Advertisement

Kebutuhan Pembiayaan Korporasi Melesat, Impor Bahan Baku Justru Turun Tajam

Fahmi Ahmad Burhan
Rabu, 19 Juli 2023 - 05:27 WIB
Abdul Hamied Razak
Kebutuhan Pembiayaan Korporasi Melesat, Impor Bahan Baku Justru Turun Tajam BI mencatat kebutuhan pembiayaan korporasi meningkat pesat pada pertengahan tahun 2023 meskipun impor turun. Bisnis - Eusebio Chrysnamurti

Advertisement

Harianjogja.com, JAKARTA—Bank Indonesia (BI) mencatat kebutuhan pembiayaan korporasi meningkat pesat pada pertengahan tahun itu. Di sisi lain, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan nilai impor pada Juni 2023 mengalami penurunan secara tajam. 

Berdasarkan data BPS, nilai impor pada Juni 2023 mencapai US$17,15 miliar, turun sebesar 19,40 persen dibanding Mei 2023. Nilai impor Juni 2023 juga mengalami penurunan sebesar 18,35% secara tahunan (year on year/yoy).

Advertisement

BACA JUGA: Kinerja Impor Naik 38,65%, Ini Komoditas Penyumbang nya

Lesunya nilai impor ini didorong penurunan impor di sektor nonmigas 17,73% dibandingkan bulan sebelumnya. Sementara terjadi penurunan impor migas sebesar 29,12%, dipicu oleh penurunan impor minyak mentah yang turun sebesar 43,24%.

Padahal, berdasarkan Survei Penawaran dan Permintaan Pembiayaan Perbankan yang dirilis oleh BI, kebutuhan pembiayaan korporasi pada Juni 2023 itu tinggi. Saldo bersih tertimbang (SBT) kebutuhan pembiayaan korporasi mencapai 17,8% pada Juni 2023, lebih tinggi dari SBT 12,5% pada bulan sebelumnya.

"Peningkatan kebutuhan pembiayaan korporasi terutama didorong oleh sektor konstruksi, perdagangan, dan pertambangan. Peningkatan yang terjadi terutama untuk mendukung aktivitas operasional serta membayar kewajiban jatuh tempo," tulis BI dalam survei tersebut pada Selasa (18/7/2023).

Ekonom dan Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengatakan apabila dilihat pada sektor riilnya, memang impor bahan baku turun tajam. Akan tetapi, menyusutnya impor tidak terkoneksi dengan kenaikan kebutuhan pembiayaan korporasi.

Artinya, korporasi tidak serta merta memanfaatkan pembiayaan itu untuk aktivitas impor. Ada sejumlah kebutuhan lainnya yang didanai dari pembiayaan.

"Di konstruksi misalnya ada kaitan dengan percepatan proyek strategis nasional, sehingga pembiayaan termasuk dengan penerbitan utang cukup agresif," kata Bhima kepada Bisnis pada Selasa (18/7/2023).

Di sektor infrastruktur, terutama di BUMN karya membutuhkan darah segar untuk restrukturisasi pembiayaan hingga pembayaran vendor sambil menunggu penyertaan modal negara (PMN).

"Beberapa korporasi itu juga ada kecenderungan melakukan penerbitan utang sekarang-sekarang sebelum kekhawatiran adanya tekanan suku bunga global yang tinggi," ujar Bhima.

Pemenuhan kebutuhan pembiayaan juga bisa saja dilakukan pada pertengahan tahun ini untuk mengantisipasi kekhawatiran kesulitan pembiayaan dari investor global ketika negara asal dana seperti di Amerika Serikat (AS), Eropa, hingga China mengalami pelambatan.

Selain itu, ia menilai ada kecenderungan untuk refinancing dari korporasi guna menutup utang jatuh tempo. Alasan tingginya kebutuhan pembiayaan korporasi lainnya adalah kekhawatiran akan risiko politik tahun depan. "Jadi, antisipasi dengan menerbitkan utang secara cepat," tutur Bhima.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : Bisnis.com

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Advertisement

alt

Begini Jurus Harda-Danang Atasi Persoalan Sampah di Sleman

Sleman
| Selasa, 15 Oktober 2024, 09:27 WIB

Advertisement

alt

Rekomendasi Tempat Wisata Paling Populer di Thailand, Cek Daftarnya

Wisata
| Sabtu, 12 Oktober 2024, 13:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement