Advertisement
Jakarta Diprediksi Tenggelam 10 Tahun Lagi, Ini Respons Anies Baswedan
Tanggul Pantai Jakarta - JIBI/Bisnis.com
Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA—Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menegaskan penghentian proyek pulau reklamasi di Teluk Jakarta adalah langkah yang benar seiring mencuatnya peringatan bahwa Ibu Kota bisa tenggelam pada 2030 nanti.
Peringatan Ibu Kota tenggelam itu disampaikan Presiden Amerika Serikat Joe Biden dalam pidato tentang perubahan Iklim di Kantor Direktur Intelijen Nasional Amerika Serikat akhir bulan lalu.
Advertisement
“Ini adalah fakta yang membuat kita makin yakin menghentikan, tidak meneruskan reklamasi adalah langkah yang tepat untuk mengurangi dampak naiknya permukaan air laut,” kata Anies dalam diskusi daring bersama Ikatan Alumni ITB, Selasa (10/8/2021) malam.
Selain itu Anies membeberkan hasil penelitian ilmuwan penginderaan jauh dari East China Normal University Dhritiraj Sengupta yang menemukan dataran pulau buatan lebih cepat terjadi penurunan muka tanah atau land subsiden. Melansir temuan itu, Anies mengatakan, penurunan muka tanah pada lahan reklamasi mencapai 80 milimeter per tahun.
Di sisi lain, berdasarkan laporan Japan International Cooperation Agency (JICA), Anies mengatakan, terjadi perlambatan penurunan muka tanah karena kebijakan penggunaan air tanah di Jakarta. Pada tahun 2007 penurunan muka tanah di Jakarta Utara mencapai 22 milimeter per tahun. Belakangan, penurunan muka tanah itu dapat dikurangi mencapai 2 milimeter setiap tahunnya.
“Karena itu di Jakarta kita mengurangi pemakaian air tanah dengan bangun kios air untuk membangun akses kepada warga agar bisa dapat air bersih. Kita juga melakukan penindakan pada gedung-gedung yang menyedot air tanah secara sembarangan,” kata dia.
Pada 2018, peneliti dari Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian Institut Teknologi Bandung (ITB), Heri Andreas, memprediksi 95 persen wilayah Jakarta Utara akan terendam air laut pada 2050. Pemicunya adalah penurunan tanah sebesar 2,5 meter dalam 10 tahun (1-15 sentimeter per tahun).
Malahan, firma konsultan risiko Verisk Maplecroft memasukkan Jakarta ke daftar 100 kota yang menghadapi risiko besar lingkungan, dari banjir hingga kerentanan terhadap krisis iklim pada 12 Mei 2021 lalu.
Studi terbaru adalah yang dilakukan Greenpeace East Asia, yang dirilis pada 24 Juni lalu, tentang ancaman yang dihadapi tujuh Ibu Kota negara di Asia Timur, termasuk Jakarta, pada 2030.
Kajian itu menyitir sejumlah studi serupa yang menyatakan, bahwa Ibu Kota Indonesia yang memiliki ketinggian rata-rata 8 meter di atas permukaan laut dan dialiri 13 sungai tersebut rawan banjir karena masalah drainase.
Setiap tahun Jakarta juga diterjang banjir akibat hujan lebat, debit sungai yang tinggi, dan rob. Pengambilan air tanah yang berlebihan berkontribusi terhadap penurunan muka tanah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : JIBI/Bisnis.com
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Badan Geologi Pantau Ketat 127 Gunung Api Aktif di Indonesia
- Libur Nataru, KLH Prediksi Sampah Nasional Naik 59 Ribu Ton
- Lebih dari 4 Juta Senjata Beredar, Australia Luncurkan Buyback Nasion
- KPK Tangkap Enam Orang dalam OTT di Kalimantan Selatan
- Kakak Sulung Berpulang, Unggahan Atalia Praratya Mengharukan
Advertisement
Perayaan Hari Ibu Soroti Tantangan dan Peran Strategis Perempuan
Advertisement
Wisata Hidden Gem di Jogja Menawarkan Alam Tenang dan Otentik
Advertisement
Berita Populer
- JKC Golf for Charity Dukung UMKM Difabel Binaan Bank BPD DIY
- Bambang Akui Antrean Online Mobile JKN Sangat Mudah bagi Lansia
- Jogja City Mall Hadirkan Event Natal dan Tahun Baru Desember
- Sambut Libur Nataru, PLN Siagakan 315 SPKLU di Jateng DIY
- Festival Lorong 4 Hadirkan Harmoni Holistik di Jogja
- Mantap! Bank Sampah di Jogja Ini Sulap Sampah Plastik Jadi BBM Motor
- PLN Siagakan 4.078 Personel Jaga Keandalan Listrik Nataru Jateng DIY
Advertisement
Advertisement



