Advertisement

Perubahan Iklim Semakin Cepat, Suhu Kian Panas

Annisa Margrit
Minggu, 12 Mei 2019 - 19:27 WIB
Budi Cahyana
Perubahan Iklim Semakin Cepat, Suhu Kian Panas Foto udara hutan Cikole di dekat Bandung, Indonesia, Selasa (6/11/2018). - Antara/Raisan Al Farisi

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA -- Sekretaris Jenderal (Sekjen) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres mengatakan negara-negara di dunia tak berbuat banyak untuk menahan kenaikan suhu secara global di level 1,5 persen.
 
Guterres menyampaikan peringatan atas bahaya sikap negara-negara karena perubahan iklim tak bisa diabaikan
 
"Perubahan iklim berjalan lebih cepat dari kita. Empat tahun terakhir tercatat sebagai tahun-tahun terpanas," ujarnya ketika berbicara kepada media di Auckland, Selandia Baru bersama Perdana Menteri (PM) Selandia Baru Jacinda Ardern, dilansir Reuters, Minggu (12/5/2019).

Guterres tiba di Negeri Kiwi pada Minggu (12/5/2019) sebagai bagian dari kunjungannya ke negara-negara Pasifik dalam kampanye perubahan iklim. Selanjutnya, dia akan mengunjungi Tuvalu, Vanuatu, dan Fiji.

Advertisement

Pada 2015, melalui Persetujuan Paris (The Paris Agreement), negara-negara di dunia sempat berkomitmen menahan kenaikan suhu global yang sedang menuju 1,5 derajat Celcius. Indonesia termasuk di dalamnya.

Pernyataan itu dikeluarkannya menyusul dirilisnya laporan PBB tentang ancaman punahnya 1 juta spesies tumbuhan dan hewan di seluruh dunia, pekan lalu. Seperti dilansir dari The Washington Post, laporan itu merupakan hasil riset yang dilakukan hampir 150 peneliti dari 50 negara selama 3 tahun. 
 
Menurut laporan yang disusun oleh Intergovernmental Science-Policy Platform on Biodiversity and Ecosystem Services, sebuah panel PBB yang beranggotakan 132 negara, punahnya tumbuhan dan hewan akan berpengaruh terhadap aktivitas manusia. Termasuk, dalam hal keamanan pangan dan ketersediaan air bersih, serta kesehatan manusia.
 
Ketua panel tersebut, Robert Watson, mengungkapkan bahwa menyusutnya keragaman tanaman dan hewan akan berdampak negatif terhadap perekonomian, kehidupan sehari-hari, keamanan pangan, kesehatan, dan kualitas hidup secara global.
 
Panel itu mendesak para pemimpin negara-negara di dunia untuk melakukan kebijakan mengatasi ancaman ini, termasuk melawan perubahan iklim yang disebabkan oleh aktivitas manusia. Menghangatnya iklim global adalah pendorong utama yang kemudian memperburuk pengaruh overfishing, penggunaan pestisida yang berlebihan, polusi, dan urbanisasi manusia di alam.
 
Ekosistem laut sudah menunjukkan penurunan seiring dengan naiknya suhu hingga 2 derajat Celcius di atas level sebelum era industri. Terumbu karang yang terdampak menghangatnya laut dan polusi di laut bisa berpengaruh negatif terhadap industri perikanan dan lebih lanjut membuat masyarakat yang tinggal di pesisir kehilangan sumber protein.
 
"Ketika [kenaikannya] sampai di 2 derajat Celcius, model yang kami gunakan menunjukkan bahwa hanya 1 persen yang bisa selamat. Mari kita bicara jujur. Kita tidak sedang menuju 2 derajat, kita sedang menuju 3-3,5 derajat Celcius," paparnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : JIBI/Bisnis Indonesia

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Advertisement

alt

Tingkatkan Daya Saing, Pemkot Jogja Dorong Sertifikasi dan Legalitas Produk UMKM

Jogja
| Sabtu, 20 April 2024, 11:17 WIB

Advertisement

alt

Kota Isfahan Bukan Hanya Pusat Nuklir Iran tetapi juga Situs Warisan Budaya Dunia

Wisata
| Jum'at, 19 April 2024, 20:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement