Advertisement
Malu! Indonesia Disindir PBB karena Ketergantungan pada Energi Kotor

Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA – Indonesia disindir oleh PBB lantaran ketergantungannya pada energi yang bersumber dari batu bara alias energi kotor karena menyebabkan polusi.
Ketergantungan negara-negara Asia yang sangat besar terhadap tenaga listrik batu bara, dinilai menghambat kemajuan global untuk mencegah bencana perubahan iklim.
Advertisement
Ovais Sarmad, Wakil Sekretaris Eksekutif Konvensi Kerangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim, mengatakan negara-negara berkembang seperti India, Indonesia, Filipina dan Vietnam semakin beralih ke batu bara murah untuk memenuhi permintaan listrik mereka yang tumbuh cepat.
Hal itu terjadi di saat negara-negara lain meningkatkan penggunaan energi terbarukan. Meskipun bagian energi terbarukan dari total campuran bahan bakar untuk pembangkit listrik masih kecil.
BACA JUGA
“Negara-negara Asia mesti menyiapkan tujuan yang lebih ambisius untuk berkontribusi pada upaya global untuk mengekang perubahan iklim,” katanya dikutip dari Reuters, Kamis (5/9/2019).
Lebih lanjut Sarmad mengatakan, ada beberapa negara di kawasan Asia yang masih sangat mengandalkan batu bara dan bahan bakar fosil sebagai sumber energi. “Di beberapa wilayah hal ini [penggunaan batu bara dan bahan bakar fosil] sedang tumbuh," katanya.
Baginya, persoalan tersebut sangat serius, karena bertentangan dengan upaya di belahan dunia lain terkait penggunaan energi yang lebih bersih.
Komentar Sarmad itu muncul ketika para pejabat negara-negara Asia bertemu di ibu kota Thailand Bangkok minggu ini untuk membahas cara-cara untuk memacu upaya regional, dan global, memerangi perubahan iklim.
Seperti diketahui, Konferensi Perubahan Iklim PBB 2015 di Paris menelurkan Persetujuan Paris. Perjanjian tersebut membidik pengurangan emisi karbon dioksida efektif berlaku sejak 2020.
Adapun tujuan dari perjanjian ini, salah satunya, mengerem laju peningkatan temperatur global hingga di bawah 2 derajat celsius dari angka sebelum masa Revolusi Industri.
Para ilmuwan memperingatkan, pemanasan global lebih lanjut diperkirakan dapat mendorong sistem iklim lebih dekat ke titik kritis ireversibel, meningkatkan risiko kegagalan panen, migrasi paksa, kepunahan massal spesies, keruntuhan ekosistem, dan kerusakan sosial.
Beberapa kota besar di Asia, seperti Bangkok, Jakarta dan Manila, juga berisiko tenggelam, karena permukaan laut naik.
“Tindakan radikal, transformatif, dan sangat ambisius perlu terjadi di semua tingkatan. Kami hanya punya sedikit waktu,” kata Sarmad.
Konferensi Bangkok dihelat menjelang pertemuan puncak iklim di New York bulan ini, dan Konferensi Perubahan Iklim pada Desember di COP25 di Chili.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Bisnis.com
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Wakil Kepala BGN Ingatkan Program MBG Jangan Berorientasi Bisnis
- Cuaca di Sebagian Besar Wilayah Indonesia Hari Ini Hujan Ringan
- Pemerintah Bakal Bangun Enam Pusat Perawatan Pesawat Udara Terpadu
- 2.039 Kios Lakukan Kecurangan Penjualan Pupuk, Begini Respons Mentan
- Kemenkeu Salurkan Rp644,9 Triliun Dana Transfer ke Daerah
Advertisement
Advertisement

Thai AirAsia Sambung Kembali Penerbangan Internasional di GBIA
Advertisement
Berita Populer
- Tarif Impor Elektronik Naik, Pemerintah Diminta Perkuat Industri Lokal
- Cak Imin Jelaskan Alasan Pemerintah Gunakan APBN Bangun Al Khoziny
- Pedagang Beringharjo Minta Pengurangan Plastik Dilakukan Bertahap
- Viral Tayangan Trans7 Hina Pesantren, PBNU Ambil Jalur Hukum
- Pemilos Serentak Kulonprogo, Ajarkan Pendidikan Demokrasi
- Woro Widowati Rilis Patgulipat, Lagu Tentang Cinta dan Dilema Hati
- Ahmad Luthfi Dorong KKP Segera Revitalisasi Tambak Pantura
Advertisement
Advertisement