Advertisement
Menteri Pertahanan Mundur dari Jabatannya karena Berselisih dengan Trump

Advertisement
Harianjogja.com, WASHINGTON D.C- Sikap tegas ditunjukkan Menteri Pertahanan Amerika Serikat Jim Mattis. Pada Kamis (20/12/2018), ia tiba-tiba menyatakan mundur, setelah berselisih paham dengan Presiden Donald Trump menyangkut kebijakan-kebijakan luar negeri sang presiden.
Pernyataan tersebut dikeluarkan Mattis satu hari setelah Trump menolak para penasehat utamanya dan memutuskan untuk menarik seluruh pasukan AS dari Suriah.
Advertisement
Mattis mengumumkan rencana mundur setelah ia bertemu Trump secara langsung. Dalam pertemuan itu, kedua tokoh itu mengungkapkan berbagai perbedaan di antara mereka, kata seorang pejabat tinggi Gedung Putih.
"Karena Anda berhak mendapatkan seorang Menteri Pertahanan, yang pandangannya lebih sesuai dengan Anda dalam masalah ini dan masalah-masalah lain, saya meyakini bahwa ini saatnya bagi saya mundur dari jabatan saya," kata Mattis dalam surat pengunduran diri, yang diumumkan oleh Pentagon seperti diwartakan Antara.
Seorang pejabat AS mengatakan pengunduran diri Mattis bukan dikarenakan desakan dari Trump.
Trump pada Rabu (19/12/2018) mengumumkan bahwa pasukan AS di Suriah akan ditarik. Keputusan Trump itu merupakan perubahan dari kebijakan yang dianut Amerika di kawasan tersebut.
Pada Kamis, beberapa pejabat mengatakan Trump juga sedang mempertimbangkan penarikan pasukan AS dalam jumlah besar dari konflik yang telah berlangsung selama 17 tahun di Afghanistan.
Pejabat-pejabat tersebut mengatakan bahwa Mattis menentang keputusan soal Suriah. Salah satu pejabat mengatakan penarikan pasukan dari Suriah merupakan salah satu faktor yang memicu Mattis untuk memutuskan mundur.
Mattis adalah mantan jenderal Marinir, yang kedekatannya dengan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) serta sekutu-sekutu tradisional Amerika kerap membuatnya bertentangan dengan Trump.
Ketika menjalani wawancara dengan Trump untuk mengisi jabatan sebagai menteri pertahanan pada 2016, Mattis berbeda pandangan dengan presiden terpilih itu tentang berbagai isu panas, termasuk soal NATO serta penggunaan metode penyiksaan. Trump akhirnya memilih Mattis, yang menentang metode tersebut. Trump menyiratkan bahwa ia bisa diyakinkan oleh para penasihat.
Namun seiring dengan berjalannya waktu, Trump semakin bertindak dengan pemikirannya sendiri menyangkut sejumlah masalah keamanan nasional utama. Ia memilih menjalankan agenda "Amerika Lebih Dulu", yang bertentangan dengan pandangan yang diyakini Mattis.
Di dalam surat pengunduran dirinya, Mattis menyiratkan bahwa ia tidak setuju dengan kebijakan Trump, yang mengarah pada pengucilan. Ia menulis bahwa, menurut keyakinannya, Amerika Serikat perlu mempertahankan hubungan yang kuat dan menghargai sekut-sekutunya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Antara
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Polisi Tetapkan 42 Tersangka Demo Rusuh di Bandung
- Tersangka Dugaan Korupsi Pengadaan Mesin EDC Indra Utoyo Dipanggil KPK
- Menkop Nyatakan Satu Kopdes Merah Putih Bisa Gerakkan 15 Orang
- Ini Cara Daftar BPJS Ketenagakerjaan agar Dapat Diskon Iuran 50 Persen
- Cak Imin Ingin Rp200 Triliun Bisa Dinikmati UMKM
Advertisement

Prakiraan BMKG Rabu 17 September 2025, 3 Wilayah DIY Hujan Ringan
Advertisement

Pemkab Boyolali Bangun Pedestrian Mirip Kawasan Malioboro Jogja
Advertisement
Berita Populer
- 8.018 SPPG Sudah Beroperasi, Serapan Anggaran Rp15,7 Miliar
- BNPB: Sistem Hujan Disempurnakan Jadi Peringatan Dini Banjir
- BNPB Ingatkan Banjir Bali Bisa Terulang
- DPR RI Desak Mendagri Tito Hentikan Efisiensi Dana Transfer ke Daerah
- KPK Ungkap Kuota Khusus Haji Dijual Sesama Biro
- Daftar 23 Negara Dukung Deklarasi Palestina Merdeka
- 100.000 Personel TNI Dikerahkan untuk Perayaan HUT ke-80 di Monas
Advertisement
Advertisement