Advertisement

OBITUARIUM BARBARA BUSH : Nenek Bangsa, Militan Republik dan Pejuang Keluarga

Bhekti Suryani
Rabu, 18 April 2018 - 18:50 WIB
Bhekti Suryani
OBITUARIUM BARBARA BUSH : Nenek Bangsa, Militan Republik dan Pejuang Keluarga Barbara Bush saat pelantikan suaminya George HW Bush sebagai Presiden Amerika serikat 20 Januari 1989. - The Guardian/Wally McNamee

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA- Barbara Bush, mantan Ibu Negara yang merupakan istri salah satu presiden Amerika Serikat diketahui sebagai juru kampanye yang militan bagi Partai Republik serta pembela yang gigih bagi keluarganya.

Barbara Bush yang meninggal di usia 92 tahun tergolong cepat masuk ke dalam kehidupan publik di Amerika Serikat. Ia mulai dikenal publik sejak suaminya George HW Bush terjun ke dunia politik setelah 16 tahun menggeluti bisnis minyak, mengumpulkan kekayaan yang cukup besar sebagai modal terjun ke dunai politik.

Advertisement

Ketika George HW Bush menjadi anggota kongres Republik pada 1967, keluarga ini pindah ke Washington. Barbara selanjutnya diperkenalkan ke dunia bisnis yang rumit untuk ia tangani. Mereka tinggal di sebuah kota di mana pengkhianatan dan ketidaktulusan sudah menjadi hal biasa. Barbara mulai terkenal karena memberi sebaik yang dia bisa, namun ia membatasi komentarnya kepada Demokrat yang merupakan rival politik Republik.

Tanggungjawab Barbara semakin besar saat karier suaminya bergerak cepat. George HW Bush kala itu mulai menjadi duta besar Amerika Serikat di PBB dan kemudian ke Cina, menjadi Ketua Partai Republik, Direktur CIA, Wakil Presiden Ronald Reagan, dan akhirnya pada 1989 terpilih menjadi Presiden.

Barbara saat itu mulai menjadi perserta yang gigih dalam kampanye suaminya serta calon-calon yang diusung Partai Republik. Ia menempuh perjalanan ribuan mil untuk berpidato bagi Partai Republik. Ia bahkan dijuluki sebagai “Nenek Bangsa”.

Barbara Bush juga sering berkomentar tentang acara-acara publik yang melibatkan anak-anaknya. Pada 1990 ketika putra ketiganya, Neil, yang merupakan direktur sebuah perusahaan hipotek di Colorado bangkrut, Barbara lantas mengumpulkan anggota Kongres untuk mencari informasi tentang skandal kebangkrutan perusahaan anaknya Neil.

Salah satu politikus Partai demokrat Colorado Patricia Schroeder belakangan diketahui terlibat dalam skandal kebangkrutan itu. Bush menuduh Patricia Schroeder menggunakan anaknya Neil untuk menyerang mereka.

Terlepas dari kesederhanaan Barbara Bush di satu sisi dan hidupnya yang konfrontatif di sisi lain sebagai figur publik, Barbara dalam autobiografinya Barbara Bush: A Memoir (1994) mengakui perjalanan hidupnya telah membuatnya mengalami depresi yang parah. “Kadang-kadang rasa sakitnya begitu hebat,” tulisnya, “Saya merasakan dorongan untuk berkendara ke pohon atau mobil yang melaju. Ketika itu terjadi, saya akan berhenti di pinggir jalan sampai saya merasa baik,” tulis Barbara dalam autobiografinya.

Barbara Bush merupakan putri dari pasangan Pauline (Nee Robinson) dan Marvin Pierce. Perempuan ini lahir di New York dalam sebuah keluarga kaya. Ayahnya adalah penerbit majalan wanita. Dia dibesarkan di pinggiran Kota New York, kawasan Rye. Pada usia 16 tahun ia bertemu George HW Bush di salah stau acara tari yang biasa dihadiri remaja kelas menengah di Amerika Serikat.

Saat itu pangkatan Angkatan Laut Amerika Serikat Pearl Harbour baru saja diserang oleh Jepang. Dalam beberapa bulan, George Bush yang baru berusia 18 tahun mulai berlatih sebagai pilot angkatan laut dan menjadi yang termuda dalam dinas kala itu. Tak lama setelah pertunangan keduanya, pesawat George Bush ditembak jatuh di wilayah Pasifik, beruntung Bush selamat. Pada Januari 1945 pasangan ini akhirnya meresmikan hubungan ke jenjang pernikahan. Barbara pun mulai menyesuaikan diri sebagai istri seorang pelayan negara.

