Advertisement
Kamis Besok, Pejabat PBB Bahas Dukungan Keuangan Negara Terdampak Covid-19

Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA - Pada Kamis (28/5/2020) besok, para pejabat Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) berencana bertemu dengan belasan pemimpin dunia untuk membahas dukungan keuangan bagi negara-negara berkembang yang terpukul keras oleh kejatuhan ekonomi akibat pandemi Covid-19.
Pertemuan daring itu dilakukan di tengah melonjaknya infeksi Covid-19 di negara-negara berkembang dan peringatan bahwa biayanya akan melebihi perkiraan awal 2,5 triliun dolar AS bagi mereka untuk menghadapi krisis.
Advertisement
Pertemuan tersebut diselenggarakan oleh Kanada, Jamaika, dan Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres.
Wakil Sekretaris Jenderal PBB Amina Mohammed menyebutkan banyak negara berkembang, termasuk negara-negara berpenghasilan menengah, kekurangan dana yang cukup untuk memerangi pandemi dan berinvestasi dalam pemulihan.
"Pekerjaan sedang berlangsung. Akan tetapi, itu tidak cukup mendesak," katanya kepada wartawan dalam taklimat secara daring.
Mohammed mengatakan bahwa tawaran oleh G20 dan kreditor Klub Paris untuk menunda pembayaran utang bilateral resmi untuk negara-negara termiskin hingga akhir 2020 adalah awal yang kritis. Akan tetapi, upaya lebih lanjut akan diperlukan.
Dari 77 negara yang memenuhi syarat, sejauh ini hanya 22 yang secara formal telah meminta penundaan, sementara lainnya menyatakan keprihatinan bahwa hal itu dapat membahayakan kemampuan jangka panjang mereka untuk meminjam uang.
Pertemuan pada hari Kamis, kata Mohammed, akan mencakup peserta dari Dana Moneter Internasional (IMF), Bank Dunia, Uni Afrika, Lembaga Keuangan Internasional dan Organisasi untuk Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OCED). Tujuannya adalah untuk menyampaikan proposal nyata dalam 8 minggu.
Sebuah rancangan konsep makalah untuk pertemuan yang dilihat oleh Reuters menyerukan IMF untuk meningkatkan likuiditas global dengan mengeluarkan alokasi baru mata uang Hak Penarikan Khusus, sebuah langkah yang telah ditentang oleh Washington.
Ini juga mendukung penghentian pembayaran utang untuk semua negara berkembang yang meminta penundaan—tidak hanya yang dicakup oleh penangguhan hutang G20—dan meminta solusi proaktif oleh kreditor sektor swasta untuk menghindari biaya yang lebih tinggi dari disorderly wave of defaults.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Antara
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Puluhan Ribu Warga Turki Turun ke Jalan, Tuntut Erdogan Mundur
- Hidup Jadi Tenang di 9 Negara yang Tak Punya Utang
- Menkeu Purbaya Jamin Bunga Ringan untuk Pinjaman Kopdes ke Himbara
- Ini Duduk Perkara Temuan BPK Soal Proyek Tol CMNP yang Menyeret Anak Jusuf Hamka
- PT PMT Disegel KLH, Diduga Sumber Cemaran Zat Radioaktif
Advertisement

Trans Jogja Jadi Alternatif Angkutan Umum, Ini Jalurnya
Advertisement

Pemkab Boyolali Bangun Pedestrian Mirip Kawasan Malioboro Jogja
Advertisement
Berita Populer
- 7 Jenazah Korban Kecelakaan Bus RS Bina Sehat Dimakamkan di Jember
- Daftar 10 Negara yang Menolak Palestina Merdeka
- Polisi Selidiki Penyebab Kecelakaan Maut Bus Rombongan Rumah Sakit Bina Sehat
- Polisi Peru Tangkap Komplotan Pembunuh Diplomat Indonesia Zetro Purba
- Wasekjen PDIP Yoseph Aryo Dipanggil KPK Sebagai Saksi Kasus DJKA
- Hubungan Venezuela-AS Memanas, Ini Penyebabnya
- Bali Kembali Banjir, Kini Sampai ke Canggu
Advertisement
Advertisement