Advertisement

Selatan DIY Sering Diguncang Gempa dan Berpotensi Tsunami, Begini Rekomendasi Badan Geologi

Anisatul Umah
Minggu, 02 Juli 2023 - 16:17 WIB
Arief Junianto
Selatan DIY Sering Diguncang Gempa dan Berpotensi Tsunami, Begini Rekomendasi Badan Geologi Ilustrasi gempa bumi - JIBI

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA—Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyampaikan rekomendasi agar bangunan di kawasan Selatan DIY dan Jawa Tengah (Jateng) dibikin tahan gempa. Rekomendasi ini disampaikan menindaklanjuti gempa yang terjadi beberapa kali di Bantul, DIY.

Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM, Sugeng Mujiyanto mengatakan pusat gempa bumi adalah daerah selatan DIY dan Jateng. Dia memperkirakan berdasarkan posisi lokasi pusat gempa dan kedalaman, diakibatkan oleh aktivitas sesar aktif pada zona prismatik akresi yang terletak pada bagian atas Megathrust.

Advertisement

Sesar aktif pada zona ini pada umumnya merupakan sesar naik. Badan Geologi mencatat pemukiman penduduk yang terlanda guncangan gempa bumi sebagian besar terletak pada Kawasan Rawan Bencana (KRB) gempa bumi menengah hingga tinggi.

"Kejadian gempa bumi ini tidak menyebabkan tsunami meskipun lokasi pusat gempa bumi terletak di laut. Diperkirakan tidak mengakibatkan terjadinya deformasi bawah laut yang dapat memicu terjadinya tsunami," ucapnya melalui rilis, Minggu (2/7/2023).

BACA JUGA: Gempa Susulan di Bantul Capai 53 Kali, Ini Catatan Penting BMKG

Dia menjelaskan, data Badan Geologi juga mencatat jika wilayah pantai selatan DIY dan Jawa Tengah tergolong rawan tsunami dengan potensi tinggi tsunami di garis pantai lebih dari 3 meter. Masyarakat diminta untuk tidak mudah panik tetapi tetap waspada. Juga mengikuti informasi dari petugas BPBD setempat. "Badan Geologi merekomendasikan, bangunan di daerah selatan DIY dan Jateng harus dibangun menggunakan konstruksi bangunan tahan gempa bumi," ujarnya.

Bangunan tahan gempa berguna untuk  menghindari risiko kerusakan karena wilayah bagian selatan DIY dan Jateng tergolong rawan gempa bumi dan tsunami, maka harus lebih ditingkatkan upaya mitigasi melalui mitigasi struktural dan nonstruktural. "Kejadian gempa bumi ini diperkirakan tidak berpotensi mengakibatkan terjadinya bahaya ikutan (collateral hazard) yaitu, retakan tanah, penurunan tanah, gerakan tanah dan likuefaksi," ujar dia.

Sugeng menjelaskan morfologi daerah tersebut pada umumnya merupakan dataran, dataran bergelombang, dan perbukitan bergelombang hingga terjal pada bagian utara. Wilayah pantai daerah tersebut secara umum tersusun oleh tanah sedang (kelas D) dan tanah lunak (kelas E).  

Daerah tersebut pada umumnya tersusun oleh endapan Kuarter berupa endapan aluvial pantai, aluvial sungai, dan batuan rombakan gunungapi muda, serta batuan berumur Tersier berupa batuan sedimen (batupasir, batulempung, batulanau, batugamping). Sebagian batuan berumur Tersier dan batuan rombakan gunungapi muda tersebut telah mengalami pelapukan.

"Endapan kuarter dan batuan berumur tersier yang telah melapuk pada umumnya bersifat urai, lunak, lepas, belum kompak [unconsolidated] dan memperkuat efek guncangan, sehingga rawan gempa bumi. Selain itu pada morfologi perbukitan yang tersusun oleh batuan yang telah mengalami pelapukan akan berpotensi terjadi gerakan tanah apabila dipicu guncangan gempa bumi kuat dan curah hujan tinggi," ungkap Sugeng. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Advertisement

alt

Catat! Ini Nama-nama Anggota DPRD Sleman Periode 2024-2029 Per Dapil

Sleman
| Sabtu, 04 Mei 2024, 13:37 WIB

Advertisement

alt

Mencicipi Sapo Tahu, Sesepuh Menu Vegetarian di Jogja

Wisata
| Jum'at, 03 Mei 2024, 10:37 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement