Advertisement

Akhir Tahun Jadi Ujian Indonesia Hadapi Potensi Gelombang Ketiga Covid-19

Muhammad Khadafi
Jum'at, 01 Oktober 2021 - 12:37 WIB
Budi Cahyana
Akhir Tahun Jadi Ujian Indonesia Hadapi Potensi Gelombang Ketiga Covid-19 Warga berjalan di depan videotron mengenai protokol kesehatan di kawasan Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Senin (13/9/2021). - Antara Foto/Dhemas Reviyanto

Advertisement

Harianjogja.com, JAKARTA — Indonesia berpotensi mengalami lonjakan gelombang ketiga Covid-19 sehingga semua pihak perlu mempelajari pola kenaikan kasus selama pandemi berlangsung di Tanah Air. 

Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito mengatakan kasus positif Covid-19 baru telah turun selama 10 pekan terakhir. Namun dengan adanya wacana kegiatan besar kembali diizinkan dan ditambah periode Natal dan Tahun Baru 2022, Indonesia dibayangi oleh gelombang Covid-19 selanjutnya.

Advertisement

"Berdasarkan pengalaman, kenaikan kasus hampir selalu terjadi pasca kegiatan besar," Wiku memberi Keterangan Pers Perkembangan Penanganan Covid-19 di Graha BNPB, Kamis (30/9/2021) yang juga disiarkan kanal YouTube Sekretariat Presiden.

Menurut Wiku, kebijakan pembatasan mobilitas dan aktivitas masyarakat adalah faktor utama menekan laju penyebaran virus Corona. Namun pendekatan tersebut tidak dapat dilakukan dalam jangka waktu yang lama, karena akan berdampak pada sektor ekonomi dan juga membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Oleh karena itu disiplin protokol kesehatan menjadi upaya paling mudah dan murah yang bisa dilakukan.

Adapun sebagai pembelajaran pertama, kenaikan kasus Covid-19 pertama terjadi pascaperiode Idulfitri tahun 2020. Meskipun saat itu diberlakukan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dan mudik ditiadakan, tetapi kasus tetap naik hingga 214 persen. Kenaikan mulai terjadi 2 minggu pasca-lebaran dan bertahan selama 7 minggu.

Setelah itu, puncak pertama kasus Covid-19 di Indonesia terjadi pada November 2020 hingga Januari 2021. Kenaikan ini merupakan akumulasi dari event kolektif yang dimulai dari hari kemerdekaan 17 Agustus, Maulid Nabi pada 28-29 Oktober, serta Natal dan Tahun Baru 2021.

Saat itu kasus baru naik sebesar 389 persen dan bertahan hingga 13 minggu. Setelah puncak pertama, kasus sempat menurun selama 15 minggu.

Indonesia masuk pada puncak kedua pasca-Idulfitri 2021. Meskipun saat itu aturan peniadaan mudik telah diberlakukan, kegiatan berkumpul bersama keluarga pada satu wilayah yang sama atau wilayah aglomerasi tetap dilakukan oleh sebagian besar masyarakat.

"Hal ini terjadi karena masyarakat merasa aman dengan turunnya kasus Covid-19 selama 15 minggu berturut-turut

Selain itu, adanya varian Delta yang menyebarluas di Indonesia, juga berperan besar pada gelombang besar kedua tersebut. Sebagai akibatnya, kasus naik hingga 880 persen.

Namun, lonjakan kedua berlangsung lebih singkat selama 8 minggu daripada lonjakan kasus pertama yang bertahan selama 13 minggu. Hal ini terjadi karena kemampuan kesadaran dan respon kolektif antara seluruh lapisan masyarakat dan pemerintah.

Kondisi lonjakan kedua mendorong diberlakukannya Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) dan akhirnya memengaruhi kondisi ekonomi Indonesia.

Pada Kuartal ketiga 2021, pertumbuhan ekonomi adalah sebesar 2 persen. Angka ini turun sekitar 5 persen dari pertumbuhan ekonomi pada Kuartal kedua yaitu 7,0 tujuh persen.

"Sekali lagi saya tekankan bahwa apapun upaya yang akan dilakukan jika pelaksanaan dan pengawasan protokol Kesehatan tidak kuat, maka hal tersebut tidak akan berjalan dengan efektif," kata Wiku.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : JIBI/Bisnis.com

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Baliho Menjamur di Jalanan Sleman, Lurah Banyurejo Siap Maju di Pilkada 2024

Sleman
| Jum'at, 19 April 2024, 20:07 WIB

Advertisement

alt

Pengunjung Kopi Klotok Membeludak Saat Libur Lebaran, Antrean Mengular sampai 20 Meter

Wisata
| Minggu, 14 April 2024, 18:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement