Advertisement

Depresi akibat Sawah Tergerus Lahar Merapi, Yanto Pilih Gantung Diri

Nina Atmasari
Kamis, 03 April 2014 - 12:00 WIB
Nina Atmasari
Depresi akibat Sawah Tergerus Lahar Merapi, Yanto Pilih Gantung Diri Ilustrasi (JIBI/Harian Jogja - Reuters)

Advertisement

Harianjogja.com, MAGELANG- Diduga tidak tahan memikirkan nasib malang yang dialami, Yanto, 44 memilih mengakhiri hidupnya dengan cara tragis. Warga Dusun Jambean Desa Menayu Muntilan ini gantung diri di dalam kamar rumahnya, Rabu (2/4/2014) sore.

Peristiwa itu pertama kali diketahui oleh istrinya, Riyamsih, 37. Saat pulang ke rumah dari pasar sekitar pukul 17.00, ia tak mendapati suaminya. Tanpa curiga, ia mandi dan beraktivitas seperti biasanya. Karena tidak melihat suaminya, ia pun berupaya mencari. Apalagi, dalam beberapa tahun terakhir, suaminya diketahui mengalami gangguan kejiwaan.

Advertisement

Pencarian ke sekitar rumah selama sekitar satu jam tidak membuahkan hasil, hingga akhirnya ia masuk ke kamarnya. Saat itulah, ia menemukan suaminya dalam kondisi tergantung di dalam kamar. "Penemuan sekitar pukul 18.00 oleh isterinya. Ia kaget dan langsung memanggil saya," kata Kepala Dusun Jambean, Eko Budi, Kamis (4/3/2014).

Yanto diketahui gantung diri menggunakan tali besi bekas rem sepeda, yang diikat pada rangka atap rumahnya. Diduga aksi nekat itu dilakukan tak lama sebelum ditemukan, sebab sekitar pukul 16.30 WIB, sejumlah tetangganya masih melihat pria tersebut di sekitar rumahnya.

Petugas medis dan kepolisian datang ke lokasi tak berapa lama kemudian. Karena tidak ada tanda-tanda penganiayaan, keluarga menerima bahwa Yanto meninggal akibat bunuh diri. Jenazahnya kemudian dimakamkan oleh warga, Kamis (4/3/2014) dini hari pukul 00.00 WIB.

Menurut Eko, kuat dugaan Yanto memilih mengakhiri hidupnya karena tidak kuat menanggung beban hidup. Pria satu anak ini kehilangan sawahnya yang ada di tepi Sungai Pabelan. Sawah seluas 1.500 meter persegi itu tergerus banjir lahar material vulkanik pascaerupsi Gunung Merapi 2010.

Akibatnya, ia tidak punya lahan sumber penghasilan. Sejak itu, ia hanya menjadi buruh serabutan di sawah tetangga atau buruh penambangan pasir di Sungai Pabelan. Dampak dari peristiwa tersebut, ia sering mengalami pusing dan bertindak tidak wajar.

Bahkan, karena dianggap membahayakan karena menyerang isterinya, Eko pernah membawa pria malang itu ke rumah sakit jiwa di Kota Magelang, terhitung sudah dua kali.

Adapun beberapa hari sebelum kejadian nahas tersebut, Yanto diketahui berpamitan pada warga sekitar yang ditemuinya. "Ia banyak minta maaf setiap bertemu tetangganya. Tapi warga tak mengira kalau ia akan bunuh diri seperti ini," tandas Eko.

Kepala Desa Menayu, Sugiarto menambahkan kematian Yanto murni akibat bunuh diri dan tidak ada dugaan tindakan kriminal.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terkait

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Dapat Bantuan Dana Rp14 Miliar, Ini Ruas Jalan yang Akan Diperbaiki Pemkab Gunungkidul

Gunungkidul
| Kamis, 25 April 2024, 17:47 WIB

Advertisement

alt

Rekomendasi Menyantap Lezatnya Sup Kacang Merah di Jogja

Wisata
| Sabtu, 20 April 2024, 07:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement