Advertisement
Ada Covid-19 Varian Baru Bernama Eris, WHO Sebut Tidak Berbahaya
Inisiatif ini juga akan didukung oleh upaya bersama tiga lembaga untuk mengumpulkan dan membuat data yang kuat dan inklusif dapat diakses yang diperlukan untuk memandu respons yang efektif terhadap pandemi Covid-19. - WHO
Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA—Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengakui ada virus Covid-19 varian baru bernama Eris sebagai variant of interest meski risiko kesehatan masyarakat ditetapkan minimal dan tidak berbahaya.
Varian EG.5 atau "Eris" dikaitkan dengan subvarian Omicron yang disebut XBB.1.9.2. Penularan varian Eris meningkat secara global, khususnya pada negara-negara seperti Inggris, Cina, dan Amerika Serikat.
Advertisement
Strain virus corona EG.5 yang beredar di Amerika Serikat dan China telah diklasifikasikan sebagai variant of interest oleh WHO. Namun, tampaknya tidak menimbulkan bahaya dan besar bagi kesehatan masyarakat dibandingkan varian lainnya.
Dilansir dari India Times, Minggu (13/8/2023), WHO memberikan penilaian tentang risiko secara kolektif, berdasarkan bukti yang tersedia tidak menunjukkan bahwa EG.5 menimbulkan efek kesehatan masyarakat.
Baca juga: Upacara Ganti Bregada Pakualaman Jadi Magnet Wisatawan
Seperti diketahui pandemi Covid-19 yang telah membunuh lebih dari 6,9 juta orang di seluruh dunia, dengan lebih dari 768 juta kasus terkonfirmasi sejak virus Corona ditemukan.
Kepala teknis WHO untuk Covid-19 Menurut Maria Van Kerkhove menjelaskan bahwa varian Eris lebih mudah menular tetapi tidak lebih parah dari varian Omicron lainnya.
“Kami tidak mendeteksi adanya perubahan tingkat keparahan EG.5 dibandingkan dengan sublineage Omicron lainnya yang telah beredar sejak akhir 2021,” ujarnya.
Menurut Van Kerkhove, urgensi kebutuhan akan lebih banyak data dan informasi dari banyak negara adalah faktor penghambat upaya memerangi infeksi yang terjadi.
"Sekitar setahun yang lalu, kami berada dalam situasi yang jauh lebih baik untuk mengantisipasi, bertindak, atau menjadi lebih gesit " ujarnya.
Dia mengatakan keterlambatan yang terjadi memberikan dampak yang negatif pada kemampuan untuk penanganan lebih menyusut. Data yang jelas memberikan kualitas yang lebih cepat untuk melakukan tindakan yang dilakukan sebelum kasus semakin meningkat.
Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus menyampaikan bahwa hanya 11 persen yang melaporkan rawat inap atau masuk ICU terkait dengan infeksi akibat varian tersebut.
Sebagai tanggapan, WHO merilis serangkaian pedoman penanganan Covid-19, mendesak negara-negara untuk terus melaporkan data, khususnya statistik kematian dan morbiditas, dan menawarkan vaksin.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : bisnis.com
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Bulan Perlahan Menjauhi Bumi, Ini Dampaknya bagi Kehidupan
- Hunian Korban Bencana Sumatera Bakal Dibangun di Lahan Negara
- Tokoh Dunia Kecam Penembakan Bondi Beach yang Tewaskan 12 Orang
- Surya Group Siap Buka 10.000 Lowongan Kerja di Tahun 2026
- Konser Amal di Tangerang Galang Rp1,3 Miliar untuk Sumatera dan Aceh
Advertisement
Jelang Nataru, Pedagang Wisata Gunungkidul Diingatkan Tak Nuthuk
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Eks Pangdam Jaya Jadi Dirut Baru Antam, Ini Profilnya
- Timnas Voli Putra Indonesia Bidik Juara Grup B SEA Games
- Bantul Kekurangan 153 Kepala Sekolah TK hingga SMP
- Lomba Lacak Sinyal ARDF Latih Kesiapsiagaan Bencana di Kulonprogo
- Polri Segera Umumkan Tersangka Bencana Banjir Sumatera Utara
- Jemaat Gereja St Albertus Agung Buat Altar dari Barang Bekas
- Rizki Juniansyah Rebut Emas SEA Games dan Pecahkan Rekor Dunia
Advertisement
Advertisement




