Advertisement
Bahayanya Iklan Rokok di Televisi, Penyebab Utama Anak Kecanduan Tembakau

Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA – Iklan rokok di televisi ternyata paling banyak menyebabkan anak menjadi kecanduan rokok, menurut hasil penelitiian.
Penelitian Tobacco Control Support Center, Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (TCSC IAKMI) pada 2017 menemukan fakta bahwa anak dan remaja usia di bawah 18 tahun paling banyak terpapar iklan rokok melalui televisi (TV).
Advertisement
Data tersebut menunjukkan TV memiliki peran hingga 83%, sementara banner (73,80%), billboard (67,10%), poster (64,80%), dan tembok publik (54,10%). Penelitian ini diadakan di 15 kabupaten/ kota dan melibatkan sekitar 1.100 responden berupa anak dan remaja usia di bawah 18 tahun.
Para responden yang terpapar iklan melalui TV memiliki peluang 2,24 kali lebih besar bagi mereka untuk menjadi perokok dibandingkan dengan anak dan remaja usia di bawah 18 tahun yang tidak terpapar iklan rokok di TV.
Adapun, responden yang terpapar iklan rokok di radio, billboard, poster, dan internet memiliki peluang masing-masing sebesar 1,54 kali, 1,55 kali, 1,53 kali, dan 1,59 kali lebih besar untuk menjadi perokok dibandingkan yang tidak terpapar.
“Iklan di TV kan sangat menarik. Seakan-akan merokok itu keren. Kita prihatin tentang hal ini karena penelitian yang telah dilakukan menunjukkan iklan merupakan inisiator terciptanya perokok,” tutur Ketua TCSC IAKMI Sumarjati Arjoso dalam acara konferensi pers “Baby Smoker” di Jakarta, Selasa (21/8/2018).
Sumarjati berpendapat bahwa perlu adanya pembuatan resolusi kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) agar revisi Undang-Undang Penyiaran bisa segera diselesaikan dengan salah satu muatannya adalah melarang iklan rokok.
“Kita berharap rokok lebih mahal sehingga masyarakat miskin tidak bisa membeli rokok. 60% perokok adalah orang miskin. Sebenarnya cukai yang membayar siapa? Ya perokok itu sendiri,” jelasnya.
Lebih tegas, Sumarjati menerangkan perlunya denormalisasi dari rokok dengan tidak membuat rokok sebagai barang yang normal kendati memang tidak mudah dan menjadi tantangan bersama.
Dia mengaku khawatir terhadap kasus baby smoker yang seringkali terjadi di Indonesia. Bahkan sempat viral batita perokok berusia 2 tahun asal Sukabumi yang telah mengonsumsi rokok rutin per hari sekitar 5 batang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Bisnis Indonesia
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Jenazah Juliana Marins, Pendaki asal Brasil Diotopsi di Mataram
- Trump Ancam Naikkan Tarif untuk Spanyol Karena Tolak Target Belanja Pertahanan NATO
- KPK Periksa Kepala Divisi PSBI Setelah Pulang dari Ibadah Haji
- Komandan Senior Korps Garda Revolusi Iran Gugur Akibat Serangan Rudal Israel di Teheran
- Kasus Kuota Haji Khusus, KPK Bidik Pejabat Kemenag yang Punya Agensi Umrah
Advertisement

Perpanjangan Pendaftaran SPMB di Kulonprogo Jadi Sorotan, Hari Terakhir Sepi Pendaftar
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Mendikdasmen Akan Kembalikan Formasi Pengawas Sekolah
- 2 Warga Ponorogo Meninggal Dunia Akibat Kecelakaan Mobil
- Menteri KKP Sebut Ada Pulau RI Dijual di New York
- Prancis Kecam Serangan Israel ke Pusat Distribusi Bantuan Gaza
- Kasus Kuota Haji Khusus, KPK Bidik Pejabat Kemenag yang Punya Agensi Umrah
- Komandan Senior Korps Garda Revolusi Iran Gugur Akibat Serangan Rudal Israel di Teheran
- KPK Periksa Kepala Divisi PSBI Setelah Pulang dari Ibadah Haji
Advertisement
Advertisement