Advertisement
BNPT: Ada Pengajian yang Disalahgunakan untuk Sebar Radikalisme

Advertisement
Harianjogja.com, BANDARLAMPUNG- Forum pengajian bisa disalahgunakan untuk tujuan jahat yakni menyebar radikalisme.
Direktur Pencegahan BNPT, Brigadir Jenderal (Pol) Hamli, meminta masyarakat untuk mewaspadai beragam cara penyebarluasan paham radikal terorisme, seperti adanya kelompok tertentu yang menyalahgunakan forum pengajian untuk tujuan jahat.
Advertisement
"Bukan kami mengatakan pengajian adalah tempat penyebarluasan paham radikal terorisme, tapi memang faktanya ada kelompok-kelompok yang menyalahgunakan pengajian untuk tujuan-tujuan itu," kata Hamli pada kegiatan Dialog Pelibatan Unsur Kampus dalam Pencegahan Terorisme di Universitas Lampung, Bandarlampung, Selasa (20/8/2019).
Dia mencontohkan adanya sekelompok perempuan yang setelah mengikuti pengajian tertentu langsung berpandangan negatif terhadap kelompok lain, enggan berteman dan ada bahkan yang sampai mengafirkan aparatur negara.
"Yang seperti ini kan tidak bisa pengajiannya yang disalahkan, tapi harus didalami. Itu tadi di (pengajian, red) dalam dikasih tahu apa kok begitu keluar jadinya begitu," tambahnya.
Untuk lingkungan kampus, Hamli berpesan kepada seluruh pemangku kepentingan memberikan pengawasan terhadap jalannya pengajian-pengajian yang sifatnya tertutup.
Hamli mendorong mahasiswa berfikir kritis untuk menolak ajakan bergabung atau melakukan aksi terorisme.
"Seperti tadi disuruh melakukan bom bunuh diri dengan iming-iming surga. Kalau ada critical thinking adik-adik bisa menjawab dengan mudah, ustaz saja dulu yang melakukan bom bunuh diri agar bisa masuk surga lebih awal," ujar Hamli disambut tawa peserta kegiatan.
Mantan narapidana terorisme, Kurnia Widodo, yang juga dihadirkan sebagai pemateri di kegiatan tersebut membenarkan apa yang disampaikan Hamli.
Menurut dia, di lingkungan kampus bisa saja ditemui adanya pengajian-pengajian dengan tujuan penyebarluasan paham radikal terorisme.
"Halaqoh-halaqoh (pertemuan) yang mencurigakan, yang mojok-mojok gak jelas, jangan diikuti," kata Kurnia seraya menceritakan pengalamannya memperdalam keyakinan radikal di salah satu kampus di Bandung, Jawa Barat.
Ciri-ciri pengajian yang disalahgunakan untuk penyebarluasan paham radikal terorisme, lanjut Kurnia, biasanya banyak diisi dengan penyampaian hal-hal melenceng dari kaidah keagamaan umum. Misalkan tentang demokrasi adalah sirik, hari akhir, keyakinan kebenaran perjuangan khilafah.
"Yang disampaikan biasanya hal-hal umum, tapi berlebihan. Bukankah Nabi sudah mengajarkan bahwa yang berlebihan tidak bagus? ," pungkas Kurnia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Antara
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Jateng Alami Inflasi 2,2 Persen Juni 2025, Tertinggi Sejak LIma Bulan Terakhir
- Harga Tiket Mendaki Gunung Fuji Jepang Kini Naik Dua Kali Lipat
- Pemerintah Sebut Makan Bergizi Gratis Telah Menjangkau 5,58 Juta Orang
- Pemilu dan Pilkada Diputuskan Diadakan Terpisah, DPR Pertanyakan Posisi Mahkamah Konstitusi
- Terungkap, Mantan Wali Kota Semarang Mbak Ita Melarang Pegawai Bapenda Hindari Panggilan KPK
Advertisement

Libur Sekolah, Penyaluran MBG di Gunungidul Dirapel Seminggu Sekali
Advertisement

Kampung Wisata Bisa Jadi Referensi Kunjungan Saat Liburan Sekolah
Advertisement
Berita Populer
- Program Cek Kesehatan Gratis Tak Ada Kabar, Pemda Diminta Mengecek
- Pemerintah Pusat Tulis Ulang Sejarah Nasional Indonesia, Progres Mencapai 80 Persen
- Pemerintah Sebut Makan Bergizi Gratis Telah Menjangkau 5,58 Juta Orang
- Sumbangan 10.000 Ton Beras dari Indonesia Tidak Bisa Masuk ke Gaza, Menlu Ungkap Penyebabnya
- Pakar Hukum Sebut Revisi UU Pemilu Wajib Memasukkan Putusan MK
- Suap ke Mbak Ita Demi Mendapat Proyek, Ketua Gapensi Semarang Dituntut 5 Tahun Penjara
- Kementerian Hukum Tegaskan Pembayaran Royalti Jadi Tanggung Jawab Penyelenggara Acara, Bukan Penyanyi
Advertisement
Advertisement