Advertisement

Tanggung Kerugian Rp450 Miliar Akibat Gempa Donggala, Aprindo Sesalkan Sikap Pemerintah

Abdul Hamied Razak
Minggu, 30 September 2018 - 19:17 WIB
Kusnul Isti Qomah
Tanggung Kerugian Rp450 Miliar Akibat Gempa Donggala, Aprindo Sesalkan Sikap Pemerintah Kondisi bangunan RS Anutapura yang rusak akibat gempa di Palu, Sulawesi Tengah, Sabtu (29/9/2018)./ANTARA FOTO - BNPB

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA-Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) menyatakan prihatin atas peristiwa Gempa Bumi dan Tsunami di Palu dan Donggala.

Dalam peristiwa itu, Aprindo mengaku mengalami kerugian Rp450 miliar. Aprindo juga menyayangkan sikap pemerintah yang memberikan izin bagi masyarakat untuk mengambil barang di toko ritel.

Advertisement

"Kami menyampaikan rasa dukacita sedalamnya kepada keluarga korban yang kehilangan anggota keluarganya," kata Ketua Umum DPP Aprindo Roy N. Mandey dalam siaran pers yang diterima Harianjogja.com, Minggu (30/9/2018).

Menurutnya, dampak peristiwa tersebut mengakibatkan kerugaian materiel dan nonmateriel yang sangat besar. Aprindo mencatat kerugian sekitar Rp450 miliar yang dialami oleh anggota Aprindo yang memiliki gerai Toko Modern. Mulai Ramayana, Matahari, Hypermart, Alfamidi, dan lainnya baik di wilayah Poso, Palu maupun Donggala.

"Kerugian ini meliputi kerusakan bangunan, display barang dagangan dan stock barang di gudang serta sedikitnya lima orang korban jiwa dari para penjaga [crew] toko akibat gempa dan tsunami," katanya.

Sampai saat ini, lanjut Roy, gerai ritel Aprindo yang berada di Palu dan Donggala masih belum beroperasi. Hal itu terjadi karena masih dalam proses konsolidasi dan pendataan. "Semoga dalam waktu singkat dapat segera beroperasi kembali untuk melayani kebutuhan masyarakat," harapnya.

Roy menyayangkan pernyataan sikap Pemerintah melalui Menteri Dalam Negeri yang berkesan arogan dengan memberikan izin bagi masyarakat untuk mengambil barang di toko Ritel yang ada di Palu dan Donggala. "Apa yang dilakukan pemerintah tanpa koordinasi lebih dahulu dengan para pemilik usaha atau manajemen. Bahkan menghubungi Aprindo sebagai Assosiasi Pengusaha Toko Modern pun tidak," sesalnya.

Menurutnya, keputusan tersebut tidak mendidik masyarakat. Di samping itu pemerintah seolah-olah memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk bertindak di luar tata krama, moral, etika, multitafsir dan kurang berbudaya. Padahal selama ini peritel modern turut pula memberikan kontribusi bagi kemajuan dan laju pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

"Kami selalu hadir dalam memberikan bantuan sembako kepada masyarakat seperti saat terjadi kejadian serupa (gempa bumi) di Lombok, Jogja, Padang, Aceh dan sebagainya," kata Roy.


Klarifikasi Mendagri

Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo mengklarifikasi pemberitaan yang mengatakan terjadi penjarahan oleh warga Palu yang mengungsi akibat gempa bumi dan tsunami.

Mendagri menceritakan saat meninjau masyarakat korban bencana, warga memerlukan bantuan mendesak berupa makanan dan minuman. Namun, kondisi saat itu semua bangunan toko runtuh dan aliran listrik mati.

"Dalam rapat saya minta pemda untuk memfasilitasi beli minuman dan makanan di toko yang jual, berikan dulu kepada pengungsi dan yang dirawat di rumah sakit. Cari yang punya toko, dibeli dulu, dan saya minta pengawalan Satpol PP dan polisi, kemudian dibagikan makanan tersebut," kata Tjahjo dalam pesan singkat yang diterima di Jakarta, Minggu.

Tjahjo melanjutkan, saat kejadian tersebut, beberapa bantuan baru masuk ke Palu pada malam harinya dari daerah sekitar. Sehingga untuk memenuhi kebutuhan mendesak pengungsi dan korban bencana, Mendagri dan sejumlah pejabat yang sedang berada di Palu bergotong royong mengumpulkan uang untuk membeli makanan dan minuman bagi masyarakat.

"Kondisi darurat, makanan dan minuman belum masuk, toko tutup; [jadi] ya membantu masyarakat yang perlu makan dan minum. Dan saya minta langsung ke Gubernur [Sulteng Longki Djanggola] membeli minuman dari toko yang tutup, (menggunakan) uang gotong royong, saya ikut membeli juga," jelasnya.

Tjahjo pun membantah telah terjadi penjarahan di beberapa toko di Palu oleh warga -pengungsi dan korban bencana alam. Dia menceritakan pengalamannya melihat sejumlah warga mengambil makanan dan minuman berhamburan dari kios yang runtuh di Bandara Mutiara SIS AL-Jufrie.

"Bandara kondisi runtuh, tidak ada yang menunggu, listrik mati. Halaman Bandara buat pengungsi. Ada toko di Bandara yang rusak akibat gempa, makanan dan minuman berhamburan kemudian diambil masyarakat. Jadi bukan penjarahan, saya melihat kejadian itu," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : Antara

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Mudik Lebaran, Gunungkidul Bakal Dijejali 154.000 Kendaraan

Gunungkidul
| Kamis, 28 Maret 2024, 18:07 WIB

Advertisement

alt

Mengenal Pendopo Agung Kedhaton Ambarrukmo, Kediaman Sultan Hamengku Buwono VII

Wisata
| Senin, 25 Maret 2024, 20:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement