Advertisement
BKSDA: Harimau Dekati Pemukiman Warga karena Sumber Makanan di Teritori Menipis

Advertisement
Harianjogja.com, PALEMBANG- Serangan harimau di Sumatera Selatan menyebabkan petani tewas. Balai Konservasi Sumber Daya Alam Seksi Konservasi Wilayah (BKSDA-SKW) II Lahat, Sumatera Selatan menyebut sumber makanan yang semakin menipis mengakibatkan harimau keluar terirorinya hingga mendekati permukiman warga.
Kepala BKSDA SKW II Lahat, Martialis Puspito, di Palembang, Minggu (16/12/2019), mengatakan harimau biasanya memangsa rusa, kambing hutan, dan babi di hutan lindung.
Advertisement
Namun, kata dia, perburuan secara masif membuat rantai makanannya terganggu.
"Perburuan rusa, kambing hutan, dan babi oleh manusia menyebabkan harimau kesulitan mencari makan, dampaknya posisi harimau terdesak, kalau sudah begitu maka harimau akan keluar dari teritorinya," ujar dia.
Ia mengatakan jatuhnya korban jiwa di Sumsel akibat serangan harimau, salah satu penyebabnya yakni menipisnya sumber makanan satwa itu di dalam hutan lindung.
"Sehingga harimau keluar jauh dari teritorinya sampai harus mendekati permukiman," katanya.
Jika terdesak, katanya, harimau yang notabane cenderung teritorial dapat menjelajah hingga 20 kilometer keluar dari teritorinya per hari demi mendapatkan mangsa.
Perburuan rantai makanan harimau saat ini masih banyak terjadi di wilayah Hutan Lindung Gunung Patah di lanskap Taman Nasional Bukit Barisan yang menjadi salah satu kantong harimau.
Pada 2016, pihaknya menemukan tujuh bangkai kepala kambing hutan di Gunung Dempo Kota Pagaralam karena perburuan oleh manusia.
Terkait dengan hal itu, pihaknya menyayangkan.
"Sama saja seperti babi hutan yang diburu hampir setiap pekan oleh warga, jadi yang buas sepertinya manusia," kata Martialis.
Dampaknya, saat ini harimau semakin tertekan dengan dua kondisi, yakni menipisnya makanan dan penyempitan habitat karena perambahan hutan untuk lahan perkebunan ilegal.
Harimau di Sumsel berasal dari dua kantong, yakni kantong Bukit Dingin seluas 63.000 bentangan dari Kabupaten Lahat, Kota Pagaralam, Kabupaten Empat Lawang dan kantong Jambul Patah Nanti seluas 282.000 hektare bentangan dari Kabupaten Lahat, Kota Pagaralam, Kabupaten Muara Enim.
Pihaknya mengimbau masyarakat menghargai keberadaan harimau dan satwa liar lainnya dengan tidak merusak habitat serta memburu satwa di hutan lindung.
"Kami juga mendorong pemerintah agar bisa menekan para oknum perambah dan pemburu satwa liar agar harimau tetap terjaga," demikian Martialis.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Antara
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Investor Menghilang, Pembangunan Kereta gantung ke Gunung Rinjani Batal
- 3 WNI Ditangkap Polisi di Jepang Karena Dituding Merampok Rumah
- Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah untuk SD dan SMP Tahun Ini Lebih Lama
- Pengelolaan Sampah di Pasar Tradisional Bakal Diperketat oleh Kementerian Lingkungan Hidup
- Kasus Pemerasan Artis Sinetron MR, Polisi Menyita Enam Video Syur Sesama Jenis
Advertisement

Dari Titik Nol Km Jogja, Mahasiswa Unisa Yogyakarta Suarakan Penolakan Judi Online
Advertisement

Kampung Wisata Bisa Jadi Referensi Kunjungan Saat Liburan Sekolah
Advertisement
Berita Populer
- Sri Mulyani Umumkan Panitia Seleksi Calon Ketua dan Anggota Lembaga Penjamin Simpanan
- 3 Penumpang dan 1 Kru KMP Tunu Pratama Jaya Ditemukan Selamat
- Presiden Prabowo dan Pangeran MBS Serukan Global Lakukan Aksi Nyata untuk Perdamaian Dunia
- KPK Tetapkan Mantan Sekjen MPR RI Maruf Cahyono Tersangka Suap
- Kejagung Lelang Rumah Terpidana TPPU Doni Salmanan Rp3,5 Miliar
- Kemenhub: 31 Penumpang KMP Tunu Pratama Jaya Berhasil Diselamatkan
- Kesaksian Penumpang Saat Detik-detik KMP Tunu Pratama Jaya Tenggelam: 3 Menit Setelah Oleng, Kapal Sudah Terbalik
Advertisement
Advertisement