Advertisement
Warganet Dipanggil Polisi karena Lelucon Gus Dur, Inaya Wahid: Panggil yang Bikin Joke Dong Pak
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Putri Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Inaya Wahid, mempertanyakan kenapa polisi memanggil warga Kepulauan Sula, Maluku Utara, yang mengutip lelucon Gus Dur tentang polisi dan mengunggahnya di Facebook.
Ismail Ahmad, warga Kepulauan Sula, Maluku Utara, diperiksa polisi setelah mengutip humor Gus Dur yang menyebut menyebut hanya ada tiga polisi jujur, yaitu patung polisi, polisi tidur, dan Hoegeng. Hoegeng adalah Kapolri 1968-1971 dan dikenal sebagai polisi yang bersahaja.
Advertisement
Kapolres Kepulauan Sula AKBP M Irfan mengatakan warganet yang mengunggah lelucon Gus Dur tersebut telah meminta maaf dan tidak akan mengulangi perbuatannya. Polisi pun membolehkannya pulang. Tindakan polisi kemudian dikritik.
BACA JUGA: Polisi Penyiram Air Keras ke Novel Baswedan Minta Dibebaskan
Inaya, dalam cuitannya di Twitter, menyebut polisi seharusnya memanggil yang membuat kutipan, yakni ayahnya, mendiang Gus Dur. Inaya mengomentari pemberitaan tentang pemeriksaan terhadap Ismail Ahmad.
“Laaah yg dipanggil kok yg mengquote. Panggil yg bikin joke dong Pak,” cuit Inaya Wahid.
Laaah yg dipanggil kok yg mengquote. Panggil yg bikin joke dong Pak. https://t.co/r8EdoxlWmk
— Inaya Wahid (@inayawahid) June 17, 2020
Tindakan polisi yang memanggil warganet gara-gara kutipan Gus Dur dianggap membungkam kebebasan berpendapat dan berekspresi.
Putri sulung Gus Dur, Alissa Wahid, dalam cuitannya di Twitter, meminta polisi mencontoh mantan Kapolri yang sekarang menjadi Menteri Dalam Negeri, Tito Karnavian. Saat menyampaikan testimoni dalam peringatan sewindu haul Gus Dur di Ciganjur, Jakarta Selatan, 22 Desember 2017, Tito menyebut Gus Dur sempat menyindir Polri, karena di Indonesia hanya ada tuga polisi jujur. Pertama, polisi tidur; kedua, patung polisi; terakhir, Hoegeng. Tito menganggap guyonan Gus Dur sebagai cambukan bagi Polri agar menjadi institusi yang lebih baik.
“Pak Polisi, ada teladan nih dari pemimpin anda semua, mantan Kapolri Jendral Polisi Tito Karnavian, sekarang Menteri Dalam Negeri,” cuit Alissa Wahid.
Pak Polisi, ada teladan nih dari pemimpin anda semua, mantan Kapolri Jendral Polisi Tito Karnavian, sekarang Menteri Dalam Negeri. #IndonesiaDaruratHumor pic.twitter.com/vNGh1CdYqT
— Alissa Wahid (@AlissaWahid) June 17, 2020
Dalam kesempatan berbeda, Alissa yang menjadi Koordinator Jaringan Gusdurian juga mengapresiasi Ismail Ahmad yang menggunakan hak konstitusionalnya sebagai warga negara dengan cara mengekspresikan dan menyatakan pendapatnya melalui media sosial. Jaringan Gusdurian juga meminta polisi menghargai kebebasan berpendapat.
“Kami meminta aparat penegak hukum untuk tidak mengintimidasi warga negara yang mengekspresikan dan menyatakan pendapat melalui media apa pun. Kebebasan berekspresi dan menyatakan pendapat adalah hak konstitusional yang wajib dilindungi oleh aparat penegak hukum,” kata Alissa melalui pernyataan tertulis, Rabu (117/6/2020).
BACA JUGA: Ga Sengaja, Viral Video Komika Bintang Emon tentang Tuntutan Penyerang Novel Baswedan
Dia mengajak seluruh Gusdurian dan masyarakat Indonesia untuk terus mendukung iklim demokrasi yang sehat.
“Salah satunya dengan terus membuka ruang kritik yang membangun tanpa merasa terancam. Kami meminta lembaga legislatif untuk mengevaluasi, merevisi, atau bahkan menghapus UU ITE yang sering disalahgunakan untuk membungkam kebebasan berpendapat dan berekspresi di Indonesia,” ujar dia.
Gusdurian menjelaskan latar belakan humor Gus Dur tersebut dengan mengutip buku AS Hikam, Gus Durku, Gus Dur Anda, Gus Dur Kita.
BACA JUGA: Komnas HAM Kritik Polisi yang Berlebihan dalam Menangani Demo Mahasiswa
Humor tersebut pertama kali didengar oleh AS Hikam pada tahun 2008 ketika ia bertamu ke rumah Gus Dur. Pada saat itu terjadi beberapa skandal korupsi besar di antaranya BLBI danBank Century yang menyeret sejumlah institusi negara, termasuk Polri. Humor tersebut merupakan bentuk sindiran sekaligus kritik agar Polri bisa bekerja lebih baik.
“Bagi Gus Dur, humor masyarakat mencerminkan daya tahannya yang tinggi di hadapan semua kepahitan dan kesengsaraan. Kemampuan untuk menertawakan diri sendiri adalah petunjuk adanya keseimbangan antara tuntutan kebutuhan dan rasa hati di satu pihak dan kesadaran akan keterbatasan diri di pihak lain. Menjadikan humor sebagai ‘barang bukti’ kasus pencemaran nama baik institusi adalah bentuk kegagalan memahami watak masyarakat Indonesia yang humoris,” kata Alissa Wahid.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Profil Eko Aryanto, Hakim yang Vonis Harvey Moeis 6,5 Tahun
- Cak Imin: Yang Miskin Jangan Khawatir, Semua Dapat Bantuan
- Selama 2024 Jutaan WNA Masuk ke Indonesia lewat Imigrasi Bandara
- Hakim Tipikor Jakarta: Tuntutan 12 Tahun Penjara Harvey Moeis Terlalu Berat, Harus Dikurangi
- Mahasiswa Universitas Jember Meninggal Dunia Setelah Terjatuh dari Lantai 8, Polisi dan Kampus Lakukan Penyelidikan
Advertisement
Libur Natal, Jip Wisata di Parangtritis Kebanjiran Pesanan
Advertisement
Waterboom Jogja Kebanjiran Pengunjung di Libur Natal, Wahana Baru Jadi Daya Tarik
Advertisement
Berita Populer
- Penyelidikan Penetapan Darurat Militer, Presiden Korea Selatan Mangkir Lagi
- Pesawat Komersial Mengangkut 62 Penumpang Jatuh di Kazakhstan
- KASUS SUAP: Tak Cuma Hasto, KPK Juga Minta Yasonna Laoly Tak Pergi ke Luar Negeri
- Soal Penetapan Tersangka Hasto PDIP, Begini Komentar Jokowi
- Sopir Truk Jadi Tersangka Kecelakaan Tol Pandaan-Malang, Polisi: Sistem Rem Bermasalah
- Gelar Open House Natal, Begini Pesan Keuskupan Semarang
- Pesawat Azerbaijan Airlines Jatuh dan Terbelah, Otoritas Sebut karena Burung
Advertisement
Advertisement