Advertisement
Selama 6 Bulan Ada 31 Kasus Pernikahan Anak di Sukoharjo
Foto ilustrasi cincin pernikahan (wikipedia)
Advertisement
Harianjogja.com, SUKOHARJO-Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DPPKBP3A) Sukoharjo mencatat 31 kasus perkawinan anak selama semester I 2019. Tingginya kasus perkawinan anak disebabkan efek negatif gawai dan perceraian orang tua.
Kepala DPPKBP3A Sukoharjo, Proboningsih Dwi Danarti, mengatakan pernikahan usia dini bisa terlihat dari banyaknya permintaan dispensasi nikah di Pengadilan Agama (PA) Sukoharjo. Dispensasi nikah diberikan bagi perempuan yang usianya di bawah 16 tahun dan laki-laki di bawah 19 tahun. “Berdasarkan data PA Sukoharjo jumlah kasus perkawinan anak selama semester I sebanyak 31 kasus. Jumlah ini diperkirakan bertambah hingga akhir tahun. Saya prihatin dengan tingginya kasus perkawinan anak,” kata dia, saat ditemui wartawan di kantornya, Rabu (17/7/2019).
Advertisement
Wanita yang akrab disapa Probo ini membandingkan kasus serupa pada tiga tahun terakhir. Kasus perkawinan anak pada 2018 sebanyak 64 anak. Sedangkan pada 2017, jumlah kasus perkawinan anak sebanyak 47 anak.
Sejatinya, ada beberapa penyebab perkawinan anak seperti agama, tradisi, kemiskinan termasuk pergaulan bebas. Pengadilan agama terpaksa memberikan dispensasi karena anak wanita sudah hamil. “Mayoritas anak wanita hamil di luar nikah. Bisa jadi karena pergaulan bebas. Namun, ada beberapa anak wanita hamil karena efek negatif gadget. Mereka kerap menonton situs porno di gadget,” ujar dia.
BACA JUGA
Di perdesaan, biasanya anak perempuan yang putus sekolah dinikahkan oleh orang tua mereka. Pernikahan itu untuk meringankan beban dan tanggungan orang tua. Perkawinan anak yang disebabkan oleh faktor kemiskinan lebih mendominasi terjadi di desa.
Sesuai pasal 7 ayat 2 UU No. 1/1974 tentang Perkawinan menyebutkan calon suami yang belum mencapai usia 19 tahun dan calon istri yang belum mencapai 16 tahun bisa mendapat dispensasi dari pengadilan agama untuk bisa melangsungkan pernikahan. “Peran orang tua dalam mengawasi pergaulan anak sangat penting. Termasuk mengawasi gadget milik anaknya setiap hari,” papar dia.
Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt) Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Sukoharjo, Yunia Wahdiyati, mengatakan perkawinan anak usia dini meningkatkan risiko penyakit kanker leher rahim pada perempuan. Anak wanita yang menikah berpotensi terinfeksi berbagai virus seperti kanker serviks. “Kalau bisa anak-anak dibatasi dalam penggunaan gadget setiap hari. Misalnya, hanya saat malam hari atau libur sekolah. Perkawinan anak usia dini memilik dampak fisik dan psikologis karena mereka belum siap untuk berumahtangga,” kata dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : JIBI/Solopos
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Cuaca Ekstrem Landa Negara Arab, Banjir Bandang Picu Korban
- Percepatan Papua, Prabowo Ancam Pecat Pejabat Bermasalah
- Bulan Perlahan Menjauhi Bumi, Ini Dampaknya bagi Kehidupan
- Hunian Korban Bencana Sumatera Bakal Dibangun di Lahan Negara
- Tokoh Dunia Kecam Penembakan Bondi Beach yang Tewaskan 12 Orang
Advertisement
Sekolah Negeri di Jogja Wajib Terima ABK, Ini Penegasan Pemkot
Advertisement
Taman Kuliner Ala Majapahit Dibuka di Pantai Sepanjang Gunungkidul
Advertisement
Berita Populer
- Polisi Selidiki Penganiayaan Sajam di Depok Sleman, Korban Luka
- Badai Kencang Robohkan Replika Patung Liberty di Brasil
- Dishub Bantul Prediksi Puncak Arus Nataru 24 Desember
- Chery Lewat Exeed Bidik Le Mans, Debut Ditargetkan Sebelum 2030
- KPK Dalami Peran Irjen Kemenaker di Skandal Sertifikat K3
- Indonesia Tempel Thailand di Klasemen SEA Games 2025
- Fitur WhatsApp Status Desktop Tersedia, Edit Foto & Video Mudah
Advertisement
Advertisement



