Advertisement
KA Buatan PT Inka Lebih Murah Ketimbang Produk China
 Proses pengangkatan 26 kereta buatan PT Inka ke Kapal Throcoshiping untuk diekspor ke Bangladesh dari Terminal Jamrud II Tanjung Perak Surabaya, Selasa (23/7 - 2019). (Antara/A. Malik Ibrahim)
                Proses pengangkatan 26 kereta buatan PT Inka ke Kapal Throcoshiping untuk diekspor ke Bangladesh dari Terminal Jamrud II Tanjung Perak Surabaya, Selasa (23/7 - 2019). (Antara/A. Malik Ibrahim)
            Advertisement
Harianjogja.com, MADIUN -- PT Industri Kereta Api (Inka) mengklaim saat ini menjadi salah satu perusahaan kereta api (KA) yang memiliki harga paling murah. Bahkan dibandingkan dengan perusahaan kereta api asal negeri China.
Harga murah yang ditawarkan PT Inka ini juga menjadi salah satu kunci perusahaan pelat merah Indonesia itu bisa bersaing untuk mendapatkan proyek dari sejumlah negara Asia.
Advertisement
Direktur Utama PT Inka Budi Noviantoro mengatakan sejauh ini produsen kereta api lawan dari Inka yakni perusahaan dari China. Namun, Inka berhasil memenangkan sejumlah tender pekerjaan pembuatan kereta dari sejumlah negara.
Dia mengklaim secara kualitas produk sebenarnya antara produk China dengan produk Inka sama. Hal ini karena bahan baku yang dibuat juga sebagian besar impor. Namun, yang membedakan adalah persoalan harga.
BACA JUGA
PT Inka lebih percaya diri saat menawarkan produknya karena memiliki harga yang relatif murah dibandingkan harga kereta api dari China.
"Kalau lelang terbuka, mereka [China] pasti kalah. Untuk produk secara teknis sama, komponen juga sama," jelas dia kepada wartawan, Jumat (26/7/2019).
Budi menuturkan salah satu yang membuat produk Inka lebih murah karena biaya teknologi atau desain kereta lebih murah dibandingkan di luar negeri. Padahal, hampir 15% nilai proyek dari pembuatan kereta itu habis untuk pembuatan desain kereta.
"Kalau kita kan yang desain SDM-nya masih muda-muda. Ya bukan murah. Dibandingkan dengan orang asing kan pasti beda. Mereka di sana makan keju, kita di sini makan pecel. Ya beda lah," katanya mengibaratkan.
Budi yang sebelumnya menjadi salah satu pimpinan di PT KAI itu juga menceritakan sempat kaget saat PT KAI menggelar lelang terbuka untuk pembuatan kereta. Dan ternyata harga dari PT Inka jauh lebih murah dibandingkan dari China.
Namun, saat ini yang menjadi masalah justru strategi pemasaran yang dilakukan China untuk mendapatkan proyek pembuatan kereta. China saat menawarkan produk sekaligus menawarkan pembiayaan.
Sehingga mereka lebih mudah diterima karena negara-negara yang membeli tidak perlu repot-repot mencari dana.
Untuk persaingan dagang seperti itu, pemerintah diharapkan ikut terjun membantu PT Inka supaya bisa lebih bersaing. Kementerian BUMN saat ini pun telah membentuk konsorsium antar-BUMN untuk menjual satu paket sarana prasarana kereta api.
Lebih lanjut, PT Inka beberapa hari lalu baru mengirim 26 kereta ke Bangladesh melalui Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya. Kereta yang dikirim itu merupakan kontrak dari 250 kereta yang dipesan.
Budi Noviantoro menjelaskan 26 kereta tersebut sengaja dikirim lebih cepat karena permintaan dari pemerintah negara Bangladesh. Rencananya kereta itu akan langsung digunakan untuk transportasi massal pada saat Iduladha.
"Ini memang permintaan pemerintah sana untuk dikirim 26 kereta dahulu. Karena kalau Iduladha katanya di sana sangat luar biasa," kata Budi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : JIBI/Solopos
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Advertisement
 
    
        Desa Wisata Adat Osing Kemiren Banyuwangi Masuk Jaringan Terbaik Dunia
Advertisement
Berita Populer
- Polres Bantul Rotasi Sejumlah Pejabat, Dorong Kinerja dan Regenerasi
- Korupsi Impor Gula, 5 Petinggi Perusahaan Swasta Dihukum Bayar Rp337 M
- Uya Kuya hingga Eko Patrio Masuk Daftar Pemeriksaan MKD DPR
- MK Tolak Uji Materi Aturan Batas Usia Pemuda Jadi 40 Tahun
- Prabowo Tunjuk 16 Nama Calon Dewan Energi Nasional, Diserahkan ke DPR
- Kabar IKN Terkini, Dipastikan Capai Target Jadi Ibu Kota Politik 2028
- Super League 2025, PSIM Jogja Waspadai Persik yang Sulit Ditebak
Advertisement
Advertisement


















 
            
