Advertisement
Pengamat Nilai Cemara Udang Efektif Jadi Benteng Tsunami
Advertisement
Harianjogja.com, SLEMAN--Rencana penggunaan tanaman cemara udang di sekitaran bandara New Yogyakarta International Airport (NYIA) dinilai cukup efektif untuk menahan dampak jika terjadi Tsunami.
Kepala Pusat Studi Bencana UGM, Djati Mardianto mengungkapkan kombinasi antara tanggul alami dan vegetasi cemara udang bisa digunakan dan dinilai kombinasi itu cukup efektif dalam mengurangi jangkauan gelombang Tsunami yang terjadi jika Magnitudo diatas 8.
Advertisement
“Menguranginya bisa sampai 50% jangakuannya. Jadi lumayan efektif itu,” ucap Djati, Kamis (7/2/2019).
Dikatakannya tanaman cemara udang memiliki keunggulan kelenturan jadi bisa menahan beban cukup besar, karena dimungkinkan jika ada Tsunami tidak hanya membawa air, namun juga sampah atau material gerusan.
“Cemara udang relatif bisa menahan karena kelunturan biasanya kalau yang lain patah dahannya relatif kuat dan lentur, akaranya juga lebih kuat menancapnya, apalagi kalau berlapis-lapis jika lepas depan masih ada belakangnya. Morfologi cukup bagus, seperti pagar,” katanya.
Sementara untuk tanggul alami itu bisa dari sisa galian pasir di sekitar pantai. Kombinasi lebih baik untuk mengurangi dampak itu bisa dilakukan juga dengan penanaman mangrove di depan, karena jika langsung cemara udang juga tidak akan kuat dengan air garam.
Dikatakan Djati belum ada penghitungan detail berapa kira-kira cemara udang yang diperlukan, menurutnya terpenting di kawasan bandara tersebut setidaknya seluruhnya dapat ditanami, akan lebih baik jika ada beberapa lapis. Bisa juga lebih luas, namun kembali lagi pada estetika jika terlalu luas, dan ketersediaan lahan.
Djati juga mengingatkan potensi bencana di sekitaran bandara tidak hanya kemungkinan Tsunami, namun juga ada potensi banjir jika melihat kejadian terdahulu.
Sangat dimungkinkan dengan adanya pembangunan bandara, akan diikuti pembangunan-pembangunan lainnya di kawasan sekitar. Oleh karenanya ia mengingatkan pula untuk memperhatikan aliran-aliran air yang ada disana untuk tetap alami.
“Sekarang itu kalau tidak terpaksa bukan normalisasi tapi naturalisasi, jadi sealami mungkin. Dalam kondisi tertentu boleh saja tetapi kalau masih memungkinkan alami seperti apa kita ikuti saja,” ucapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
- Berbagi Kebahagiaan, Tuntas Subagyo Buka Puasa Bersama Anak Yatim di Sukoharjo
- Kabar Gembira Persis Solo, Irfan Jauhari Merumput Lagi setelah Absen Semusim
- Menang Pilpres, 9 Parpol Koalisi Indonesia Maju di Klaten Bertemu Bahas Pilkada
- Bawaslu: Jokowi Tak Langgar Netralitas Meski Bagi-bagi Bansos Jelang Pilpres
Berita Pilihan
- Sempat Ditangkap, Jambret di Jaksel Kabur Pakai Mobil Patroli Polisi
- Erupsi Lagi, Gunung Semeru Semburkan Awan Panas Guguran
- Ini Profil Keseharian Harvey Moeis Suami Sandra Dewi yang Terseret Korupsi PT Timah
- Perbaikan Jalur Pantura Demak-Kudus Ditarget Rampung Sebelum April 2024
- Gugatan Sengketa Pilpres, Mahfud MD Serukan Kembalian Maruah MK
Advertisement
Selama Libur Lebaran, Dishub Bantul Bakal Tempatkan Petugas Jaga di Sejumlah Jalur Tengkorak
Advertisement
Mengenal Pendopo Agung Kedhaton Ambarrukmo, Kediaman Sultan Hamengku Buwono VII
Advertisement
Berita Populer
- Kejagung Bongkar Kasus Korupsi PT Timah Menyeret Harvey Moeis, Ini Komentar Kementerian BUMN
- Ini Profil Keseharian Harvey Moeis Suami Sandra Dewi yang Terseret Korupsi PT Timah
- UU DKJ Disahkan, Sebentar Lagi Jakarta Bakal Melepas Status Ibu Kota
- Jatah Menteri Bakal Berkurang karena PDIP Diajak Masuk Kabinet, Golkar Bilang Begini
- Petinggi Freeport Temui Jokowi, Ini yang Dibahas
- Puan Maharani Kian Buka Peluang Megawati Gelar Rekonsiliasi dengan Prabowo
- Mudik Lebaran, Diskon Tarif Tol Dipatok Maksimal 20 Persen
Advertisement
Advertisement