Advertisement

Ungkap Penyebab Kematian Ratusan Petugas KPPS, Ikatan Dokter Sepakat Ada Investigasi

Newswire
Senin, 13 Mei 2019 - 19:27 WIB
Bhekti Suryani
Ungkap Penyebab Kematian Ratusan Petugas KPPS, Ikatan Dokter Sepakat Ada Investigasi Suasana duka di Rumah Lilik Suswanto yang berlokasi di Sagan CT 5, Sleman, Yogyakarta pada Selasa (23/4/2019)./ Harian Jogja - Kiki Luqmanul Haki

Advertisement

Harianjogja.com, JAKARTA- Ikatan Dokter Indonesia (IDI) menyebut faktor utama yang memicu kematian hampir 500 petugas KPPS lantaran mengurus Pemilu 2019. 

Ikatan Dokter Indonesia menilai kelelahan bukan menjadi faktor utama meninggalnya ratusan Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) Pemilu 2019.

Advertisement

Ketua Umum PB IDI Daeng M. Faqih mengatakan faktor utama petugas KPPS yang gugur adalah sakit yang dialami korban. Hal itu disampaikan Faqih dalam diskusi publik dengan tajuk 'Membedah Persoalan Kematian Mendadak Petugas Pemilu dari Perspektif Keilmuan'.

"(Kelelahan) hanya salah satu faktor. Baik itu men-trigger maupun memperberat penyakit tertentu. Penyakit itu yang menyebabkan kematian. Bukan kelelahan," ujar Daeng di Sekretariat IDI Menteng, Jakarta Pusat, Senin (13/5/2019).

"Misalkan dia kelelahan dicampur faktor lain, terjadi gangguan jantung, gangguan jantung itu yang menyebabkan (kematian)," Daeng menambahkan.

Menurut Daeng, ratusan petugas KPPS yang meninggal tidak bisa dibiarkan begitu saja. Ia menyarankan untuk melakukan investigasi lebih lanjut.

Terkait itu, Daeng memastikan IDI siap untuk membantu prosesnya agar hasilnya maksimal.

"IDI sebagai organisasi profesi siap membantu semua pihak yang berwenang dan bertanggung jawab untuk melakukan penelitian mendalam dan atau investigasi yang objektif dan berbasis keilmuan," kata Daeng.

Autopsi verbal yang dilakukan Kementerian Kesehatan, kata Daeng, tidak bisa mendapat hasil maksimal. Ia menyarankan untuk membuka rekam medis korban untuk ditelusuri lebih lanjut.

"Autopsi verbal tingkat kevalidannya belum terlalu tinggi, karena yang ditanya orang lain bukan pasien yang bersangkutan. Rekam medis itu ditulis berdasarkan wawancara langsung dengan korbannya. Jadi memang lebih tinggi (kevalidan) rekam medis," pungkas Daeng.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : Suara.com

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Tren Event Sport Tourism Tingkatkan Pergerakan Wisatawan di DIY

Tren Event Sport Tourism Tingkatkan Pergerakan Wisatawan di DIY

Jogja
| Senin, 03 November 2025, 07:37 WIB

Advertisement

Wisata DEB Balkondes Karangrejo Borobudur Ditawarkan ke Eropa

Wisata DEB Balkondes Karangrejo Borobudur Ditawarkan ke Eropa

Wisata
| Sabtu, 01 November 2025, 16:17 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement