Advertisement
Rencana PTM di Tengah Lonjakan Covid, Kemdikbudristek: Protokol Harus Dipenuhi

Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA – Lonjakan kasus Covid-19 yang terjadi di Indonesia membuat pelaksanaan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) terbatas nyaris gagal. Kolaborasi antar pemangku kepentingan menjadi kunci untuk menyukseskan penyelenggaraannya.
Sekretaris Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (Ditjen GTK), Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), Nunuk Suryani mengatakan pentingnya kolaborasi yang efektif antara guru, kepala sekolah, komite sekolah, dan pengawas sekolah.
Advertisement
Selain itu, peran serta orangtua juga sangat penting guna menyukseskan implementasi belajar tatap muka terbatas sesuai panduan yang telah ditetapkan melalui Surat Keputusan Bersama (SKB) Empat Menteri.
“Jadi dalam SKB Empat Menteri sudah tertuang bahwa kalau menginginkan pembelajaran tatap muka [PTM] terbatas, ada daftar periksa dan protokol yang harus dipenuhi, karena keselamatan warga sekolah menjadi prioritas utama,” ungkap Nunuk, mengutip keterangan resmi Kemdikbudristek, Jumat (18/6/2021).
Baca juga: Satgas: Bali & Sulsel Keluar dari 5 Besar Covid, Digantikan DIY & Jabar
Dia juga mengingatkan agar para guru tidak segan membaca ulang panduan tersebut. Dia yakin guru-guru bisa mencermati bahwa banyak contoh praktik baik guru-guru yang sudah PTM terbatas dan berhasil.
Setditjen GTK juga mengajak para guru untuk mengikuti berbagai pelatihan yang disediakan oleh Kemendikbudristek melalui laman ayogurubelajar.kemdikbud.go.id.
“Sudah ada 13 juta guru yang sudah mengakses, ini data kami. Dan saat ini sudah seri ke-7. Ada seri AKM, Seri Belajar Mandiri, Seri Kecakapan Hidup, Seri Belajar Masa Pandemi, Seri Pendidikan Inklusif, Seri PAUD, Seri Kemampuan Nonteknis atau soft skill dan adaptasi teknologi. Bapak/ibu guru bisa ikut pelatihan ini gratis,” ujarnya.
Sebelumnya, Juru Bicara Pemerintah untuk Covid-19 dan Duta Adaptasi Kebiasaan Baru, Dokter Reisa Broto Asmoro mengatakan, saat ini rumah sakit penuh pasien Covid-19. Varian baru virus Covid-19 juga makin banyak beredar. Menurut dokter Reisa, dampaknya bisa berbeda-beda terhadap tiap orang.
Dia menambahkan, Bed Occupancy Rate yang tinggi bukan saja menandakan banyak daerah kembali ke zona merah atau risiko tinggi. Menurut panduan menekan risiko, lanjut dokter Reisa, dikenal istilah “gas dan rem”.
Peningkatan yang terus menerus seperti saat ini akan mungkin mengembalikan ke situasi pengetatan kegiatan masyarakat, termasuk akan berdampak pada sekolah.
"Dikhawatirkan rencana sekolah tatap muka kemungkinan akan tertunda di wilayah zona merah," kata dokter Reisa.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : bisnis.com
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Ulang Tahun ke-90, Dalai Lama Ingin Hidup hingga 130 Tahun
- Kementerian HAM Menjadi Penjamin Pelaku Persekusi Retret, DPR Bertanya Alasannya
- Kementerian Sosial Pastikan Pembangunan 100 Sekolah Rakyat Dimulai September 2025
- KPK akan Pelajari Dokumen Terkait Kunjungan Istri Menteri UMKM ke Eropa
- Donald Trump Ingin Gelar UFC di Gedung Putih
Advertisement

Jadwal KRL Solo Jogja Hari Ini, Senin (7/7/2025), Naik dari Stasiun Palur, Jebres, Purwosari dan Solo Balapan
Advertisement

Jalur Hiking Merapi di Argobelah Klaten Kian Beragam dengan Panorama Menarik
Advertisement
Berita Populer
- Nurmala Kartini Sjahrir, Adik Luhut yang Diunggulkan jadi Dubes Indonesia di Jepang, Berikut Profilnya
- Sekolah Rakyat Dibangun Mulai September 2025, Dilengkapi Dapur dan Asrama
- 29 Penumpang Belum Ditemukan, Manajemen KMP Tunu Pratama Jaya Minta Maaf
- DPR RI Bentuk Tim Supervisi Penulisan Ulang Sejarah
- Kemensos: Anak Jalanan Jadi Target Utama Ikuti Sekolah Rakyat
- Banjir di DKI Jakarta Rendam 51 RT
- Kementerian PKP Siapkan Rp43,6 Trilun untuk Merenovasi 2 Juta Rumah Tak Layak Huni
Advertisement
Advertisement