Advertisement
Ini Perangkat Lunak Israel yang Memata-Matai Aktivis, Politisi, & Jurnalis
Bendera Israel - Reuters
Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA - Para aktivis, politisi dan jurnalis dari seluruh dunia menjadi sasaran operasi pengawasan menggunakan perangkat lunak yang dijual perusahaan Israel NSO Group.
Praktik ini terungkap berkat penyelidikan atas kebocoran data besar-besaran oleh The Guardian, Washington Post dan 15 perusahaan media lainnya.
Advertisement
Laporan yang dirilis kemarin menyatakan "pemerintah otoriter" telah menyalahgunakan perangkat lunak Pegasus dan "meretas 37 smartphone," menurut sebuah laporan oleh Washington Post.
Menurut Guardian, kebocoran tersebut berisi daftar lebih dari 50.000 nomor yang diyakini menarik bagi klien NSO sejak 2016. Akan tetapi, penyebutan nomor telepon dalam data yang bocor tidak berarti perangkat tersebut diretas.
Washington Post melaporkan nomor dalam daftar itu juga milik kepala negara dan perdana menteri, anggota keluarga kerajaan Arab, diplomat dan politisi, serta aktivis dan eksekutif bisnis.
Daftar tersebut juga termasuk jurnalis untuk perusahaan media di seluruh dunia termasuk Agence France-Presse, The Wall Street Journal, CNN, The New York Times, Al Jazeera, France 24, Radio Free Europe, Mediapart, El País, Associated Press, Le Monde , Bloomberg, The Economist, Reuters dan Voice of America.
Menurut analisis forensik oleh Laboratorium Keamanan Amnesty, dua wanita yang dekat dengan kolumnis Arab Saudi yang terbunuh, Jamal Khashoggi menjadi sasaran spyware Pegasus.
Telepon tunangan Khashoggi, Hatice Cengiz, terinfeksi malware beberapa hari setelah pembunuhan tunangannya di konsulat Arab Saudi di Istanbul pada Oktober 2018, menurut surat kabar itu.
Pegasus, alat pengawasan canggih yang dikembangkan oleh perusahaan Israel, menginfeksi ponsel cerdas pengguna dan mencuri semua informasi telepon, termasuk setiap nama kontak dan nomor telepon, pesan teks, email, pesan Facebook, semuanya mulai dari Skype, WhatsApp, Viber, WeChat, dan Telegram .
“Skalanya mengejutkan dibandingkan dengan apa pun yang telah kita lihat sebelumnya,” ujar Bill Marczak, seorang peneliti di kelompok riset dunia maya Citizen Lab seperti dikutip Aljazeera. com, Senin (19/7/2021).
Paparan sebelumnya telah mengungkap peretasan sekitar 1.400 nomor.
Daftar terbaru tidak mengidentifikasi klien tetapi laporan mengatakan banyak yang terkonsentrasi di 10 negara yakni Azerbaijan, Bahrain, Hungaria, India, Kazakhstan, Meksiko, Maroko, Rwanda, Arab Saudi, dan Uni Emirat Arab.
“Industri pengawasan bekerja di bawah awan kegelapan, produknya dirancang untuk menipu dan menutupi kesalahan,” ujar Natalia Krapiva, Penasihat Hukum Teknologi di Access Now, mengatakan kepada Aljazeera.
“Industri telah menunjukkan bahwa mereka tidak mampu mengawasi dirinya sendiri dan pemerintah bersembunyi di balik keamanan nasional untuk memaafkan pelanggaran pengawasan ini. Kami membutuhkan regulasi, transparansi, dan akuntabilitas dan kami membutuhkannya sekarang,” katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : JIBI/Bisnis.com
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
55 Tahun Festival Sendratari, Seni Budaya DIY Terus Menyala
Advertisement
Taman Kuliner Ala Majapahit Dibuka di Pantai Sepanjang Gunungkidul
Advertisement
Berita Populer
- Pemda DIY Gelar Catur Sagatra, Soroti Keseimbangan Hidup
- Dirjen Minerba: Hilirisasi SDA Bagian Bela Negara
- Kunjungan Anak ke Vredeburg Naik, Fasilitas Bermain Direvitalisasi
- Jadwal Lengkap KRL Jogja-Solo Selasa 16 Desember 2025
- Jadwal SIM Keliling Polda DIY Selasa 16 Desember 2025, Ini Lokasinya
- BMKG Pasang 10 Ribu Detektor, 40 Ribu Gempa Terjadi Sepanjang 2025
- Jadwal DAMRI Jogja-YIA Selasa 16 Desember 2025, Tarif Rp80 Ribu
Advertisement
Advertisement



