Advertisement
Banyak Diminati, SMA Taruna Indonesia Perlu Dievaluasi
Ilustrasi siswa sekolah - JIBI
Advertisement
Harianjogja.com, PALEMBANG--SMA Taruna Indonesia perlu dievaluasi secara menyeluruh karena menerapkan sistem pendidikan bergaya militer mengingat sekolah ini cukup diminati di seluruh Indonesia. Hal tersebut disampaikan komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Retno Listyardi.
Retno mengatakan, evaluasi ini sangat mendesak karena seorang siswa baru meninggal dunia saat Masa Orientasi Siswa dan seorang siswa lainnya sakit akibat dugaan penganiayaan.
Advertisement
"Setelah meninjau ke sekolahnya, kami mendorong evaluasi total terutama pada audit keuangan sekolah, proses belajar mengajar, serta sarana dan prasarana sekolah,” kata Retno setelah mengunjungi korban Wiko Jerianda yang masih tak sadarkan diri di Rumah Sakit Charitas Palembang, Rabu (17/7/2019).
Retno mengatakan dirinya sudah mendatangi sekolah yang mengasramakan siswanya ini. Ia mendapati ruang kelas tanpa jendela yang mirip penjara, tenaga militer yang diberdayakan dan tenaga pengajar yang kurang memadai.
BACA JUGA
Selain itu, biaya pendidikan juga dinilai cukup mahal karena siswa baru diwajibkan membayar uang pangkal sekitar Rp22 juta, dan biaya per semester sampai Rp2,5 juta rupiah.
Untuk itu, ia menekankan perlunya audit keuangan sekolah dan evaluasi pemberian izin mengingat izin sekolah akan habis pada Oktober tahun ini.
Ia juga menyesalkan sekolah berasrama ini terkesan kurang pengawasan dari Dinas Pendidikan setempat, karena adanya kegiatan "long march" sejauh 13 km yang menjadi pemicu kejadian meninggalnya siswa saat MOS Delwyn Berly, 14, pada Sabtu (13/7/2019).
KPAI berharap agar penyidikan kepolisian juga bisa mengungkap hal lain karena sejauh ini sudah menetapkan seorang tersangka. “Bisa jadi ada anak lain yang mengalami hal serupa, tapi tidak bicara," kata dia.
Ia menambahkan, KPAI akan mengeluarkan rekomendasi atas peninjauan dan investigasi secara langsung ini, yang nantinya akan diberikan ke Pemerintah Provinsi Sumsel dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan serta Presiden.
Salah satu rekomendasinya, yakni pendampingan psikologis bagi orangtua siswa yang menjadi korban oleh Dinas Pemberdayaan Perempuan Provinsi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : antara
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Waspada Hujan Lebat dan Angin Kencang di DIY Tiga Hari ke Depan
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Grand Filano Serasi dengan Pakaian Lebaran 2026, Hadir di KFW 2025
- KPK Periksa Sestama Baznas Terkait Kasus Kuota Haji
- PBNU Tegur Keras Gus Elham soal Sikap Tak Berakhlak
- Eks Kepala Intelijen Korsel Ditangkap Terkait Darurat Militer
- Kemenag Umumkan 101.786 Guru Lulus PPG, Tunjangan Naik 2026
- Polda Metro Telusuri Situs Perakit Bom SMAN 72 Jakarta
- Pimpin PAN Jogja, Rifki Siap Merebut Kembali Kursi Pimpinan Dewan
Advertisement
Advertisement




