Advertisement

Promo November

Kecelakaan Lion Air PK-LQP Pengaruhi Mood Penumpang, Stasiun Jadi Lebih Ramai

Holy Kartika N. S. & Rheisnayu Cyntara
Jum'at, 02 November 2018 - 17:44 WIB
Budi Cahyana
Kecelakaan Lion Air PK-LQP Pengaruhi Mood Penumpang, Stasiun Jadi Lebih Ramai Ilustrasi Lion Air Boeing 737 Max B - Ist/Lion Air

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA—Kecelakaan Lion Air JT610 dengan nomor registrasi PK-LQP di perairan Karawang, Jawa Barat, awal pekan ini memengaruhi jumlah penumpang moda transportasi lain. Penumpang tujuan Jogja-Jakarta banyak yang lebih memilih kereta api alih-alih pesawat.

Manajer Humas PT Kereta Api Indonesia (KAI) Daop 6 Jogja Eko Budiyanto mengatakan lalu lintas penumpang kereta pasca-kecelakaan PK-LQP lebih ramai. “Namun, kenaikannya berapa kami tidak bisa memperkirakan karena okupansi kereta api di wilayah Daop 6 selalu terpenuhi hingga 100 persen setiap hari,” ujar Eko saat dihubungi Harian Jogja, Kamis (1/11/2018).

Advertisement

Eko menduga ada hubungan sebab akibat insiden penerbangan pada Senin (29/10/2018) lalu dengan kenaikan jumlah penumpang.

“Setelah kejadian tersebut, banyak orang yang kemudian takut naik pesawat. Tak heran jika mereka beralih ke angkutan kereta api. Pembelian tiket on the spot di stasiun cenderung lebih ramai,” kata dia.

Meski kereta kini lebih diminati, Eko mengatakan harga tiket tetap berpatokan pada batas atas dan batas bawah yang diberlakukan saat libur panjang atau akhir pekan. Adapun tiket kereta yang mendapat subsidi public service obligation (PSO) tetap berkisar Rp90.000 sampai Rp100.000.

Dhian Permatasari, pegawai salah satu perusahaan tambang di Jakarta, adalah salah satu penumpang angkutan yang terpengaruh kecelakaan Lion Air PK-LQP.

Beberapa hari lalu, Dhian berencana pulang dari Jogja menuju Jakarta untuk kembali bekerja. Dia telah memesan tiket Lion Air jauh hari sebelum keberangkatan.

“Jadwal keberangkatan saya semestinya H+1 [30 Oktober] setelah kejadian kecelakaan pesawat itu. Saya cukup terkejut dan jadi ikut merasakan getirnya kejadian itu,” kata Dhian.

Dia langsung membatalkan penerbangan tersebut dan memesan tiket kereta api.

Meski harus menempuh perjalanan malam hari naik kereta api kelas eksekutif, Dhian merasa lebih lega.  “Selama ini saya selalu mencari tiket pesawat yang harganya miring untuk pulang ke Jogja. Kecuali kalau perjalanan dinas, pasti tak masalah jika harus membeli tiket pesawat full service.”

Normal

Kendati banyak calon penumpang pesawat yang beralih ke transportasi darat, sejumlah maskapai mengatakan tingkat keterisian kursi pesawat (load factor) masih normal. General Manager Garuda Indonesia Branch Office Jogja Flora Izza mengungkapkan untuk rute Jogja-Jakarta, maskapai pelat merah ini setiap harinya mengoperasikan 11 penerbangan, serta tujuh penerbangan untuk tujuan Denpasar, Makasar, Balikpapan dan Surabaya. “Rerata load factor setiap hari, di hari biasa di atas 78 persen. Kalau weekend, biasanya sampai 90 persen,” ujar Flora.

Area Manager Lion Air Jogja Solo Widi Wiyanti juga mengatakan okupansi pesawat masih normal.

“Dari Jogja total rute yang dilayani ada 32 penerbangan ke sejumlah wilayah di Indonesia, sedangkan untuk Jogja-Jakarta ada sepuluh penerbangan.”

Namun, berdasarkan penelusuran Harian Jogja di situs penyedia tiket pesawat terbang, harga tiket Jogja-Jakarta untuk sepekan ke depan cenderung turun. Bahkan, tiket di akhir pekan nanti lebih murah dibandingkan dengan tengah pekan.

Sementara, angkutan jalan raya tak terlalu terpengaruh dengan perubahan mood penumpang setelah kecelakaan Lion Air PK-LQP. Pemilik PO Langen Mulya Agus Ardianto mengatakan ada penambahan penumpang bus, tetapi hanya sekitar 5% dibandingkan hari-hari biasanya. Ia mencotohkan jika pada hari-hari biasa keterisian kursi mencapai 50%– 60% maka, beberapa hari terakhir mencapai 55%– 65%. Itu untuk tujuan keberangkatan yang bisa dibandingkan dengan jalur udara, seperti Sumatra, Surabaya dan terutama Jakarta.

Agus memperkirakan jika memang ada lonjakan penumpang yang signifikan, kemungkinan akan terjadi saat akhir pekan. Pasalnya pada waktu-waktu itulah kebutuhan akan transportasi berada pada puncaknya. Pada akhir pekan, ia menyebut keterisian bangku bisa mencapai lebih dari 75%. Namun demikian hingga kini, lonjakan tersebut belum terlihat. “Biasanya Kamis mulai pesan untuk akhir pekan. Atau kami akan amati pada Sabtu, biasanya jika ada lonjakan di hari itu, bisa jadi ukuran apakah memang ada pengaruhnya [jatuhnya Lion Air] dengan penambahan penumpang bus,” ucapnya.

Kondisi Terminal Giwangan juga sama dibandingkan dengan hari-hari biasa.

Kepala UPT Terminal Giwangan, Bekti Zunanta mengatakan berdasarkan pengamatannya di lapangan, belum terlihat adanya peningkatan jumlah yang signifikan. Setiap harinya kedatangan bus ke Terminal Giwangan terhitung masih sama, yakni sekitar 1.700 kedatangan. Adapun jumlah penumpang masih berkisar 9.000 hingga 10.000.

“Bus beda dengan kereta. Bus masih jadi pilihan terakhir, kalau tidak ada semua baru pada milih pakai bus. Jadi bisa jadi para penumpang pesawat itu lebih banyak yang milih naik kereta dibandingkan bus,” kata Bekti.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Pemkab Bantul Upayakan Renovasi Bangunan Sekolah di 17 Kapanewon pada 2025

Bantul
| Kamis, 28 November 2024, 20:07 WIB

Advertisement

alt

Belajar Harmonisasi Tari Saman di Indonesia IHC Festival

Wisata
| Selasa, 26 November 2024, 19:07 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement