Advertisement
Indonesia Krisis Sopir Berkualitas, KNKT: Mereka Tak Paham Rem
Ilustrasi razia angkutan umum. - Istimewa
Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA — Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) menyebut Indonesia tengah mengalami darurat krisis sopir angkutan umum dan barang.
Krisis tersebut berkaitan dengan jumlah dan kompetensi pengemudi, maupun krisis kelelahan pengemudi dan keselamatan jalan.
Advertisement
Pelaksana Tugas (Plt.) Kepala Subkomite Moda Investigasi Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (LLAJ) KNKT, Ahmad Wildan mengungkap bahwa masalah krisis itu ada di berbagai perusahaan angkutan penumpang maupun barang.
KNKT menduga adanya krisis kompetensi pengemudi yang bekerja di perusahaan angkutan penumpang dan barang, baik di perusahaan nasional hingga multinasional.
"Mereka tidak paham sistem rem, baik pengemudi di perusahaan nasional dan multinasional. Mereka juga tidak paham dashboard instrumen mobil, tidak juga paham pre-trip inspection," kata Wildan dalam Rapat Kerja Bidang Perhubungan Darat 2022, Selasa (22/11/2022).
BACA JUGA: Ridwan Kamil: Korban Meninggal Dunia akibat Gempa Cianjur Mayoritas Anak-anak
Selain itu terjadi krisis jumlah pengemudi yang awalnya disebabkan oleh pandemi Covid-19 selama dua tahun. Adanya pembatasan kegiatan masyarakat imbas pandemi sejak 2020 membuat jumlah pengemudi perusahaan angkutan berkurang.
Wildan mengungkap ada perusahaan angkutan yang mengetahui banyaknya pelanggaran lalu lintas yang dilakukan pengemudinya, namun memilih untuk tidak memberikan tindakan akibat keterbatasan jumlah pengemudi yang dimiliki.
"Masalah ini ada di Transjakarta, Pertamina, dan lain sebagainya. Ini masalah yang krusial, kita sedang krisis pengemudi. Kita juga krisis kompetensi pengemudi," ujarnya.
Di luar itu, Senior Investigator KNKT tersebut menilai masalah kelelahan (fatigue) yang dialami pengemudi masih menjadi risiko keamanan dan keselamatan lalu lintas. Menurut Wildan, kendati waktu kerja pengemudi sudah diatur, fasilitas tempat istirahat para pengemudi masih belum diatur dan minim ketersediaannya.
Terakhir, faktor jalan. Wildan menyebut lebih dari 70% jalanan non-tol di Indonesia dengan elemen geometrik substandar. Hal itu menjadikannya rawan kecelakaan dan berisiko terhadap keselamatan pengguna jalan.
Adapun, Kementerian Perhubungan (Kemenhub) mengungkap 17% kecelakaan lalu lintas disebabkan oleh kendaraan sarat dimensi dan muatan atau over dimension over loading (ODOL). Utamanya, angkutan barang yang sarat dimensi dan muatan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : JIBI/Bisnis.com
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Advertisement
Desa Wisata Adat Osing Kemiren Banyuwangi Masuk Jaringan Terbaik Dunia
Advertisement
Berita Populer
- Program Bedah Rumah di Jogja Berlanjut di Dua Kalurahan Ini
- Klasemen Liga Inggris Pekan Ini, Arsenal Semakin Kokoh di Puncak
- Harga Emas Antam di Logam Mulia Turun Rp23.000 per Gram
- Klasemen Liga Spanyol, Menang El Clasico, Real Madrid Nyaman di Puncak
- Percepat Dekontaminasi, Satgas Cs-137 Relokasi 91 Warga Cikande
- Trump: Amerika Serikat Siap Jadi Mitra dan Sahabat ASEAN
- KPK: Penindakan Tambang Ilegal Mandalika Tak Bisa Sendirian
Advertisement
Advertisement




