Advertisement
Elektabilitas Capres Masih Fluktuatif, Prediksi Pemenang Masih Terlalu Dini

Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA — Elektabilitas calon presiden Joko Widodo dan Prabowo Subianto masih fluktuatif. Dengan demikian, prediksi pemenang Pilpres 2019 masih terlalu dini apabila dikeluarkan sekarang.
Peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Siti Zuho mengatakan sulitnya menebak siapa yang akan jadi pemenang adalah akibat kondisi kontestasi politik 2014 sangat berbeda dari 2019. Apalagi, ujarnya, dirinya tidak percaya pada survei-survei yang lembaganya tidak mengumumkan siapa pemberi dananya.
Advertisement
Dia menyebutkan sangat tidak masuk akal kalau satu survei menyatakan tingkat kepuasan rakyat terhadap pahana Capres Jokowi mencapai 60%, sedangkan di sisi lain tingkat elektabilitasnya di bawah angka tersebut.
Selain itu, ujarnya, sejumlah lembaga pada Pilpes 2019 tidak bisa dipercaya karena sudah terbukti banyak yang meleset dari hasil akhir meski survei itu mengukur kondisi pada saat dilakukan penelitian.
“Jadi elektablitas kedua cares masih sangat fluktuatif. Tidak tertutup kemungkinan Capres Prabowo memenangkan pilpres,” ujar siti Zuhro kepada Bisnis, Minggu (24/3/2019).
Dia menyebutkan selain faktor dua debat capres terakhir, sejumlah kasus seperti kasus jual beli jabatan suap Ketua Umum PPP Romahurmuziy akan ikut memengaruhi mereka yang belum menentukan pilihan (undecided voters) sebagaimana juga dengan kasus kebohongan publik Ratna Sarumpaet.
Sementara itu, peneliti LIPI lainnya, Aisah Putri Budiarti menilai, migrasi pemilih menjelang hari pencoblosan Pilpres 2019 masih terbuka lebar, sehingga memungkinkan terjadinya perubahan angka elektabilitas paslon capres-cawapres.
"Migrasi ini terjadi karena tingginya unidentified voters, efek dari kampanye dan debat pilpres," kata Aisah.
Aisah menjelaskan, rata-rata hasil survei yang berkembang, angka unidentified voters berkisar antara 10% hingga 17 %. Menurut dia, jumlah itu cukup signifikan dan mampu merubah peta perolehan suara di pesta demokrasi lima tahunan tersebut.
"Migrasi suara dapat terjadi akibat adanya perubahan dalam sikap unidentified voters itu," ujarnya. Hal itu, ujarnya, tentu akan memberikan sumbangan kepada perpindahan suara menjelang pilpres.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : JIBI/Bisnis Indonesia
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Puluhan Ribu Warga Turki Turun ke Jalan, Tuntut Erdogan Mundur
- Hidup Jadi Tenang di 9 Negara yang Tak Punya Utang
- Menkeu Purbaya Jamin Bunga Ringan untuk Pinjaman Kopdes ke Himbara
- Ini Duduk Perkara Temuan BPK Soal Proyek Tol CMNP yang Menyeret Anak Jusuf Hamka
- PT PMT Disegel KLH, Diduga Sumber Cemaran Zat Radioaktif
Advertisement

Pegawai Hotel Kafe Peroleh Insentif PPh, Ini Respons PHRI dan GIPI DIY
Advertisement

Pemkab Boyolali Bangun Pedestrian Mirip Kawasan Malioboro Jogja
Advertisement
Berita Populer
- Kematian Mahasiswa Unnes saat Demo di Semarang Sedang Diinvestigasi
- 7 Jenazah Korban Kecelakaan Bus RS Bina Sehat Dimakamkan di Jember
- Daftar 10 Negara yang Menolak Palestina Merdeka
- Polisi Selidiki Penyebab Kecelakaan Maut Bus Rombongan Rumah Sakit Bina Sehat
- Polisi Peru Tangkap Komplotan Pembunuh Diplomat Indonesia Zetro Purba
- Wasekjen PDIP Yoseph Aryo Dipanggil KPK Sebagai Saksi Kasus DJKA
- Hubungan Venezuela-AS Memanas, Ini Penyebabnya
Advertisement
Advertisement