Advertisement
Sekda Boyolali Persilakan Wartawan Bikin Berita Jelek, Asal...

Advertisement
Harianjogja.com, BOYOLALI-Sekretaris Daerah (Sekda) Boyolali, Masruri, mempersilakan wartawan membuat berita jelek asal ditulis berdasarkan fakta.
“Tulis saja kalau memang fakta. Kalau Anda beritakan itu jelek dan fakta, kami bisa membangun,” ujarnya dalam Workshop Pengelolaan Kemitraan Media Massa dalam acara Press Tour Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Boyolali di Kota Probolinggo, Jawa Timur, dikutip dari Solopos.com-jaringan Harianjogja.com, Jumat (30/9/2022).
Advertisement
Ia mencontohkan jika ada pemberitaan orang sakit di daerah terpencil dan belum diketahui Pemkab, maka hal tersebut akan segera ditindaklanjuti oleh Pemkab Boyolali.
Masruri juga mengatakan kemitraan Pemkab dengan wartawan juga terbuka, sehingga Pemkab dapat diajak berkomunikasi apabila terjadi sesuatu.
Sekda Masruri juga meminta wartawan untuk dapat memberitakan hal-hal yang baik di Boyolali. “Kami terbuka dengan apa yang diberitakan, baik atau buruk yang penting jelas dan tidak membuat fitnah. Nek apik yo diomongke apik, nek elek diomongke elek. Ojo sampai elek diomongke apik, nek diomongke apik repot, nanti tidak bisa berbenah,” jelasnya.
Sementara itu, Kepala Bidang (Kabid) Informasi dan Komunikasi Publik (IKP) Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Kota Probolinggo, Wahyu Hidayat, mengatakan Pemerintah Kota Probolinggo memiliki slogan sebesar apapun sebuah kegiatan dan tanpa publikasi tidak ada gunanya.
Maka dari itu, ia menegaskan peran sinergitas antara pemerintah daerah dengan media. Wahyu kemudian juga meminta peran pers untuk memberitakan berimbang suatu kejadian.
“Jadi untuk memberitakan kejadian, yang pertama memang yang disampaikan terkait tragedinya. Yang kedua terkait penanganannya. Jadi yang diangkat bukan hanya tragedinya saja,” kata dia.
Lebih lanjut, Wahyu mengatakan wartawan adalah jembatan komunikasi antara pemerintah dengan masyarakat. Selain itu, ia menyebut wartawan adalah penyeimbang informasi, sehingga berbagai informasi dari pemerintah daerah yang diterima masyarakat seimbang atau tidak bias, dapat mengena, dan tidak menimbulkan kegaduhan.
Wahyu juga mengatakan di era digitalisasi, siapapun bisa menjadi wartawan dengan media sosial. Namun, ia mengatakan informasi yang tersebar lewat media sosial biasanya masih belum lengkap dan tidak berpedoman pada kode etik wartawan.
“Profesi wartawan pasti ada kode etik, sedangkan masyarakat biasa begitu mendengar sedikit informasi langsung diunggah di media sosial. Itulah yang menjadi perbedaan dengan wartawan profesional,” kata dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Solopos
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- BNN Ungkap Wilayah Pesisir dan Perbatasan Rawan Peredaran Narkoba, Begini Polanya
- Seorang Perawat Rumah Sakit di Cirebon Diduga Lecehkan Remaja Disabilitas, Polisi Periksa 11 Saksi
- Mensos Usahakan Siswa Lulusan Sekolah Rakyat Dapat Beasiswa
- Dukung Pengamanan Kejaksaan oleh TNI, Wakil Ketua Komisi 1 DPR: Untuk Efektifkan Penegakan Hukum
- Ledakan di Garut Tewaskan 13 Orang, Prosedur Pemusnahan Amunisi Harus Dievaluasi
Advertisement

Pembangunan Tol Jogja-Solo Ruas Trihanggo-Junction Sleman Dipercepat
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- 75.887 Jemaah Calon Haji Telah Diberangkatkan ke Tanah Suci
- Pemerintah Afghanistan Haramkan Permainan Catur
- Respons ITB Terkait Mahasiswanya Jadi Tersangka Seusai Unggah Meme Prabowo dan Jokowi
- BMKG Ungkap Penyebab Gempa Magnitudo 5,3 Guncang Maldina Sumut
- Pesan Presiden Prabowo di Hari Raya Waisak: Welas Asih Bagi Kita Semua
- Paus Leo XIV Minta Gereja Merespons Perkembangan Kecerdasan Buatan
- Pemprov Bali Akan Menolak Pengajuan SKT Ormas Preman
Advertisement