Advertisement
Perubahan Iklim Semakin Cepat, Suhu Kian Panas
Foto udara hutan Cikole di dekat Bandung, Indonesia, Selasa (6/11/2018). - Antara/Raisan Al Farisi
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA -- Sekretaris Jenderal (Sekjen) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres mengatakan negara-negara di dunia tak berbuat banyak untuk menahan kenaikan suhu secara global di level 1,5 persen.
Guterres menyampaikan peringatan atas bahaya sikap negara-negara karena perubahan iklim tak bisa diabaikan
"Perubahan iklim berjalan lebih cepat dari kita. Empat tahun terakhir tercatat sebagai tahun-tahun terpanas," ujarnya ketika berbicara kepada media di Auckland, Selandia Baru bersama Perdana Menteri (PM) Selandia Baru Jacinda Ardern, dilansir Reuters, Minggu (12/5/2019).
Guterres tiba di Negeri Kiwi pada Minggu (12/5/2019) sebagai bagian dari kunjungannya ke negara-negara Pasifik dalam kampanye perubahan iklim. Selanjutnya, dia akan mengunjungi Tuvalu, Vanuatu, dan Fiji.
Advertisement
Pada 2015, melalui Persetujuan Paris (The Paris Agreement), negara-negara di dunia sempat berkomitmen menahan kenaikan suhu global yang sedang menuju 1,5 derajat Celcius. Indonesia termasuk di dalamnya.
Pernyataan itu dikeluarkannya menyusul dirilisnya laporan PBB tentang ancaman punahnya 1 juta spesies tumbuhan dan hewan di seluruh dunia, pekan lalu. Seperti dilansir dari The Washington Post, laporan itu merupakan hasil riset yang dilakukan hampir 150 peneliti dari 50 negara selama 3 tahun.
Menurut laporan yang disusun oleh Intergovernmental Science-Policy Platform on Biodiversity and Ecosystem Services, sebuah panel PBB yang beranggotakan 132 negara, punahnya tumbuhan dan hewan akan berpengaruh terhadap aktivitas manusia. Termasuk, dalam hal keamanan pangan dan ketersediaan air bersih, serta kesehatan manusia.
Ketua panel tersebut, Robert Watson, mengungkapkan bahwa menyusutnya keragaman tanaman dan hewan akan berdampak negatif terhadap perekonomian, kehidupan sehari-hari, keamanan pangan, kesehatan, dan kualitas hidup secara global.
Panel itu mendesak para pemimpin negara-negara di dunia untuk melakukan kebijakan mengatasi ancaman ini, termasuk melawan perubahan iklim yang disebabkan oleh aktivitas manusia. Menghangatnya iklim global adalah pendorong utama yang kemudian memperburuk pengaruh overfishing, penggunaan pestisida yang berlebihan, polusi, dan urbanisasi manusia di alam.
Ekosistem laut sudah menunjukkan penurunan seiring dengan naiknya suhu hingga 2 derajat Celcius di atas level sebelum era industri. Terumbu karang yang terdampak menghangatnya laut dan polusi di laut bisa berpengaruh negatif terhadap industri perikanan dan lebih lanjut membuat masyarakat yang tinggal di pesisir kehilangan sumber protein.
"Ketika [kenaikannya] sampai di 2 derajat Celcius, model yang kami gunakan menunjukkan bahwa hanya 1 persen yang bisa selamat. Mari kita bicara jujur. Kita tidak sedang menuju 2 derajat, kita sedang menuju 3-3,5 derajat Celcius," paparnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : JIBI/Bisnis Indonesia
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Wabah Flu Burung Jerman Berpotensi Menyebar ke Negara Tetangga Eropa
- Diguyur Hujan Deras, Semarang Kembali Banjir
- Tokoh hingga Sultan dari Berbagai Daerah Mendeklarasikan FKN
- Ketum Muhammadiyah Berharap Generasi Muda Mewarisi Nilai Sumpah Pemuda
- Seorang Penumpang Meninggal Dunia di Bandara Soekarno-Hatta
Advertisement
Advertisement
Desa Wisata Adat Osing Kemiren Banyuwangi Masuk Jaringan Terbaik Dunia
Advertisement
Berita Populer
- Jalur Trans Jogja ke Malioboro hingga Prambanan, Hari Ini
- Tiga Keluarga Catrans Gunungkidul Tunggu Jadwal
- Inilah Tiga Besar Calon Kadinkes & Kadinsos Kulonprogo
- Jadwal Layanan SIM Corner di Jogja Hari Ini, Selasa 28 Oktober 2025
- Gym di China Tawarkan Porsche untuk Turunkan Berat Badan 50 Kg
- Jadwal Bus Sinar Jaya ke Bantul dan Gunungkidul, 28 Okt 2025
- Mayoritas Tempat Hiburan Malam Jogja Belum Tertib Izin
Advertisement
Advertisement




