Aturan Kurang Tegas, Masyarakat Tidak Puas dengan Kinerja Pemerintah Tangani Corona

Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA – Lembaga Kajian Strategis dan Pembangunan (LKSP) menyebut publik tidak puas terhadap kinerja pemerintah baik di tingkat pusat hingga kabupaten/kota dalam penanganan virus Corona (Covid-19).
Hal tersebut diketahui melalui survei yang dilakukan pada 20-27 Mei 2020 dan melibatkan 2.047 responden di 34 provinsi.
Advertisement
BACA JUGA: TelkomClick 2023: Kesiapan Kerja Karyawan dalam Sukseskan Strategi Five Bold Moves di Tahun 2023
Juru Bicara LKSP Hafidz Muftisany menjabarkan 74,65 persen responden menyatakan tidak puas dengan kinerja pemerintah pusat, sementara yang menyatakan puas hanya 25,35 persen. Sebanyak 58,33 persen responden menyatakan tidak puas terhadap kinerja pemerintah provinsi dan 58,67 persen responden tidak puas dengan kinerja pemerintah kabupaten/kota.
Jika dilihat dari hasil survei tersebut, Hafidz mengatakan lebih dari 50 persen publik tidak puas dengan penanganan virus Corona yang dilakukan pemerintah dari tingkat pusat sampai daerah. “Mayoritas alasan publik menyatakan tidak puas karena ketidaktegasan aturan, kurang koordinasi antarinstansi dan kurang terbuka dari sisi informasi," ujarnya melalui siaran pers, Jumat (3/7/2020).
Hafidz mengatakan survei ini menggunakan metode penentuan sampling menggunakan Krejcie-Morgan dengan margin of error 2.183 persen dan tingkat kepercayaan 95 persen. Responden dipilih secara acak dan proporsional pada tiap provinsi. Responden mengisi daftar pertanyaan secara daring, setelah dipastikan terkontak secara individual.
Sementara itu, dalam survei ini, DKI Jakarta menempati tingkat pertama dalam kepuasan publik skala provinsi. Sebanyak 79,52 persen menyatakan puas dengan penanganan Covid-19 yang dilakukan Anies serta jajarannya. Disusul dengan Nusa Tenggara Barat sebanyak 79,17 persen, Papua 77,78 persen, Sumbar 73,33 persen, dan Babel 72,73 persen.
Kepuasan kata Hafidz didominasi mempertimbangkan semua dampak kebijakan, melindungi semua kelompok, menata informasi agar tidak panik, menampung/ tindak-lanjut keluhan warga, dan bertindak lebih cepat.
Direktur Eksekutif InMind Institute Yon Mahmudi menilai wajar ada tren penurunan kepuasan publik terhadap penanganan Covid-19 karena tidak satupun negara siap menghadapi pandemi ini. Namun dia sepakat terjadinya ketidaksinkronan antar instansi yang menyebabkan kepuasan publik terhadap pemerintah menurun.
"Tidak diserahkannya penanganan Covid-19 ke otoritas kesehatan seperti halnya negara lain kemudian membuat penanganan Covid dipandang tidak fokus dalam indikator kesehatan sebagai indikator utama penanganan Covid-19," tutupnya.
BACA JUGA: Finnet Dukung Digitalisasi Sistem Pembayaran Proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : JIBI/Bisnis Indonesia
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- The Stories Season 2: Balada Cerita Ramadhan 2023 Tayang Perdana di 4 Radio
- Pencarian Anak Kembar yang Hanyut di Sungai Dilakukan Sampai 5 April
- Gerhana Matahari Terjadi Dua Hari Menjelang Idulfitri, Bisa Diamati dari Wilayah Ini
- Bantah Klitih dan Menyebutnya sebagai Kenakalan Remaja, Polres Semarang Viral
- Erick Thohir Jalankan Perintah Presiden Ketemu FIFA: Doakan Saya Demi Bangsa & Rakyat Indonesia
Advertisement

Mudik Lebaran 2023: 500 Bus Diprediksi Masuk ke Giwangan Setiap Hari
Advertisement

Deretan Warung Sate di Seputaran Imogiri, Serbu Saat Buka Puasa!
Advertisement
Berita Populer
- Bantah Klitih dan Menyebutnya sebagai Kenakalan Remaja, Polres Semarang Viral
- Pemkot Magelang Buka Lelang untuk Lima Jabatan
- Begini Rumus Menghitung THR 2023
- Gelar Warteg Gratis untuk Duafa, Alfamart dan Heinz ABC Bagikan 20.000 Paket Buka Puasa
- Panas! Mahfud MD Tantang Arteria Dahlan Buntut Isu Transaksi Rp349 Triliun
- Gegara Isu Transaksi Rp349 Triliun, Mahfud: Sri Mulyani Sampai Nangis
- Perbandingan THR dan Gaji ke-13 2023 dengan Era Sebelum Pandemi, Lebih Besar?
Advertisement