Advertisement
Update Gempa Turki dan Suriah: Korban Tewas Mencapai Lebih dari 46.000 Jiwa

Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA– Korban tewas akibat gempa bumi yang melanda Turki dan Suriah mencapai lebih dari 46.000 jiwa, dan jumlah korban diperkirakan akan terus meningkat.
Adapun, sekitar 345.000 apartemen di Turki diketahui telah hancur dan banyak orang yang masih dinyatakan hilang akibat gempa yang melanda negara tersebut.
Advertisement
Kepala Otoritas Manajemen Bencana dan Darurat Turki (AFAD), Yunus Sezer, mengatakan upaya pencarian dan penyelamatan sebagian besar dihentikan pada Minggu (18/2/2023) malam.
Saat ini, korban tewas di Turki mencapai 40.642 jiwa akibat gempa, sedangkan negara tetangga Suriah melaporkan lebih dari 5.800 kematian.
Sementara itu, 12 hari pascagempa melanda, para pekerja dari Kyrgyzstan mencoba menyelamatkan satu keluarga Suriah beranggotakan 5 orang dari puing-puing sebuah bangunan di kota Antakya di selatan Turki.
Anggota tim penyelamat, Atay Osmanov, melaporkan 3 orang, termasuk seorang anak, diselamatkan hidup-hidup. Ibu dan ayahnya selamat, tetapi anak itu kemudian meninggal karena dehidrasi, serta satu kakak perempuan dan saudara kembarnya tidak berhasil diselamatkan.
"Kami mendengar teriakan saat kami menggali hari ini satu jam yang lalu. Saat kami menemukan orang yang masih hidup, kami selalu bahagia," kata Osmanov seperti dilansir dari Reuters, Minggu (19/2/2023).
Adapun, 10 ambulans menunggu di jalan terdekat yang telah diblokir untuk memudahkan proses penyelamatan para korban gempa.
Sementara itu, di sela-sela Konferensi Keamanan Munich, Direktur WFP, David Beasley, mengatakan pemerintah Suriah dan Turki telah bekerja sama dengan sangat baik, tetapi operasinya terhambat di barat laut Suriah.
Pada pekan lalu, badan itu mengatakan kehabisan stok logistik di sana dan menyerukan lebih banyak penyeberangan perbatasan dibuka dari Turki.
“Masalah yang kami hadapi (adalah) operasi lintas garis ke Suriah barat laut di mana otoritas Suriah barat laut tidak memberi kami akses yang kami butuhkan,” kata Beasley.
Pihaknya mengatakan bahwa waktu telah hampir habis dan kehabisan uang, serta perlu mendapatkan dukungan yang kami butuhkan.
"Waktu hampir habis dan kami kehabisan uang. Operasi kami menghabiskan sekitar $50 juta per bulan untuk tanggap gempa saja, jadi kecuali Eropa menginginkan gelombang baru pengungsi, kami perlu mendapatkan dukungan yang kami butuhkan," ujarnya.
Sementara itu, lebih dari satu dekade perang saudara terjadi di Suriah, sebagian besar korban jiwa terjadi di barat laut. Daerah yang dikendalikan oleh pemberontak yang berperang dengan pasukan dari Presiden Bashar al-Assad, mempersulit upaya penyaluran bantuan kepada masyarakat.
Atas dasar itu, ribuan warga Suriah mencari perlindungan di Turki dari perang saudara dan kembali ke rumah mereka di zona perang setidaknya untuk saat ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : JIBI/Bisnis.com
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- OJK Ingatkan Suntikan Likuiditas Rp200 Triliun Belum Jamin Dorong Kredit
- Mahfud MD Ingatkan Polri Perbaiki Citra Pasca Aksi Kekerasan
- DPR Pastikan Belum Terima Surat Presiden Soal Pergantian Kapolri
- Pembunuh Charlie Kirk Dikabarkan Memiliki Riwayat Penyakit Mental
- Banyak Orang Hilang Sejak Aksi Demo, Polda Buka Posko Pengaduan 24 Jam
Advertisement

Perpustakaan Kota Jogja Tambah Koleksi Buku dan Perluas Akses Digital
Advertisement

Pemkab Boyolali Bangun Pedestrian Mirip Kawasan Malioboro Jogja
Advertisement
Berita Populer
- Hadapi Dinamika Geopolitik, Prabowo-MBZ Dorong Negara-Negara Timteng Bersatu
- Buntut Penggerebekan Pabrik Baterai di AS, Hyundai-LG Tunda Operasional
- Penembak Charlie Kirk Ditangkap, Begini Tampang dan Dugaan Motifnya
- Mantan Ketua MA Nepal Ditunjuk Jadi Perdana Menteri Sementara
- Tinjau Dampak Bencana, Prabowo Kunjungi Korban Banjir Bali
- Rusia Diguncang Gempa Magnitudo 7,4, Ini Penyebabnya
- PBNU Desak KPK Tetapkan Tersangka Kasus Korupsi Kuota Haji, Ini Alasannya
Advertisement
Advertisement