Advertisement

Mengapa Gas Air Mata Bisa Mematikan dan Bagaimana Cara Mengatasi Efeknya

Lajeng Padmaratri
Minggu, 02 Oktober 2022 - 16:17 WIB
Budi Cahyana
Mengapa Gas Air Mata Bisa Mematikan dan Bagaimana Cara Mengatasi Efeknya Aparat keamanan menembakkan gas air mata untuk menghalau suporter yang masuk lapangan usai pertandingan sepak bola BRI Liga 1 antara Arema melawan Persebaya di Stadion Kanjuruhan, Malang, Sabtu (1/10/2022). Sebanyak 127 orang dilaporkan meninggal dunia dalam kerusuhan tersebut. - Antara/Ari Bowo Sucipto

Advertisement

Harianjogja.comJOGJA—Gas air mata seringkali digunakan kepolisian untuk memukul mundur massa. Strategi itu dianggap efektif membubarkan kerumunan karena bisa menyebabkan wajah dan kulit perih.

Gas air mata merujuk pada bahan kimia yang mengiritasi kulit, paru-paru, mata, dan tenggorokan. Ada efek kesehatan jangka panjang langsung dan potensial dari paparan.

Advertisement

Kebanyakan orang pulih dengan cepat dari efek gas air mata. Namun, mereka tetap harus melalui jalur medis jika mereka bersentuhan dengan zat ini. Bahkan, gas air mata dapat menyebabkan gejala yang lebih parah pada orang dengan kondisi kesehatan tertentu.

Pada dasarnya, gas air mata tidak berbentuk gas. Ini terdiri dari bahan kimia padat atau cair, biasanya dalam bentuk semprotan atau bubuk. Zat ini bereaksi dengan kelembaban menyebabkan rasa sakit dan iritasi. Inilah sebabnya mengapa hal itu terutama mempengaruhi area lembab tubuh, seperti mata, mulut, tenggorokan, dan paru-paru.

Gas air mata bisa membahayakan kesehatan hingga mematikan karena terdiri dari banyak bahan kimia berikut ini, antara lain Kloroasetofenon (CN), Chlorobenzylidenemalononitrile (CS), Kloropikrin (PS), Bromobenzilsianida (CA), Dibenzoxazepin (CR), dan kombinasi bahan kimia yang berbeda.

Nama lain untuk jenis gas air mata termasuk fuli, semprotan merica, semprotan capsicum, dan agen anti huru hara.

Kekuatan gas air mata bervariasi. Paparan versi yang lebih terkonsentrasi atau paparan yang lama dapat memperburuk gejala.

Dosen Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surabaya Dede Nasrullah menjelaskan gas air mata mengandung kumpulan beberapa bahan kimia. Paparan bahan kimia tersebut secara langsung dapat menyebabkan iritasi pada mata, sistem pernapasan, dan kulit.

"Senyawa CS ini biasanya diformulasikan dengan beberapa bahan kimia, terutama pelarut metil isobutil keton (MIBK) yang digunakan sebagai pembawa," kata Dede dikutip dari Antara, Minggu (2/10/2022).

Ia menjelaskan senyawa CS ini yang berhubungan dengan reseptor syaraf yang dapat menyebabkan rasa nyeri. Ketika gas air mata terpapar di kulit terutama pada bagian wajah dan mata akan menimbulkan rasa perih dan pedih.

Selain itu gas air mata dapat juga menimbulkan rasa gatal pada kulit, panas, dan pengelihatan kabur. Gejala lainnya yaitu terkait dengan pernapasan dapat dialami, seperti sulit bernapas, batuk, mual dan muntah.

Dede menjelaskan yang bisa dilakukan pertama ketika terkena gas air mata adalah menyiram bagian tersebut dengan air bersih yang mengalir, karena air ini dapat menurunkan konsentrasi senyawa CS dalam formulasi.

"Kedua, tutup dengan rapat hidung, mata dan mulut bisa dengan menggunakan masker untuk meminimalisir terhirupnya gas tersebut," ujarnya.

Ketiga segera ganti pakaian yang sudah terkontaminasi dan jangan sampai terkena atau menyentuh anggota tubuh.

"Keempat segera menjauh dari area yang terdampak gas air mata. Terakhir carilah pertolongan medis, jika masih ada efek akibat gas air mata 20 menit setelahnya atau jika mengalami sesak segera minta pertolongan medis," katanya.

Efek Jangka Panjang

Gas air mata pada awalnya dikembangkan sebagai senjata kimia untuk penggunaan militer. Namun, senjata kimia ini sekarang dilarang dalam peperangan. Sayangnya, kepolisian dan personel militer masih kerap menggunakannya dalam aksi unjuk rasa untuk menghentikan pergerakan orang.

Ada pedoman ketat untuk penggunaan gas air mata di depan umum. Antara lain menembakkan gas air mata dari jarak jauh, hanya menggunakannya di luar ruangan, dan menggunakan campuran bahan kimia dengan kekuatan serendah mungkin.

Sebab, gas air mata memiliki efek jangka panjang dan risiko kematian. Paparan gas air mata di dalam ruangan, atau dalam jumlah besar, mungkin memiliki efek kesehatan yang serius. Ini termasuk glaukoma, kebutaan, luka bakar kimia, hingga gagal napas.

Ketua Umum Persatuan Dokter Paru Indonesia (PDPI) Agus Dwi Susanto menjelaskan bahwa paparan gas air mata bisa memberikan efek dalam berbagai tingkatan terhadap tubuh seseorang. Efeknya dapat terasa di luar maupun hingga ke pernapasan.

Direktur Utama RSUP Persahabatan ini memperingatkan bahwa dalam konsentrasi tinggi, gas air mata dapat menimbulkan efek sangat serius, yakni kematian. “Risiko kematian bisa terjadi bila menghirup dalam konsentrasi tinggi,” ujarnya.

Sebuah studi tahun 2017 dari data yang dikumpulkan selama 25 tahun melihat efek gas air mata pada tubuh. Bahan kimia dan tabung yang digunakan untuk melepaskannya telah menyebabkan cedera parah, cacat permanen, dan kematian. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Korban Apartemen Malioboro City yang Laporkan Pengembang Ke Polda DIY Bertambah

Jogja
| Selasa, 19 Maret 2024, 13:37 WIB

Advertisement

alt

Ribuan Wisatawan Saksikan Pawai Ogoh-Ogoh Rangkaian Hari Raya Nyepi d Badung Bali

Wisata
| Senin, 11 Maret 2024, 06:07 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement