Advertisement
Pakar: Keaslian & Kebaruan Penelitian Jadi Kunci Berkarya di Jurnal Bereputasi
Pakar Ilmu Komunikasi dari UPN Veteran Jogja Puji Lestari. - Youtube.
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA--Melakukan penelitian, menuliskan karya ilmiah dan mempublikasikan di jurnal bereputasi saat ini sudah menjadi kewajiban yang tidak bisa ditawar lagi oleh para akademisi. Akantetapi untuk menghasilkan karya yang langsung bisa diterima di jurnal bereputasi bukan hal yang mudah, melainkan karya penelitian harus asli dan memiliki kebaruan.
Pakar Ilmu Komunikasi dari UPN Veteran Jogja Puji Lestari menjelaskan, dahulu hasil penelitian hanya ditumpuk di perpustakaan, saat ini eranya berbeda, semua hasil penelitian harus dipublikasikan. Berbagai syarat untuk lulus S-2, S-3 bahkan untuk jabatan fungsional tertentu sampai jenjang profesor hingga untuk mendapatkan hibah harus menulis di jurnal ilmiah bereputasi melalui proses penelitian.
Advertisement
BACA JUGA : Kuantitas Jurnal Terakreditasi Tak Seimbang dengan Jumlah
“Bagaimana kita menulis hasil penelitian itu pada jurnal. Kuncinya cermat, apakah kita meneliti tentang individu, komunitas, ada banyak masalah yang dihadapi, dari sisi program, yang ada efektif tidak. Masalahnya banyak yang gagal dalam menuliskan jurnal apalagi jurnal internasional bereputasi,” katanya dalam bedah buku Metode Penelitian Komunikasi secara daring, Rabu (13/10/2021). Buku ini merupakan karya dari Puji Lestari berkolaborasi dengan Guru Besar UNY Profesor Sugiyono. Sejumlah akademisi turut membedah buku setebal 718 halaman tersebut secara virtual, antara lain peneliti Universitas Terbuka Benny A Pribadi dan akademisi dari UPI, Profesor Suwatno.
Puji mengingatkan kunci dari sebuah karya ada keaslian dan kebaruan penelitian. Editor jurnal, kata dia, akan menelisik lebih jauh jika karya seseorang belum mengandung kedua unsur tersebut. Karena faktanya banyak peneliti yang mengesampingkan faktor keaslian dan kebaruan. Menurutnya kebaruan itu tidak harus secara penuh atau belum pernah diteliti sama sekali, melainkan cukup dengan menambahkan satu variabel ide melalui konsep di penelitian tersebut. Hal itu sebenarnya sudah dapat disebut ada unsur kebaruan.
“Ketika kita direview artikel, yang ditanyakan oleh reviewer-nya adalah apa originalitas apakah ini artikel hasil penelitian, maka ada metodenya, ada survei, studi kasus itu harus tampak, lalu kebaruannya. Reviewer itu pasti tahu ada yang terbaru atau tidak serta kontribusi ilmiah dari penelitian yang dituliskan. Banyak peneliti yang menulis tetapi belum ada unsur kebaruannya,” kata Puji yang telah mengelola jurnal ilmiah bertahun-tahun ini.
BACA JUGA : Ratusan Akademisi 9 Negara Bahas Rekayasa Teknologi
Ia menambahkan 80 persen dari artikel yang ditulis harusnya referensi dari jurnal, jika menggunakan referensi buku sebaiknya karya dengan rentang 10 tahun terakhir. Terpenting disarankan menggunakan aplikasi, seperti Mendeley yang merupakan software sering digunakan untuk mempermudah penyusunan daftar pustaka secara otomatis. Tujuannya agar mudah karya dapat disitasi oleh penulis lain.
“Hasil temuan harus bisa menyelesaikan masalah dari latar belakang, ditambahkan ide penulis, lalu kesimpulan harus menjawab tujuan,” ujar Dewan Pakar Aspikom ini.
Puji yang juga Ketua Umum Asosiasi Penerbit Jurnal Ilmu Komunikasi Indonesia (APJIKI) dalam bukunya ia mengungkap sejumlah tips bagi peneliti dalam menuliskannya menjadi artikel jurnal ilmiah internasional maupun jurnal nasional terakreditasi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Wajib Belajar 13 Tahun Perkuat Fondasi SDM di Kota Magelang
- Cek, Jadwal dan Tarif Bus DAMRI Jogja Semarang Hari Ini
- Kalahkan Kepulauan Faroe 1-3, Kroasia Lolos ke Piala Dunia 2026
- Revisi Perda KTR Kulonprogo Picu Pro-Kontra Soal Iklan Rokok
- Luxembourg Vs Jerman, Skor 2-0, Woltemade Cetak Brace bagi The Panzer
- Akhirnya, Logo Akademi TNI di Atas Gedung Pemkot Magelang Diturunkan
- Top Ten News Harianjogja.com, Sabtu 15 November 2025
Advertisement
Advertisement





