Advertisement

Krisis Populasi Ukraina Memburuk di Tengah Perang

Jumali
Kamis, 04 Desember 2025 - 23:07 WIB
Jumali
Krisis Populasi Ukraina Memburuk di Tengah Perang Asap mengepul dari lokasi kebakaran selama konflik Ukraina-Rusia di kota pelabuhan selatan Mariupol, Ukraina, Kamis (7/4/2022). - JIBI/Bisnis.com

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA—Populasi Ukraina terus merosot tajam akibat perang berkepanjangan. Jumlah kelahiran anjlok, angka kematian meningkat, dan desa-desa perlahan kosong ditinggalkan warganya.

Sepanjang tahun 2025, hanya 139 bayi yang lahir di sana, turun dari 164 kelahiran pada 2024 dan merosot drastis dibandingkan lebih dari 400 kelahiran satu dekade lalu.

Advertisement

"Banyak pemuda telah meninggal. Mereka seharusnya menjadi generasi penerus bangsa ini," ujar ginekolog Yevhen Hekkel kepada Reuters, Kamis (4/12/2025).

Sejak invasi Rusia pada 2022, populasi Ukraina menyusut dari sekitar 42 juta menjadi kurang dari 36 juta jiwa—termasuk wilayah yang kini dikuasai Rusia. Lembaga demografi Akademi Ilmu Pengetahuan Nasional memperkirakan angka ini bisa turun hingga 25 juta pada 2051.

Data CIA World Factbook 2024 mencerminkan ketidakseimbangan tragis: setiap satu kelahiran, terdapat tiga kematian. Harapan hidup juga anjlok, di mana pria turun dari 65,2 tahun menjadi 57,3 tahun, dan wanita dari 74,4 tahun menjadi 70,9 tahun.

Dampaknya terlihat nyata di Hoshcha. Mykola Panchuk, kepala dewan kota, menyebut satu sekolah di desa Sadove terpaksa ditutup karena hanya memiliki sembilan murid. Di wilayah Hoshcha dan sekitarnya, 141 warga tewas sejak 2022, sementara banyak remaja dan pria muda lainnya memilih atau terpaksa meninggalkan negara.

"Tidak ada anak lagi. Dua tahun lalu kami menutupnya karena tak bisa beroperasi," ujarnya.

Oleksandr Hladun, wakil kepala lembaga demografi, memperingatkan bahwa pembangunan kembali ekonomi pascaperang membutuhkan jutaan tenaga kerja. "Defisit tenaga kerja bisa mencapai 4,5 juta dalam 10 tahun ke depan," katanya.

Pemerintah telah meluncurkan Strategi Demografi 2040 untuk menahan emigrasi dan menarik diaspora pulang. Namun, jika tren saat ini berlanjut, populasi pada 2040 diproyeksikan merosot ke 29 juta—jauh dari target pemerintah sebesar 34 juta.

Penurunan penduduk juga membuat banyak desa perlahan-lahan kosong. Di Duliby, kurang dari 10 km dari Hoshcha, rumah-rumah terbengkalai berdiri sepi. Oksana Formanchuk, warga setempat yang kini tinggal sendirian, berbagi kepedihannya: "Suami saya hilang sejak Juli. Saya takut kedua putra saya juga akan direkrut."

Bangsal bersalin Hoshcha sendiri kehilangan pendanaan pemerintah pada 2023 karena gagal memenuhi target 170 kelahiran. "Kami kekurangan satu saja, bayi itu lahir 15 menit lewat tengah malam," kata Panchuk.

Ketidakpastian akibat perang membuat banyak pasangan menunda memiliki anak. Anastasiia Yushchuk (21) mengungkapkan keraguan yang dirasakan banyak orang muda: "Tidak ada stabilitas, tidak ada yang bisa dibangun. Hidup terlalu tidak pasti."

Namun, di tengah keputusasaan, kelahiran tetap menjadi sumber harapan. Anastasiia Tabekova, seorang pejabat dewan kota, bercerita bahwa suaminya mendapat izin khusus untuk hadir saat ia melahirkan, sebelum kembali bertugas di garis depan.

"Anak-anak memberi alasan untuk tetap bertahan. Mereka adalah harapan di tengah keadaan yang gelap," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Operasi Pasar Kulonprogo Diserbu Warga Jelang Nataru

Operasi Pasar Kulonprogo Diserbu Warga Jelang Nataru

Kulonprogo
| Kamis, 04 Desember 2025, 22:47 WIB

Advertisement

KA Panoramic Kian Diminati, Jalur Selatan Jadi Primadona

KA Panoramic Kian Diminati, Jalur Selatan Jadi Primadona

Wisata
| Minggu, 30 November 2025, 19:07 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement