dengan kehadiran JJLS itu. Akan semakin banyak orang yang melintas dan kenal dengan potensi lokal yang ada di masing-masing wilayah. Tidak hanya sektor pariwisata melainkan ekonomi kreatif dan turunannya pun bakal kecipratan. 

"Maka harus bisa menjaga kualitas karena produk barang dan jasa yang akan diambil cepat itu tentu membutuhkan kualitas," jelasnya. 

Itulah sebabnya, Beny menyebut harus ada kolaborasi antardaerah dengan melibatkan banyak pihak agar kualitas produk yang diusung dan ditawarkan tidak ketinggalan. Masing-masing sektor yang punya potensi harus mampu mengimbangi konektivitas dan kecepatan yang hadir saat JJLS tersambung secara keseluruhan. 

"Misalnya wisata, jangan sampai orang hanya lewat dan tidak spending money, itu harus diatur," ujar dia. 

Di sisi lain, Beny memaparkan bahwa dampak lain yang ditimbulkan tentu akan terjadi kepadatan di sisi selatan Jogja. 

Maka harus ada antisipasi agar akses menuju kawasan wisata dan pusat ekonomi lain di sisi selatan tidak terkunci atau macet. Kecepatan akses dari sejarah timur dan barat Jawa harus dipikirkan strategi pengurainya. 

"Harus disiapkan kerangka luarnya terutama orang yang menuju kawasan selatan atau pantai yang sekarang sudah macet ya di hari-hari tertentu," urainya. 

Pengalaman daerah lain dalam mengatasi berbagai tantangan dengan kehadiran infrastruktur jalan disebutnya bisa pembelajaran bagi Kabupaten Gunungkidul dan juga Bantul. Untuk itu harus ada jalur tengah yang membelah Jogja agar penumpukan kendaraan bisa diurai dengan optimal. 

"Jalur Prambanan-Gading itu tidak cukup, objeknya kan masih sempit. Harus seperti di Nglanggeran yang pertama dua jalur tadinya maka kami tembuskan supaya orang mengalir," ucap Beny. (BC)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Prabowo-Gibran Dilantik 20 Oktober, Ini Pesan dan Harapan Sultan Jogja

Jogja
| Jum'at, 18 Oktober 2024, 15:27 WIB

Advertisement

alt

Komunitas Vespa di Jogja Memulai Perjalanan ke Sabang Demi Mendapatkan Biji Kopi Lokal Setiap Daerah

Wisata
| Rabu, 16 Oktober 2024, 11:17 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement