Advertisement
Menlu Turkiye: ISIS Kini Jadi Alat Politik Sejumlah Negara
Ilustrasi. - Reuters
Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA—Menteri Luar Negeri Turkiye Hakan Fidan menilai kelompok ekstremis Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) tidak lagi menjadi ancaman sistematis, melainkan dimanfaatkan sejumlah negara sebagai instrumen politik.
Fidan menyebutkan bahwa meski ISIS tetap merupakan ancaman yang harus diperangi, respons internasional terhadap kelompok tersebut dinilai tidak sebanding dengan kekuatan aktual yang kini sudah melemah. Menurutnya, isu ISIS kerap digunakan untuk kepentingan di luar penanggulangan terorisme.
Advertisement
Ia menegaskan bahwa ISIS telah menjadi alat yang “nyaman” bagi berbagai pihak, termasuk dalam konflik Suriah. Bahkan, kelompok itu disebut pernah dieksploitasi oleh mantan Presiden Suriah Bashar al-Assad demi kepentingan politik tertentu.
Terkait serangan ISIS di Kota Palmira atau Tadmur yang menewaskan personel militer Amerika Serikat dan Suriah, Fidan menyebut aksi tersebut sebagai provokasi yang bertujuan memperkeruh situasi keamanan kawasan.
"ISIS kini sudah melemah dan tidak menimbulkan ancaman sistematis ... Kami tidak menyangkal bahwa mereka adalah ancaman yang harus diperangi, tetapi sebagai kelompok perlawanan, kami dapat katakan bahwa reaksi terhadap tindakan ISIS tidak proporsional dengan ancaman yang ditimbulkan oleh kelompok itu," kata Menlu Turkiye kepada saluran TVnet.
"Ini sebenarnya terkait dengan tujuan lain. ISIS telah menjadi alat yang nyaman yang dieksploitasi oleh semua orang," tambahnya.
Segelintir negara memperalat ISIS untuk mengejar tujuan politik mereka, katanya, seraya menambahkan bahwa ISIS juga dieksploitasi mantan Presiden Suriah Bashar al-Assad.
Ketika mengomentari serangan ISIS terhadap militer AS dan Suriah di Kota Palmyra, Suriah pada Sabtu (13/12), Fidan menyebutnya sebagai bentuk "provokasi."
Sebelumnya pada hari yang sama, Pentagon mengatakan dua anggota militer AS dan satu penerjemah sipil tewas serta tiga orang lainnya terluka dalam serangan di Palmira, Suriah.
Menurut juru bicara Kementerian Dalam Negeri Suriah, salah satu anggota ISIS menyerang personel militer di Palmira. Palmira dalam bahasa Arab disebut sebagai Tadmur, sebuah kota yang telah memiliki jejak arkeologis sejak era Neolitik atau Zaman Batu Muda.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Antara
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Konser Amal di Tangerang Galang Rp1,3 Miliar untuk Sumatera dan Aceh
- Musim Flu AS Catat 2,9 Juta Kasus, 1.200 Orang Meninggal
- Korupsi Kepala Daerah Masih Terjadi, Pakar Nilai Retret Bukan Solusi
- PBB Desak Israel Buka Akses Bantuan, Palestina Angkat Bicara
- Langgar VoA, Imigrasi Bali Deportasi Bintang Porno Asal Inggris
Advertisement
Parkir Eks Menara Kopi di Jogja Siap Tampung Bus Wisata Nataru
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Resmi Dibuka, The Aloon-Aloon Menjadi Ikon Baru Kota Magelang
- Mahfud MD: Perpol 10/2025 Bertentangan dengan Putusan MK
- James Cameron Tolak Netflix Akuisisi Warner Bros, Ini Alasannya
- Bandara Soetta Perkuat Keamanan Siber Jelang Nataru
- Tinjau Pengungsian, Prabowo Janji Atasi Kekurangan Air di Langkat
- Gelapkan Rp302 Juta, Polisi Tahan Supervisor Sales di Karanganyar
- DPRD Bantul Kritik Penyerahan SK 3.393 PPPK Paruh Waktu
Advertisement
Advertisement




