Advertisement
Boeing Terkena Dampak Perang Dagang AS-China

Advertisement
Hariajogja.com, JAKARTA—Pabrik pesawat terbang AS, Boeing Co menyatakan bahwa pesanan pesawat dari China bergantung pada kesepakatan apa pun untuk mengakhiri perang dagang selama setahun terakhir antara dua ekonomi terbesar dunia.
Berbicara kepada Reuters di pabrik pesawat berbadan lebar pembuat pesawat terbang di Everett, CEO Boeing, Dennis Muilenburg memperingatkan bahwa "sulit untuk memprediksi" kapan kesepakatan perdagangan antara Amerika Serikat dan Cina tercapai.
Advertisement
"Ini sangat menantang," kata Muilenburg seperti dikutip Reuters, Rabu (28/8).
Akan tetapi dia mengatakan pada akhirnya kedua pihak akan menemukan solusi karena kepentingan bersama, dan Boeing akan menjadi bagian dari solusi akhir itu.
"Kami berharap bahwa jika ada solusi perdagangan, maka hal itu akan bermanfaat bagi pesanan pesawat," katanya. Dia menambahkan bahwa industri kedirgantaraan yang sehat menguntungkan kedua negara.
Boeing yang berbasis di Chicago menyebut dirinya eksportir terbaik AS dan telah mengirimkan lebih dari satu dari setiap empat pesawat yang dibuat tahun lalu kepada pelanggan di China. Dia memperkirakan ada permintaan untuk 7.700 pesawat baru selama 20 tahun ke depan senilai US$1,2 triliun.
Akan tetapi akibat perang dagang AS dengan China, yang akan menyalip Amerika Serikat sebagai pasar penerbangan terbesar di dunia dalam dekade berikutnya, telah memperlambat ekonomi global dan memaksa Boeing untuk menjalani tatanan geopolitik selama lebih dari satu tahun.
Di satu sisi, Boeing telah meningkatkan jejak industrinya di China karena berupaya untuk meningkatkan penjualannya di atas Airbus SE Eropa di Asia. Di sisi lain, eksekutif bersusah payah untuk menghindari bentrok dengan Presiden Donald Trump yang telah berulang kali mengatakan Amerika Serikat harus mengambil langkah-langkah untuk melindungi pekerjaan dan teknologi Amerika Serikat.
Para analis mengatakan China memperlambat pemesanan pesawat baik dari Boeing dan Airbus SE Eropa karena ekonominya goyah dan menunda keputusan pengadaan pesawat dalam jumlah besar karena menunggu hasil perselisihan dengan Amerika Serikat.
"Sulit untuk memprediksi apakah kesepakatan dagang akan tercapai," kata Muilenburg. China tidak memesan pesawat selama setahun terakhir, katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : JIBI/Bisnis Indonesia
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Penerima Bansos Terlibat Judol, Wakil Ketua MPR: Layak Diganti
- Top Ten News Harianjogja.com, Sabtu 12 Juli 2025: Dari Tom Lembong Sampai Harganas
- Pangkas Birokrasi Federal, Donald Trump Pecat 1.300 Pegawai Departemen Luar Negeri
- Jumlah Penduduk Indonesia Capai 286,69 Juta Jiwa per Juni 2025, Terbanyak Laki-Laki
- Kasus Chromebook, Kejaksaan Agung Menggeledah Kantor GoTo dan Menyita Ratusan Dokumen
Advertisement

Ruas JJLS Baron Ambles, Pengguna Jalan Diminta Berhati-Hati
Advertisement
Tren Baru Libur Sekolah ke Jogja Mengarah ke Quality Tourism
Advertisement
Berita Populer
- BGN Minta Anggaran Makan Bergizi Gratis Ditambah Jadi Rp335 Triliun
- Polda Metro Jaya Targetkan Penyelidikan Kasus Kematian Diplomat Staf Kemenlu Rampung dalam Sepekan
- Hasil Penulisan Ulang Sejarah Bakal Diuji Publik 20 Juli 2025
- Tersangka Korupsi Minyak Mentah Riza Chalid Diduga Sudah Berada di Singapura, Kejagung Masukkan ke Daftar Cekal
- Kasus Chromebook, Kejaksaan Agung Menggeledah Kantor GoTo dan Menyita Ratusan Dokumen
- Jumlah Penduduk Indonesia Capai 286,69 Juta Jiwa per Juni 2025, Terbanyak Laki-Laki
- Jaksa Sebut Tom Lembong Tak Terima Uang, Tapi Kebijakannya Untungkan 10 Pihak
Advertisement
Advertisement