Perang berakhir, George Bush menyelesaikan studinya di Universitas Yale. Pada 1948 melalui koneksi keluarga, George Bush direkrut bekerja di industri minyak di Texas, kariernya bergerak cepat di industri ini. Dalam dua tahun, setelah membangun perusahaan dan dengan bantuan keuangan dari pamannya, George Bush mampu memulai bisnis pengeboran minyak yang sangat sukses.

Pada saat itu pasangan George Bush dan Barbara telah memiliki tiga anak, dua laki-laki dan seorang perempuan. Mereka sempat tertekan ketika putri mereka, Robin, meninggal pada 1953 karena leukemia di usia tiga tahun. Barbara selanjutnya memulai kampanye pada sebuah organisasi yang didirikan untuk mengenang Robin dan mendanai penelitian tentang penyakit leukimia.

Kemudian, ketika suaminya menjadi wakil presiden, Barbara memutuskan dirinya perlu mencari dukungan amal yang lebih besar. Setelah sebelumnya ia menemukan bahwa anak-anaknya sendiri memiliki kecenderungan disleksia. Barbara pun memutuskan untuk berkampanye mendukung keaksaraan.

“Saya menyadari bahwa semua yang saya khawatirkan akan lebih baik jika lebih banyak orang dapat membaca, menulis, dan memahami. Lebih banyak yang akan tetap bersekolah dan mendapatkan pendidikan, yang berarti lebih sedikit yang terjun ke jalan dan terlibat dengan kejahatan atau narkoba, hamil, atau kehilangan rumah mereka,” kata Barbara.

Dia mempertahankan minatnya pada dunia amal ini selama sisa hidupnya. Ketia dia menjadi Ibu Negara, dia menulis dua buku. Buku pertama mendapat respons yang baik dan berhasil mengumpulkan US$ 100.000 untuk dua badan amal independen di bidang literasi. Buku kedua yang juga diterbitkan untuk mendukung program literasi miliknya sendiri sukses luar biasa. Buku ini bertengger di daftar puncak deretan buku terlaris versi New York Times dan terjual lebih dari 400.000 eksemplar. Penjualan buku ini berhasil mengumpulkan dana US$ 1 juta untuk Yayasan Barbara Bush yang bergerak di bidang keaksaraan. Yayasan keluarga ini didirikan Barbara pada 1989 dan masih eksis sampai sekarang.

Sumbangan besar Barbara Bush terhadap sejarah AS adalah menjadi perempuan Amerika kedua yang menjadi istri presiden sekaligus menjadi ibu bagi seorang presiden kelak. Pengalaman serupa pernah dialami Abigail Adams yang terpaut 180 tahun sebelum Barbara. Keduanya, antara Barbara dan Abigail juga mengalami kontroversi pahit saat aksesi putra tertua mereka ke Gedung Putih sebagai presiden AS.

Abigail Adams adalah istri presiden kedua AS, Jhon Adams. Ia menyaksikan kegemparan John Quincy Adams setelah pemilihan presiden pada 1824.

Sementara Bush hidup dalam 35 hari kekacauan politik dan hukum, sebelum lima dari sembilan hakim agung melanggar konstitusional yang menyatakan putranya, George W Bush, sebagai pemenang pemilu presiden pada 2000.

Putra kedua George Bush dan Barbara, Jeb (calon presiden pada 2016) adalah Gubernur Florida dan dengan demikian mampu memberi warna pada kancah politik penting negara. Penyelidikan selama enam bulan oleh New York Times menunjukkan bahwa pejabat negara bagian dan daerah telah mengambil pandangan yang jauh lebih keras terhadap surat suara, yang ragu-ragu mendukung Al Gore, kandidat Partai Demokrat, selain dari suara yang sama mencurigakan yang mendukung George Bush.

Hanya 20% dari penghitungan Al Gore yang akhirnya diterima, dibandingkan dengan 60% dari milik George W Bush. Penyelidikan New York Times menyimpulkan bahwa, tanpa bantuan politik terselubung (pejabat negara bagian dan daerah termasuk Jeb di antaranya), Al Gore mungkin akan memenangkan kursi kepresidenan sebanyak 202 suara. Tidak seperti biasanya, Barbara Bush tidak berkomentar di depan umum. Pandangannya tentang dugaan politik terselubung itu dikunci dalam buku harian besar yang ia pertahankan untuk sebagian besar hidupnya.

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : The Guardian

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terkait

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Harga Cabai di Kulonprogo Naik, Rp60.000 per Kilogram

Harga Cabai di Kulonprogo Naik, Rp60.000 per Kilogram

Kulonprogo
| Kamis, 09 Oktober 2025, 07:27 WIB

Advertisement

Jembatan Kaca Tinjomoyo Resmi Dibuka, Ini Harga Tiketnya

Jembatan Kaca Tinjomoyo Resmi Dibuka, Ini Harga Tiketnya

Wisata
| Minggu, 05 Oktober 2025, 20:57 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement