Advertisement
Dari Potensi Zakat Rp217 Triliun, Baru Rp6 Triliun yang Terkumpul

Advertisement
Harianjogja.com, SLEMAN-Pengelolaan potensi zakat di Indonesia belum optimal. Baru Rp6 triliun zakat yang dikumpulkan dari potensi Rp217 triliun.
Data tersebut disebutkan dalam riset Gusnam Haris untuk memperoleh gelar doktor bidang Ekonomi Islam Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Jogja.
Advertisement
Dia mengutip penelitian Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) bekerja sama dengan IPB tentang potensi zakat per tahun. Hasil karya riset berjudul Persentase Zakat Menurut Yusuf Al-Qaradawi dan Urgensinya Bagi Penerapan Zakat oleh Baznas di Indonesia.
"Angka tersebut mengindikasikan, jika potensi zakat ini dimaksimalkan, maka luar biasa untuk mengangkat harkat dan martabat masyarakat miskin," kata dia, Kamis (11/7/2019).
Ia mengatakan zakat merupakan sumber dana yang paling potensial yang ditawarkan dalam Islam. Selain kewajiban umat Islam, zakat mempunyai nilai pada dimensi moral, sosial dan ekonomi.
Dalam upaya memaksimalkan pengumpulan potensi zakat di Indonesia, Gusnam mengangkat pemikiran Yusuf Al-Qaradawi dalam karya besarnya yang berjudul Fiqh al-Zakah.
Di hadapan tim penguji, Gusnam memaparkan Fiqh al-Zakah memiliki kaitan yang erat dengan Baznas di Indonesia. Sejak munculnya terjemahan Fiqh al-Zakah dengan judul buku terjemahan Hukum Zakat, Bazis BKI Jakarta dan Baznas menjadikan karya itu sebagai rujukan utama untuk pengelolaan zakat di Indonesia. Namun dalam persoalan persentase zakat, Baznas tidak merujuk pada pemikiran al-Qaradawi. Baznas memakai persentase zakat tetap, sementara al-Qaradawi menawarkan persentase zakat dinamis.
Menurut dia, di era yang menuntut perkembangan ekonomi Islam bisa berkembang pesat saat ini, yang membutuhkan optimalisasi penggalangan zakat dalam rangka menumbuhkan perekonomian umat Islam agar terwujud kemaslahatan umat yang semakin baik, maka sangatlah penting mengkaji lagi pemikiran al-Qaradawi tentang persentase zakat dinamis.
Persentase zakat dinamis yang ditetapkan oleh Rasulullah Muhammad SAW memiliki tiga kekhasan, yang bisa disebut dengan ungkapan progresif-proporsional-limitatif (numuw- adalah-hudud).
Progresif dalam arti, persentase zakat diambil dari harta yang tumbuh dan yang dikeluarkan harus dijamin memiliki potensi untuk bertumbuh. Proporsional artinya persentase zakat itu harus adil dan tidak menyusahkan orang yang berzakat dan yang menerima zakat. Terakhir, limitatif artinya kedinamisan persentase zakat itu bergerak dan berada dalam batasan.
"Batas bawah 2,5 persen dan batas atas 20 persen," ujarnya. (Uli Febriarni)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Pemerintah Sebut Makan Bergizi Gratis Telah Menjangkau 5,58 Juta Orang
- Pemilu dan Pilkada Diputuskan Diadakan Terpisah, DPR Pertanyakan Posisi Mahkamah Konstitusi
- Terungkap, Mantan Wali Kota Semarang Mbak Ita Melarang Pegawai Bapenda Hindari Panggilan KPK
- Sidang Suap Mantan Wali Kota Semarang, Kepala Bapenda Setor Rp1,2 Miliar ke Mbak Ita
- Pasangan Gay di Lamongan Dicokok Polisi Karena Bikin Konten Pornografi di FB-MiChat
Advertisement

Jadwal Bus Sinar Jaya dari Jogja ke Pantai Parangtritis Bantul dan Pantai Baron Gunungkidul, Cek di Sini
Advertisement

Kampung Wisata Bisa Jadi Referensi Kunjungan Saat Liburan Sekolah
Advertisement
Berita Populer
- Palestina Minta Internasional Desak Penghentian Kekerasan oleh Pemukim Israel di Tepi Barat
- Hujan Ringan Selimuti Sejumlah Kota Besar Hari Ini Senin 30 Juni 2025
- Paket Makan Bergizi Gratis Selama Liburan Sekolah, dari Roti, Telur, hingga Buah
- Iran Kirim Surat ke PBB, Minta AS dan Israel Tanggung Jawab atas Agresi
- Donald Trump Sebut Iran Punya 4 Situs Nuklir Utama
- Polda Lampung Tindak 693 kendaraan ODOL
- Guru Ngaji di Jaksel Cabuli 10 Santri Perempuan, Begini Modusnya
Advertisement
Advertisement