Advertisement

Ilmuwan: Bumi Capai Suhu Terpanas dalam 125.000 Tahun

Reni Lestari
Senin, 09 Agustus 2021 - 16:47 WIB
Budi Cahyana
Ilmuwan: Bumi Capai Suhu Terpanas dalam 125.000 Tahun Ilustrasi - Freepik

Advertisement

Harianjogja.com, JAKARTA - Sebuah laporan baru dari para ilmuwan iklim dunia memperingatkan bahwa planet ini akan memanas hingga 1,5 derajat Celcius dalam dua dekade mendatang apabila tak ada langkah drastis untuk menghilangkan polusi gas rumah kaca.

Temuan dari kelompok yang didukung Perserikatan Bangsa-Bangsa itu juga menyatakan dekade terakhir kemungkinan besar lebih panas daripada periode mana pun dalam 125.000 tahun terakhir, ketika permukaan laut lebih tinggi 10 meter.

Advertisement

Pembakaran dan penggundulan hutan juga telah meningkatkan kadar karbon dioksida di atmosfer lebih tinggi daripada yang terjadi dalam dua juta tahun. Pertanian dan bahan bakar fosil telah berkontribusi pada tingkat metana dan nitro oksida lebih tinggi daripada titik mana pun dalam setidaknya 800.000 tahun.

Penilaian ilmiah terbaru dari Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC) itu untuk pertama kalinya berbicara dengan pasti tentang tanggung jawab total aktivitas manusia atas kenaikan suhu bumi. Para ilmuwan memperkirakan tren pemanasan tidak akan berakhir sampai emisi berhenti.

"Tidak diragukan lagi bahwa pengaruh manusia telah menghangatkan atmosfer, lautan, dan daratan,” tulis penulis penilaian sains global IPCC, dilansir Bloomberg, Senin (9/8/2021).

Ambang batas pemanasan 2 derajat Celcius akan dilampaui selama abad ke-21 tanpa pengurangan emisi yang signifikan dalam beberapa dekade mendatang.

Laporan itu adalah karya lebih dari 200 ilmuwan yang mencerna ribuan penelitian, dan ringkasannya telah disetujui oleh delegasi dari 195 negara. Lebih dari perkiraan atau catatan lainnya, tekad laporan ini menetapkan konsensus global yang kuat jelang pembicaraan iklim internasional COP26 PBB.

Antonio Guterres, Sekretaris Jenderal PBB mengatakan dokumen itu adalah kode merah untuk kemanusiaan.

“Laporan ini harus membunyikan lonceng kematian untuk batu bara dan bahan bakar fosil sebelum mereka menghancurkan planet kita,” katanya.

Serangkaian bencana akibat perubahan iklim telah melanda dunia dalam beberapa bulan terakhir.

Musim panas di belahan bumi utara telah dirusak oleh banjir besar di seluruh Eropa dan China, serta kekeringan yang mengkhawatirkan dan permulaan awal kebakaran hutan besar di AS Barat dan Kanada. Salah satu tempat terdingin di planet ini, Siberia, telah mengalami panas yang parah dan kebakaran hutan. Kebakaran hutan juga meluas di Yunani.

Hampir semua ini dapat dikaitkan dengan pengaruh manusia. IPCC menemukan bahwa efek gabungan dari aktivitas manusia telah meningkatkan suhu rata-rata global sekitar 1,1 derajat Celcius di atas rata-rata akhir abad ke-19.

Kontribusi faktor alam terhadap pemanasan global, seperti matahari dan gunung berapi, diperkirakan mendekati nol. Faktanya, manusia telah membuang cukup banyak gas rumah kaca ke atmosfer untuk memanaskan planet ini sebesar 1,5 persen Celcius, menurut laporan tersebut, tetapi polusi partikel halus dari bahan bakar fosil memberikan efek pendinginan yang menutupi sebagian dampaknya.

Dalam penilaian kelima, yang diterbitkan pada 2013, ilmuwan sukarelawan IPCC memperkenalkan gagasan "anggaran karbon", menetapkan batas atas jumlah karbon dioksida yang dapat ditambahkan ke atmosfer sebelum menembus ambang batas suhu tertentu.

“Sekarang kami lebih percaya pada angka-angka itu,” kata Joeri Rogelj, dosen perubahan iklim dan lingkungan di Imperial College London dan salah satu penulis laporan tersebut.

Umat manusia akan memiliki sekitar 50 persen peluang untuk tetap berada di bawah ambang batas 1,5 derajat Celcius yang diminta oleh Perjanjian Paris jika emisi CO? mulai 2020 dan seterusnya tetap di bawah 500 miliar ton. Pada tingkat emisi saat ini, anggaran karbon itu akan habis dalam waktu sekitar 13 tahun. Jika lajunya tidak turun, planet ini akan memanas lebih dari 1,5 derajat Celcius.

"Kesempatan kita untuk menghindari dampak bencana yang lebih besar memiliki tanggal kedaluwarsa,” kata Helen Mountford, wakil presiden iklim dan ekonomi di World Resources Institute.

Dia melanjutkan, laporan itu menyiratkan bahwa dekade ini benar-benar kesempatan terakhir manusia untuk mengambil tindakan yang diperlukan untuk membatasi kenaikan suhu hingga 1,5 derajat Celcius.

"Jika kita secara kolektif gagal mengekang emisi gas rumah kaca dengan cepat pada 2020-an, tujuan itu akan lepas dari jangkauan," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : JIBI/Bisnis.com

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

AHY Menegaskan Tidak Akan Ada Lagi Asal Menggusur di IKN

Jogja
| Jum'at, 26 April 2024, 09:47 WIB

Advertisement

alt

Sandiaga Tawarkan Ritual Melukat ke Peserta World Water Forum di Bali

Wisata
| Sabtu, 20 April 2024, 19:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement