Advertisement
Bukan Pakai Masker, Ahli Usul agar Urutan Pertama Kampanye 3M Diubah jadi Jauhi Kerumunan

Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA-Pemerintah disarankan untuk mengubah kampanye dengan menempatkan imbauan menjauhi kerumunan di urutan pertama 3M guna mencegah penularan tinggi Covid-19. Saran tersebut disampaikan oleh ohli virologi Universitas Udayana Prof Dr drh I Gusti Ngurah Kade Mahardika.
Mahardika saat dihubungi dari Jakarta, Senin, mengatakan seharusnya yang menjadi urutan pertama dalam gerakan 3M yang sudah dikenal masyarakat dengan memakai masker, mencuci tangan dengan sabun, menjaga jarak itu justru menjauhi kerumunan.
Advertisement
Menurut dia, kerumunan adalah penyebab utama dari terjadinya lonjakan kasus Covid-19 yang tinggi di Indonesia.
Mahardika mengatakan di dalam suatu kerumunan, masih dapat dijumpai orang yang tidak menggunakan masker. Kalaupun memakai masker, masih ada masyarakat yang mencuri kesempatan untuk membukanya pada tiap kesempatan.
“Apalagi orang tidak disiplin semua, ada yang tidak memakai masker. Nah jadi ini yang membuat penanggulangannya sulit. Terlebih ada orang yang anti-COVID-19, percaya dengan teori konspirasi Covid-19,” kata dia menjelaskan alasan mengapa urutan nomor satu kampanye 3M seharusnya menghindari kerumunan.
Baca juga: Rumah Sakit Darurat Respati untuk Pasien Covid-19 di Sleman Mulai Dioperasikan
Karenanya walaupun gerakan 3M terbilang masih efektif untuk dilakukan, Mahardika mengatakan sebaiknya pemerintah mengganti urutan tersebut menjadi menjauhi kerumunan, memakai masker dan mencuci tangan.
Ia juga mengatakan sebaiknya pemerintah satu suara untuk mensosialisasikan gerakan 3M tersebut tanpa ada penambahan lagi, seperti aturan memakai masker, mencuci tangan pakai sabun dan air mengalir, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, serta membatasi mobilisasi dan interaksi (5M).
Mahardika menjelaskan bila melihat dari sisi psikologis, perbedaan gerakan 3M dan 5M inilah yang membuat masyarakat menjadi bingung.
“Pesan utama mesti di rumah yaitu kita menghindari kerumunan, mungkin tidak perlu menyebut 5M, 7M, itu menurut saya. Secara psikologi membuat masyarakat menjadi bingung,” katanya.
Selain mengubah urutan gerakan 3M tersebut, menurut Mahardika, dalam menekan mobilitas sosial, pemerintah antara lain dapat mengadakan pembinaan masyarakat yang dilakukan oleh setiap Satuan Tugas (Satgas) Penanganan COVID-19 di berbagai daerah, dan menonaktifkan akun-akun di media sosial yang menyebarkan hoaks.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Antara
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Penerima Bansos Terlibat Judol, Wakil Ketua MPR: Layak Diganti
- Top Ten News Harianjogja.com, Sabtu 12 Juli 2025: Dari Tom Lembong Sampai Harganas
- Pangkas Birokrasi Federal, Donald Trump Pecat 1.300 Pegawai Departemen Luar Negeri
- Jumlah Penduduk Indonesia Capai 286,69 Juta Jiwa per Juni 2025, Terbanyak Laki-Laki
- Kasus Chromebook, Kejaksaan Agung Menggeledah Kantor GoTo dan Menyita Ratusan Dokumen
Advertisement

10 SD Tidak Dapat Murid Baru di Gunungkidul Tak Langsung Ditutup
Advertisement
Tren Baru Libur Sekolah ke Jogja Mengarah ke Quality Tourism
Advertisement
Berita Populer
- BGN Minta Anggaran Makan Bergizi Gratis Ditambah Jadi Rp335 Triliun
- Polda Metro Jaya Targetkan Penyelidikan Kasus Kematian Diplomat Staf Kemenlu Rampung dalam Sepekan
- Hasil Penulisan Ulang Sejarah Bakal Diuji Publik 20 Juli 2025
- Tersangka Korupsi Minyak Mentah Riza Chalid Diduga Sudah Berada di Singapura, Kejagung Masukkan ke Daftar Cekal
- Kasus Chromebook, Kejaksaan Agung Menggeledah Kantor GoTo dan Menyita Ratusan Dokumen
- Jumlah Penduduk Indonesia Capai 286,69 Juta Jiwa per Juni 2025, Terbanyak Laki-Laki
- Jaksa Sebut Tom Lembong Tak Terima Uang, Tapi Kebijakannya Untungkan 10 Pihak
Advertisement
Advertisement