Advertisement

Krisis Timur Tengah, DK PBB Gelar Sidang Darurat pada Rabu Pagi Ini

Newswire
Rabu, 02 Oktober 2024 - 09:57 WIB
Abdul Hamied Razak
Krisis Timur Tengah, DK PBB Gelar Sidang Darurat pada Rabu Pagi Ini Logo Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). - Reuters

Advertisement

Harianjogja.com, JAKARTA—Dewan Keamanan (DK) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) akan mengadakan sidang darurat pada Rabu (2/10/2024) ini. Sidang digelar untuk membahas ketegangan yang meningkat antara Lebanon dan Israel.

Misi Permanen Swiss, yang hari ini memegang presidensi dewan secara bergilir, mengumumkan bahwa sidang tersebut akan berlangsung pada pukul 10.00 pagi waktu New York.

Advertisement

BACA JUGA: Kelompok Perjuangan Lebanon, Hizbullahdan Perlawanan Islam di Irak Lancarkan Serangan ke Wilayah Israel

Sidang ini, yang diminta oleh Prancis, akan dimulai dengan format terbuka dan kemudian dilanjutkan dalam format tertutup untuk konsultasi antarnegara anggota.

Dewan Keamanan itu sebelumnya juga menggelar sidang darurat pada 20 dan 24 September untuk membahas situasi di Lebanon.

Ketegangan di Timur Tengah semakin memuncak setelah serangan Iran terhadap Israel pada Selasa (1/10/2024) malam.

Israel melaporkan bahwa Iran telah meluncurkan sekitar 200 rudal sebagai balasan atas pembunuhan pemimpin politik Hamas, Ismail Haniyeh, dan pemimpin Hizbullah, Hassan Nasrallah.

Israel menargetkan Nasrallah dan komandan lain Hizbullah dalam serangan udara di pinggiran selatan Beirut pada 27 September lalu. Haniyeh tewas dalam serangan saat melakukan kunjungan ke Teheran pada akhir Juli.

Krisis Timur Tengah

Juru bicara PBB Stephane Dujarric pada Selasa (1/10/2024) memperingatkan krisis kemanusiaan yang semakin memburuk di Lebanon, dengan semakin banyaknya jumlah orang yang mengungsi setelah perintah evakuasi Israel di 30 desa di Lebanon selatan.

Dujarric menyatakan bahwa personel Pasukan Sementara PBB di Lebanon (UNIFIL) terus melaksanakan tugas mereka meskipun situasi semakin berbahaya. Ia memperingatkan bahwa "tanpa sumber daya yang memadai, para pekerja kemanusiaan berisiko meninggalkan seluruh penduduk Lebanon tanpa dukungan yang sangat mereka butuhkan."

Mengutip Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA), Dujarric menyebutkan bahwa jumlah orang yang mengungsi di Lebanon diperkirakan akan terus meningkat seiring dengan berlanjutnya perintah evakuasi dari tentara Israel, yang mempengaruhi 30 desa di Lebanon selatan.

Ia juga mengonfirmasi bahwa "lebih dari 100.000 orang kini telah pindah dari Lebanon ke Suriah, dan lebih dari 200.000 orang telah mengungsi dari Lebanon selatan."

Saat ditanya apakah serangan Israel ke Lebanon melanggar Resolusi Dewan Keamanan PBB 1701, Dujarric menjawab, "Penyerangan yang dilakukan oleh Israel adalah pelanggaran terhadap kedaulatan dan integritas wilayah Lebanon serta bertentangan dengan Resolusi 1701," yang diadopsi pada 11 Agustus 2006".

"Resolusi itu juga menuntut penghentian permusuhan antara Lebanon dan Israel serta pembentukan zona demiliterisasi antara Garis Biru, perbatasan de facto antara Lebanon dan Israel, dan Sungai Litani, di mana hanya tentara Lebanon dan UNIFIL yang boleh memiliki senjata dan peralatan militer di daerah tersebut", kata Dujarric.

Dia menambahkan, "Serangan berkelanjutan oleh Hizbullah di sepanjang Garis Biru dan kelompok bersenjata non-negara lainnya juga merupakan pelanggaran Resolusi 1701."

Saat ditanya mengenai hak Israel untuk membela diri, Dujarric menjawab, “Setiap negara di wilayah ini tampaknya membela diri dengan caranya masing-masing. Apa yang kami harapkan adalah de-eskalasi dan menghentikan permusuhan.”

Dujarric juga menyatakan bahwa tidak ada seruan untuk penarikan personel PBB dari Lebanon saat ini, dan UNIFIL serta personel lainnya tetap melanjutkan tugas mereka.

Terkait Gaza, Dujarric melaporkan bahwa bantuan pangan bulanan untuk 1,4 juta orang di Gaza tidak dapat didistribusikan karena kurangnya sumber daya. Dia mencatat bahwa serangan udara, darat, dan laut oleh Israel terhadap Jalur Gaza terus berlanjut, dengan korban sipil dan pengungsian yang terus terjadi.

Terkait evakuasi medis, Dujarric menyebutkan bahwa delapan orang, termasuk tujuh anak, dievakuasi dari Gaza pada Senin (1/10) ke Rumania untuk mendapatkan perawatan medis khusus. "Rekan kesehatan PBB melaporkan bahwa sekitar 12.000 pasien belum dievakuasi sejak penutupan Rafah pada bulan Mei lalu, dan masih membutuhkan evakuasi," tambahnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : Antara

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Pemkab Sleman Sebut Perbaiki RTLH Ribuan Unit dalam Tiga Tahun

Sleman
| Rabu, 02 Oktober 2024, 21:17 WIB

Advertisement

alt

Ketinggian Puncak Gunung Everest Bertambah, Ini Penjelasannya

Wisata
| Selasa, 01 Oktober 2024, 22:07 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement