Novel Baswedan Sebut Ada Makelar Kasus di KPK
Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA - Eks Penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan terus mengungkapkan kekecewaannya atas pemecatan dirinya dan beberapa rekannya setelah tidak lolos Tes Wawasan Kebangsaan (TWK).
Menurutnya, keputusan itu kemungkinan masih terkait dengan oknum yang ditemukan menjadi makelar kasus di KPK.
Advertisement
“Prihatin, dan sedih adanya org yg berani “main kasus” di KPK. Lebih prihatin lagi krn Pak A. Damanik, Rizka, Yudi dan saya yg ungkap kasus ini justru diupayakan utk disingkirkan dgn alat TWK. Harapan memberantas korupsi mau dimatikan?” Cuit Novel melalui akun Twitter @nazaqitstsha, Kamis (3/6/2021).
Adapun, KPK telah memutuskan nasib 75 pegawainya yang dinyatakan tidak lolos asesmen tes wawasan kebangsaan atau TWK. Hasilnya, 51 pegawai telah diberhentikan oleh lembaga anti korupsi dimana salah satunya adalah Novel Baswedan.
Banyak pihak diketahui mengkritisi keputusan tersebut dan bahkan meminta kepada Presiden Joko Widodo untuk turun tangan langsung menyelesaikan polemik ini.
BACA JUGA: Pemuda Jogja yang Tewas Dikeroyok di Pasar Gampingan Terkapar di Lokasi Selama Sejam
Namun, informasi terkahir menyebebut bahwa pihak istana menyerahkan sepenuhnya nasib 51 pegawai KPK tersebut kepada Badan Kepegawaian Negara (BKN).
Adapun, baru-baru ini, salah satu penyidik KPK yakni Stepanus Robin Pattuju diputuskan bersalah oleh Dewas KPK lantaran melanggar kode etik.
Ketua Dewas KPK Tumpak Hatorangan Panggabean membeberkan alasannya. Pertama, berhubungan dengan pihak-pihak/orang-orang yang mempunyai keterkaitan dengan perkara yang sedang ditangani atau yang telah ditangani oleh KPK.
Kedua, menyalahgunakan kewenangan dalam rangka meminta dan menerima sejumlah uang dari pihak-pihak yang dihubungi tersebut. Ketiga, menunjukkan identitas, yaitu id card sebagai Penyidik KPK kepada mereka yang tidak punya kepentingan.
"Itu pelanggaran kode etiknya, semuanya oleh majelis dinyatakan terbukti sesuai dengan pedoman perilaku kode etik yang telah ditetapkan oleh Peraturan Dewas Nomor 02 Tahun 2020 Pasal 4 ayat 2 huruf a, b, dan c," ucap Tumpak.
Adapun hal yang memberatkan, Anggota Dewas KPK Albertina Ho mengatakan Stepanus telah menikmati hasil perbuatannya berupa uang Rp1,6 miliar.
"Hal yang memberatkan terperiksa telah menikmati hasil dari perbuatannya berupa uang kurang lebih sejumlah Rp 1.697.500.000. Terperiksa telah menyalahgunakan kepercayaan yang diberikan oleh pimpinan instansi asal sebagai pegawai negeri yang dipekerjakan KPK," kata Albertina.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Bisnis.com
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Terkait Pemulangan Mary Jane, Filipina Sebut Indonesia Tidak Minta Imbalan
- Polisi Tembak Polisi hingga Tewas di Solok, Polda Sumbar Dalami Motifnya
- Eks Bupati Biak Ditangkap Terkait Kasus Pelecehan Anak di Bawah Umur
- Profil dan Harta Kekayaan Setyo Budiyanto, Jenderal Polisi yang Jadi Ketua KPK Periode 2024-2029
- Pakar Hukum Pidana Nilai Penetapan Tersangka Tom Lembong Masih Prematur
Advertisement
InDrive Dorong Perubahan Sosial lewat Festival Film Alternativa
Advertisement
Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism
Advertisement
Berita Populer
- Pekan Depan Dipanggil, Firli Bahuri Diminta Kooperatif
- Libur Natal dan Tahun Baru, Potensi Pergerakan Orang Diprediksi Mencapai 110,67 Juta Jiwa
- Pemerintah Segera Menyusun Data Tunggal Kemiskinan
- Otak Kasus Tindak Pidana Perdagangan Orang Bakal Diringkus Polri
- BPJS Ketenagakerjaan Tingkatkan Sinergi PLKK untuk Pelayanan Kecelakaan Kerja yang Lebih Cepat
- Belasan Provinsi Rawan Pilkada Dipantau Komnas HAM
- Menteri Satryo Minta Kemenkeu Kucurkan Dana Hibah untuk Dosen Swasta
Advertisement
Advertisement